Kemampuannya dalam menyembunyikan keberadaannya sudah menjadi kelebihan yang tidak setiap ahli memilikinya. Jika bukan karena ada kekuatan Huo dalam dirinya, mungkin Awan juga luput menyadari keberadaan pria ini sebelumnya.
Walau setelah melihat dari dekat pria tersebut, Awan merasakan perasaan yang berbeda. Dia seperti memiliki kedekatan dengan pria tersebut, namun Ia juga tidak bisa mendeskripsikan kedekatan seperti apa yang dirasakannya.
"Jadi, bisa jelaskan. Anda siapa? dan apa yang anda inginkan?" Tanya Awan dengan nada lebih melunak dari sebelumnya.
"Saya.. Tobias.. Tobias Wijaya."
Kening Awan berkerut ketika mendengar pria misterius tersebut menyebutkan namanya.
Seakan mengerti dengan arti kerutan di dahi Awan, Tobias melanjutkan, "Seharusnya kamu sudah bisa menyimpulkan siapa saya, karena kamu juga pernah menggunakan nama belakang yang sama, walau tidak dalam waktu yang lama."
Deg
Awan mulai paham, perasaan dekat sepert
Lingkar mata Awan tampak sedikit menghitam dengan mata agak kuyu akibat kurang tidur. Bukan karena menikmati melon semalaman, justru Ia terpaksa begadang diruang tamu sendirian karena menunggu melon yang Mikha janjikan namun tidak kunjung datang.Sekembalinya ke apartemen, Awan cukup kelaparan. Beruntung dua wanita yang saat itu sedang menunggui kepulangannya begitu pengertian. Beberapa menu makanan yang ada diatas meja begitu menggugah seleranya.Mungkin karena perjalannya malam itu cukup menguras energinya, belum lagi Mikha telah menjanjikan melonnya untuk disantapnya. Sehingga tidak butuh waktu lama, semua makanan diatas meja berhasil disantapnya.Setelah menghabiskan begitu banyak makanan, Awan memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menertibkan cacing-cacing diperutnya yang ikut kekenyangan. Dalam pikiran, Awan sudah membayangkan melon supernya Rose, tapi jelas itu diluar jangkauannya.'Tidak ada melon super, melon standar pun jad
"Jadi kenapa kamu tidak menghubungi saya kemarin?" Tanya Calista ketika Awan baru saja duduk dalam ruangannya. Tempat ini sengaja dipilih Calista untuk menghindari gosip-gosip yang tidak perlu seperti yang beredar saat ini.Padahal kemarin itu, Ia hanya menarik Awan pergi karena mau mengajak pemuda tersebut untuk membeli mobil bersamanya. Walau terkesannya mereka seperti sedang bergandengan tangan dan entah siapa yang memulai, gosip-gosip liar mulai bermunculan dari mulut-mulut yang tidak bertanggung jawab. Utamanya dari mereka yang selama ini jadi penggemar garis kerasnya Calista.Calista sendiri adalah tipikal orang yang tidak peduli dengan gosip-gosip yang tidak penting. Prinsipnya, selama itu tidak merugikannya secara langsung maka Ia tidak akan mengindahkan ucapan orang lain."Saya tidak punya nomor kamu Cal." Ucap Awan lesu."Cal, cal.. ini dikampus, kamu harus manggil saya Bu." Kata Calista sedikit judes.'Duh, nih betina maunya
Ketika Awan kembali ke kantornya, ternyata Zack Lee sudah menunggunya didepan ruangannya. Melihat dari sikapnya, Awan tidak akan heran lagi jika apa yang akan dibicarakan Zack padanya memanglah suatu hal yang sangat penting. Karena ini diluar kebiasaan Zack untuk menyambutnya secara langsung."So, ada hal penting apa yang paman ingin bicarakan denganku?" Tanya Awan langsungto the pointdan melewatkan basa basi yang tidak perlu, begitu mereka berdua duduk dalam ruangan Awan.Zack menghela nafas sejenak, lalu mengajukan sebuah surat kepada Awan.Ketika Awan menerima surat dari Zack, keningnya sedikit berkerut heran ketika membacanya sekilas, "Surat pengunduran diri? Apa maksudnya ini paman?" Tanya Awan terkejut dengan pengunduran diri Zack yang begitu tiba-tiba.Zack tidak langsung menjawab pertanyaan Awan, melainkan meraih kertas note diatas meja sembari mengeluarkan penanya. Sepertinya, ada suatu hal yang tidak bisa d
"Tapi, dibanding mengadakan sebuah pesta. Sebaiknya tuan muda segera mengadakan syukuran untuk ini." Tambah Zack sambil menyerahkan sebuah box kecil ekslusif berwarna hitam.Awan hanya tersenyum sambil geleng-geleng kecil, "Darimana ceritanya orang yang akan pergi malah memberi hadiah? Jangan membuat aturan dunia jadi terbalik, Paman.""Itu bukan hadiah, tapi itu memang seharusnya milik anda, tuan muda. Bukalah!""Milikku?" Tanya Awan dengan kerutan bingung diwajahnya.Awan membuka kotak hitam ekslusif tersebut, ternyata didalamnya ada satu set anak kunci yang lebih ekslusif dari kotak pembungkusnya, "Kunci Villa Nirwana? Sudah selesai, paman?" Tanya Awan terkejut senang.Villa itu sendiri merupakan proyek terakhir dari kota komersil yang dibangun oleh RA Group. Kota dengan luas lebih kurang 10 ribu hektar persegi tersebut merupakan ide revolusioner Awan. Villa itu sendiri merupakan kepingan terakhir dari semua rencana besarnya, setelah berha
