“Tuan, tadi saya lihat Nona Jasmine hanya makan sedikit, lalu tertidur.” Iram melaporkan pada Xavier. “Dan ini obat yang Anda minta, Tuan. Obat penguat kandungan ini bisa dicampurkan ke makanan atau minuman, jika Nona Jasmine tidak ingin meminumnya. Sebelumnya saya sudah menanyakan hal itu pada dokter kandungan.” Lanjutnya sambil memberikan obat pada Xavier.Sebelumnya, Xavier meminta sang asisten untuk membeli obat yang telah diresepkan dokter kandungan untuk Jasmine. Tadi resep obat dirobek oleh Jasmine. Hal tersebut membuat Xavier mengambil tindakan yaitu membeli obat yang harus dikonsumsi oleh Jasmine.“Biar saja. Yang paling penting dia sudah makan, meski sedikit.” Xavier menjawab laporan Iram.Iram mengangguk patuh. “Tuan, apakah Anda akan langsung memberi tahu Nona Jelena tentang ini?” tanyanya sopan.Xavier berada di depan kamar, belum masuk ke dalam kamar. Dia tidak ingin percakapannya dengan Iram didengar oleh Jasmine. Apalagi sekarang Jasmine sedang tertidur pulas.“Belum.
Jasmine sudah berada di dalam taksi. Dia lega ketika sudah mendapatkan obat, taksi lewat di hadapannya—seolah semesta ingin melancarkan niatnya. Dia memasukan obat yang dia dapat ke dalam tas. Dia mengambil ponselnya hendak ingin memesan tiket secara online. Namun, alih-alih memesan tiket, malah yang dilakukan Jasmine adalah melihat foto lamanya dengan Xavier yang tersimpan di email-nya.Jasmine sudah berusaha keras ingin menghapus foto lamanya dengan Xavier, tapi dirinya tidak pernah bisa sanggup. Selalu saja ada halangan besar yang membuatnya berakhir dengan mengurungkan niatnya untuk menghapus foto. Akhirnya yang dilakukan waktu itu adalah menyimpan di google drive.“Ck! Jasmine, kenapa kau sangat bodoh?” gerutu Jasmine pada dirinya sendiri.Jasmine berusaha menepis pikirannya. Dia tidak mau mengingat apa yang sudah berlalu. Sekarang yang dilakukannya adalah mencari tiket pesawat. Namun, tiba-tiba saja ingatan Jasmine mengingat akan sesuatu hal.“Pasporku!” gumam Jasmine panik di k
Jasmine duduk di ranjang, dengan sorot mata lurus ke depan menyimpan jutaan hal di sana. Pasca pengakuan cintanya pada Xavier, dia diam seribu bahasa. Semua isi hatinya telah dia curahkan pada Xavier. Dinding pertahannya telah dia runtuhkan sendiri. Cinta dan benci yang melebur menjadi satu, sayangnya dominasi cinta jauh lebih besar hingga Jasmine tak lagi bisa menahan dirinya.Xavier duduk di tepi ranjang dan mengusap lembut perut Jasmine yang masih rata. “Kau tidak pernah membayangkan betapa bahagianya diriku, saat tahu kau sedang hamil.”“Kehamilanku, akan menyakiti banyak orang,” ucap Jasmine pelan, dengan raut wajah muram dan sedih.Xavier mengecupi perut Jasmine, lalu mengecupi leher wanita itu. “Kau salah. Kehamilanmu akan membuat banyak orang bahagia.”“Xavier, tapi—” Perkataan Jasmine terpotong di kala Xavier melumat bibirnya.Jasmine mendorong pelan dada bidang Xavier agar ciuman itu terlepas, tapi sayangnya terasa sangatlah sulit. Bibir pria itu terlalu sangat lembut. Sampa
London, UK. Hiruk pikuk London menyambut. Cuaca indah dan menyegarkan. Jasmine dan Xavier sudah berada di dalam mobil. Setibanya di bandara, sudah ada sopir yang menjemput. Tentu semua ini diatur oleh Xavier. Jasmine hanya memilih menurut dan patuh akan apa yang diminta oleh pria itu.“Xavier, kau akan membawaku ke mana? Pulang ke rumah orang tuaku?” tanya Jasmine ingin tahu. Jantungnya terus berdebar kencang seolah ingin berhenti dari tempatnya. Perasaan yang dirasakan oleh Jasmine benar-benar sangatlah campur aduk.“Tidak. Aku akan membawamu ke rumah orang tuaku,” jawab Xavier yang sontak membuat Jasmine terkejut.Jasmine tersentak. “A-apa? K-kau membawaku ke rumah orang tuamu?”Xavier menatap keterkejutan di wajah Jasmine. Dia membelai pipi Jasmine sambil berkata, “Nanti kau akan tahu. Jangan khawatir. Aku akan selalu di sisimu. Empat tahun kita sama-sama tersiksa. Sekarang sudah waktunya untuk bahagia.”Jasmine memilih menyandarkan kepalanya di lengan kekar Xavier. Dia percaya pa
