ALBIRU SHAYU“Berhenti menatapku seperti itu Biru!” bentak Mashayu sambil menutupi wajahnya dengan bantal.“Kau sungguh jatuh hati padaku Shayu?”“Apa maksudmu? Jatuh hati bagaimana! Aku tak mungkin mencintai lintah darat sepertimu Biru!” Mashayu mulai merasakan hawa panas di area wajahnya, menahan rasa malu yang saat ini sedang menyerang.“Jangan bohong! Tak ada satupun wanita yang tidak jatuh cinta kepadaku Mashayu!” pria itu semakin menyunggingkan senyuman di bibirnya.“Kau terlalu percaya diri Biru! Aku mencintai orang lain!” ucap Mashayu dengan pasti.“Benarkah?” Albiru mulai merasakan rasa mengganjal itu lagi, sebuah perasaan yang telah lama hilang.“Siapa dia Mashayu?”“Kau tak mungkin mengenalnya!” jawab gadis itu.“Bagus! Jangan sampai aku mengenalnya ataupun mengetahui siapa dirinya, karena jika sampai aku tau, akan kupastikan dia akan musnah dari muka Bumi ini!” ucap Albiru dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya.“Dan kau, jika memang tidak memiliki orang lain di hi
Sharon membawa menantu barunya itu masuk ke apartemennya dengan senang hati, akhirnya sang putera benar-benar membina hubungan serius dengan seorang gadis, wanita paruh baya itu berharap jika Albiru melupakan segala dendamnya di masa lalu dan memperlakukan Mashayu sebagaimana mestinya. “Nak, kau sangat cantik! Pantas saja Albiru menyukaimu sejak lama!” ucap Sharon, Shayu pun mengernyitkan dahinya, merasa bingung dengan perkataan sang ibu mertua, bukankah mereka baru bertemu dua tahun terakhir ini, lalu mengapa Sharon mengatakan demikian. “Tante, bukankah saya baru mengenal Albiru dua tahun terakhir ini? tanya Shayu. “Oh iya, maksud mama--,” ucap Sharon terpotong. “Maksud mama, aku memang sudah jatuh cinta padamu sejak dua tahun terakhir ini Shayu!” sergah Albiru tak ingin rahasianya terbongkar saat itu juga. “Oh!” Shayu menundukkan kepalanya, ia sungguh malu mendengar perkataan suaminya tersebut. “Nak, mama sudah sangat menginginkan cucu, tolong buatakan segera ya!” ucap Sharon m
Albiru POVMalam itu Shayu sungguh berbeda dari biasanya, ia terus membuatku bertanya apakah benar ini dirinya ataukah ia sedang kerasukan sesuatu. gadis itu bahkan terus mengecupi wajahku, dadaku dan bagian-bagian terlarang yang biasanya tidak mungkin ia lakukan. Untuk menyentuhnya saja biasanya aku harus melakukan pemaksaan, tetapi tidak dengan kali ini istriku itu telah kelihalangan kendali, ia terus membuatku bergairah dengan sentuhan tangan liarnya."Shayu, apa yang akan kau lakukan jika esok aku menunjukkan rekaman cctv di kamar ini padamu?""Kau yang bisanya begitu jual mahal padaku, kini seolah dengan suka rela menyerahkan tubuh indahmu itu kepadaku, jangankan melawan bahkan kaulah yang sedang menyerangku saat ini," ucapku di tengah-tengan nafas yang memburu dari gadis cantik yang kini sedang bermain di atas perutku.Aku pun menarik kain tipis berwarna merah itu, dan seketika tampaklah lekukan-lekukan indah tubuh Mashayu, wajahnya masih saja sangat memerah saat lidahku mulai m
Mashayu memperhatikan video rekaman pada layar ponsel Albiru itu dengan penuh ketelitian, memastikan jika dirinya tidak sedang salah lihat. Beberapa kali gadis itu membulatkan matanya saat ia mulai yakin jika gadis yang sedang menggoda Albiru itu adalah dirinya. "Albiru, benarkah ini diriku?" tanya gadis itu terbata, masih belum yakin dengan yang sedang dilihatnya. "Siapa lagi memangnya Mashayu?" Albiru menyunggingkan senyumannya, ia sendiri juga tidak menyangkan jika gadis itu benar-benar di luar kendali semalam. "Biru, a-aku tidak ingat apapun, bagaimana mugkin aku bisa melakukan itu padamu!" Mashayu menutup kedua matanya menahan malu, saat video itu menunjukkan dirinya yang sedang mencumbu Albiru, memainkan dada bidang pria gagah itu, dan sesekali menyentuh area sensitif Albiru tanpa ragu-ragu. "Aku pun tak tau, tapi kau sangat liar Mashayu," ucap pria yang sedang mengambil baskom berisi air hangat itu. "Oh Biru! aku tak tau apa yang harus kulakukan! tetapi maafkan aku," ucap g