Ditariknya Zack Lee ke Sanjaya group oleh Ayahnya, secara tidak langsung memberi warning tersendiri bagi Awan. Jika perusahaan Ayahnya yang sudah sebesar itu, bisa disusupi oleh musuh. Tidak tertutup kemungkinan jika perusahaannya akan bisa disusupi juga suatu saat.Selama ini, Awan menerapkan sistem kekeluargaan dalam membangun SDM di perusahaannya. Jika dibandingkan perusahaan di level yang sama, perusahaan RA Group telah memberikan gaji 1 setengah kali lebih banyak dan bahkan dengan memberi lima asuransi umum plus 2 x paket liburan.Namun jika bicara dengan tingkat kepuasan dan keserakahan manusia, tidak ada yang bisa menjamin sejauh mana tingkat kesetiaan karyawannya terhadap perusahaan. Manusia bisa saja berpaling jika ada yang berani memberinya setumpuk uang diluaran sana, bahkan bisa sampai rela menjual harga dirinya dengan sederet angka yang menggiurkannya.Selama ini, hanya ada divisi audit internal dan juga Zack Lee yang bekerja untuk mengawas
Strategi Awan dalam menyiapkan dewan pengawas independen adalah pencegahan dini, ibaratnya sedia payung sebelum hujan. Karena semakin besar perusahaannya, tidak tertutup kemungkinan akan munculnya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang dapat merugikan perusahaan demi kepentingan pribadi mereka. Mereka itu ibarat kanker, jika dibiarkan akan semakin membesar jika tidak cepat ditangani dengan baik.Pembentukan Dewan Pengawas Independen bukan hal yang asing sebenarnya, mengingat banyak perusahaan besar juga menggunakan metode yang sama dalam mengontrol perusahaan mereka. Cuma seberapa independen dan profesionalnya mereka yang berada dalam dewan pengawas itu nantinya, itu yang sering jadi permasalahan.Butuh orang-orang yang memiliki integritas tinggi serta prinsip yang kuat, sehingga mereka yang bekerja dibidang ini nantinya bisa dipercaya dan dipegang komitmennya.Sekembalinya dari ruangan Awan, Vannesa duduk terdiam beberapa saat dibalik meja kerjanya. Hari
Vannesa meneruskan pesan Awan ke email Elena dan diakhir pesannya, Vannesa meminta Elena untuk memberi konfirmasi waktu kapan kesediannya bisa bertemu dengan CEO RA Group.Elena sendiri saat ini masih magang di kantor salah seorang pengacara kondang tanah air, Hilman Paris and Partner. Pengalaman dua setengah tahun sejak kelulusannya, membuatnya berinisiatif untuk mulai mendirikan firma hukumnya sendiri. Keinginannya tersebut ternyata juga disokong oleh bosnya saat ini, menurutnya akan sangat baik bagi seorang yang berbakat seperti Elena mencari pengalamannya sendiri.Sokongan semangat dari pengacara seterkenal Hilman, membuat Elena semakin yakin untuk memulai firma hukumnya sendiri.Ketika Elena menerima pesan elektronik dari Vannesa, Elena sangat terkejut sekaligus melonjak gembira. Padahal dalam email tersebut, belum ada keterangan proposalnya disetujui. Namun, yang membuatnya melonjak gembira tanpa bisa ditahannya saat ini adalah karena kalimat terakhir dala
"Ya, halo. Dengan Nona Elena?"Terdengar suaracharmingseorang pria dari seberang telpon. Hanya dengan sapaan itu saja sudah membuat Elena menjadi gugup, bahkan tanpa sadar Ia reflek merapikan rambut dan riasannya melalui cermin kecil didepannya. Jika seandainya Adi Kuncoro atau Ibunya melihat apa yang dilakukan oleh Elena saat ini, mereka akan melihat anak mereka seperti gadis abege yang lagi kasmaran. Elena juga tidak tahu kenapa Ia bisa segugup itu hanya dengan mendengar suara Awan. Wajahnya bahkan bersemu merah karena luapa perasaan yang sulit dikendalikannya. "I.iya, saya Elena. Pak Saktiawan?" "Iya, mengenai proposal yang anda ajukan kemarin.." "Saya bersedia pak. Terserah Pak Saktiawan saja kapan waktunya, saya bersedia." Sela Elena cepat karena saking bersemangatnya. Awan sendiri mengernyitkan kening heran, Ia tidak menyangka jika reaksi Elena akan seantusias ini. Padahal Ia belum menyelesaikan ka