Jasmine menatap cermin melihat perutnya yang masih rata. Wanita itu mengusap lembut perutnya. Dalam benaknya membayangkan jika kelak nanti perutnya membuncit. Dulu dia gagal, karena keguguran. Sekarang cerita telah berbeda, karena dirinya kembali mengandung.Terakhir dokter mengatakan kandungannya sangat sehat. Hal tersebut membuat Jasmine optimis bahwa dirinya akan melahirkan bayi kedua ini. Terkadang Jasmine merasa bahwa ini semua adalah mimpi, tapi dia sangat sadar bahwa dirinya berada di dunia nyata.“Melamun di pagi hari. Apa yang kau pikirkan, hm?” Xavier mendekat, memeluk Jasmine dari belakang.Jasmine tersentak di kala ada yang memeluknya dari belakang. Namun, keterkejutannya hanya sebentar saja, karena dia melihat dari pantulan cermin Xavier yang tengah memeluknya dari belakang.“Xavier, kau mengejutkanku,” ucap Jasmine pelan.Xavier mengecup tengkuk leher Jasmine. “Kau melamun. Apa yang kau pikirkan?”Jasmine terdiam sebentar. “Aku masih tidak menyangka hubungan kita akan mu
Jasmine melambaikan tangan ke arah mobil Jelena yang mulai pergi meninggalkan mansion Xavier. Senyuman lembut terlukis di wajahnya. Jelena hanya bisa menginap satu malam saja, karena harus mengurus pekerjaannya.“Jasmine,” panggil Xavier yang muncul dari belakang.“Ya?” Jasmine mengalihkan pandangannya, menatap Xavier.“Jelena sudah pulang?”“Sudah.” “Gantilah pakaianmu. Aku sudah menyiapkan dress untukmu di kamar. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”“Kau ingin mengajakku ke mana, Xavier?”“Nanti kau akan tahu.” Xavier membelai lembut pipi Jasmine.Jasmine menghela napas dalam. “Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mengganti pakaianku dulu.”“Aku akan menunggu.” Xavier mengecup bibir Jasmine. Detik selanjutnya, Jasmine melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamar. Wanita itu memilih menuruti keinginan Xavier tanpa banyak bertanya.*** Dress berwarna kuning dengan kombinasi hijau sangat cantik di tubuh Jasmine. Xavier pun tak tahan untuk meloloskan pujian. Hari itu Jasmine terlihat s
Rencana pernikahan Xavier dan Jasmine telah tercium di media. Sebagai pengusaha ternama tentunya nama Xavier Coldwell tentunya bahan perbincangan. Bagaimana tidak? Seharusnya yang menjadi istri Xavier adalah Jelena, tapi malah berubah menjadi Jasmine—adik kandung Jelena.Berbagai gossip miring masuk ke media. Namun, Xavier langsung menegaskan bahwa sejak awal yang dia cintai adalah Jasmine. Pun pria itu sampai memberikan keterangan bahwa dia pertama kali memiliki hubungan dengan Jasmine. Baik Xavier ataupun Jelena sama-sama memberikan keterangan, karena tak ingin Jasmine dijelek-jelekkan di hadapan publik.Sikap Jelena dan Xavier yang membela Jasmine, membuat publik yang tadinya menjelek-jelekkan Jasmine, menjadi tak lagi menjelek-jelekkan. Xavier tak menceritakan secara lengkap kisahnya dengan Jasmine di media. Hanya sekilas saja. Tentu Xavier tidak ingin orang tak dikenal mengetahui tentang masa lalunya dengan Jasmine.Saat ini persiapan pernikahan Xavier dan Jasmine bisa dikatakan
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari di mana Jasmine dan Xavier akan menjadi satu. Tidak pernah mereka sangka akan tiba dititik ini. Berbagai hantaman badai telah mereka lalui. Berpisah empat tahun, dan semesta kembali mempertemukan dengan cara yang unik. Sebuah cara yang tidak pernah mereka sangka.Sebuah gaun pernikahan mewah sudah terbalut di tubuh Jasmine. Semua orang di ruang rias, memuji penampilan Jasmine yang sangatlah cantik. Jelena dan Mila yang ada di sana sampai menangis karena melihat penampilan Jasmine luar biasa cantik.“Jasmine, kau sangat cantik.” Jelena dan Mila memeluk Jasmine bergantian.Jasmine tersenyum lembut. “Kalian juga sangat cantik.”Mila membelai pipi Jasmine. “Mommy tidak menyangka kau akan menikah lebih dulu dari kakakmu.”“Mom, Jasmine berhak bahagia. Siapa pun yang menikah duluan tidak masalah,” sambung Jelena lembut dan hangat.“Maafkan aku,” ucap Jasmine merasa bersalah.Jelena menggelengkan kepalanya. “Kau tidak bersalah. Kau dan Xavier berhak