"Sudah kukatakan, jangan pernah menyebut nama ayahmu di hadapanku Mashayu!" gertak pria itu, sementara Mashayu masih belum bergerak, ia ingin sekali mendapat jawaban dari segala teka-teki ini, baginya urusan Albiru dan ayahnya adalah suatu masalah yang harus diselesaikan. "Albiru, apa yang kau harapan dari pernikahan ini?" gadis itu menatap wajah sang suami lalu merangkup wajah berdagu tegas itu. "Aku mencintaimu Shayu, sangat!" ucap Albiru lirih, kemudian berlalu. "Shayu, bersiaplah kita akan menjenguk opa hari ini," Mashayupun mengangguk lalu segera mengambil pakaian yang dianggapnya layak. Gadis itu memilih pakaian casual dengan wedges setinggi tiga cm, Mashayu sudah cukup memiliki tinggi badan yang bagus jadi ia tidak perlu lagi menggunakan heels yang terlalu tinggi. Albiru sedang berbincang dengan ibunya di lantai bawah, Sharon sangat antusias mendengarkan cerita sang putera. "Biru, jadi bagaimana semalam?" tanya Sharon sambil menyiapakan makanan. "Ma, kenapa mama begitu t
Mashayu memandang tubuh renta itu, wajah yang begitu teduh meskipun matanya terpejam tetapi Armani terlihat seperti seoarang yang masih sehat dan terawat.“Opa, sebelumnya perkenalkan saya Mashayu istri Albiru, cucu opa yang tampan itu, opa bisa memanggilku dengan nama Shayu.” Gadis itu terus memperhatikan tubuh yang sedang tergolek dengan berbagai alat bantu kehidupan itu.“Opa, bagaimana kabar opa? Mungkin benar ini adalah pertemuan pertama kita, tetapi entah mengapa Shayu merasa sudah sangat mengenal opa,” ucap Mashayu sambil terus mencoba berkomunikasi dengan pria renta tersebut, berharap sang kakek bisa mendengarnya.“Opa, apa Shayu boleh sedikit bercerita? Sebenarnya awalnya Shayu sangat membenci Biru, karena dia sudah sangat keterlaluan pada Mashayu, namun entah bagaimana seiring berjalannya waktu Shayu mulai jatuh hati padanya,” Mashayu tersenyum tipis dia merasa seperti ingin menceritakan semuanya pada Armani saat itu juga.“Apa opa tau, jika ternyata Albiru pun juga memiliki
Mashayu menatap benda pipih itu ia tak mengerti mengapa Albiru tidak menggunakan uang tersebut seperti sebagai mana mestinya, gadis itu sempat berfikir jika Albiru adalah tipe orang yang serakah, tetapi lagi-lagi sepertinya dugaannya itu salah.“Albiru, mengapa kau tak menggunkan uang ini? kupikir kau akan--,” ucap Mashayu terpotong saat pria tampan di sampingnya itu menghentikannya.“No Shayu, aku tak menggunakan uang itu,” ucap Albiru.“Iya, tetapi kenapa?”“Karena itu uangmu Shayu, itu hasil kerja kerasmu selama bertahun-tahun ini,” Albiru menatap manik indah gadis itu.“Biru, ada apa denganmu? Ini uangmu! Aku telah bekerja keras selama ini hanya untuk mengembalikan uangmu,” ucap Mashayu sambil memberikan kartu atm itu pada Albiru.“Shayu, mungkin aku memang memerasmu selama ini, tetapi jujur saja aku tak bisa mengatakan alasan yang sesungguhnya padamu. Yang jelas kau harus mengambil uangmu kembali, aku adalah suamimu sekarang dan sudah menjadi kwajibanku untuk menafkahimu,” jelas
Albiru masih terlelap setelah kegiatan panasnya dengan sang istri semalam. Dia benar-benar terlarut dalam kehangatan tubuh Mashayu, begitupun dengan Mashayu yang tak dapat mengontrol dirinya saat sentuhan Albiru begitu terasa memabukkan pada setiap jengkal kulit mulus gadis itu. Setelah usai membersihkan diri, gadis itupun keluar dari kamar menuju dapur, berniat untuk membuatkan sarapan untuk suaminya. “Selamat pagi sayang,” sapa Sharon yang sedang memasak. “Selamat pagi Mama,” jawab Mashayu padahal ia sudah bangun sepagi mungkin, tetapi tetap saja ibu mertuanya bangun lebih pagi dari dirinya. “Mashayu, bagaimana tidurmu?” Sharon memperhatikan wajah menantunya tersebut, sambil tersenyum-senyum ia membatin Kau hebat Albiru, tidak sia-sia mama membantumu! Gumam Sharon saat memeperhatikan kulit Mashayu yang penuh dengan kissmarks dari puteranya. “Sangat nyenyak Ma, bagaimana tidur mama? Maafkan Shayu yang selalu tertlambat bangun,” ucap gadis itu, menahan malu, ia tau jika sang ibu m