Rumah Kang Tarjo sekarang menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Sama seperti layaknya rumah-rumah tetangga depan belakangnya. Kebahagiaan terpancar dari keluarga yang sederhana itu. Pak Sugi, selama Kang Tarjo mendirikan bangunan rumah tidak pernah menampakkan batang hidungnya. Meski sesekali saja, itupun nggak pernah. Yu Sarni yang selalu membersamainya memang melarang supaya jangan sampai menginjakkan kaki di rumah anak lelakinya itu."Sudah diam saja di rumah, kalau mau ke sawah tinggal ke sawah saja. Nggak usah nengok-nengok, nanti besar kepala anakmu itu!" ujar Yu Sarni saat pagi tiba.Pak Sugi masih terlihat kuat meski raganya sudah tidak muda lagi. Setiap pagi pergi ke sawah, menjelang siang akan pulang. Saat pulang selalu mendapati meja makannya kosong tanpa ada isi. Pak Sugi hanya bisa meminum air putih sebanyak-banyaknya untuk mengurangi rasa lapar yang mendera.Seperti itulah kebiasaan Yu Sarni. Dia pun menikmati waktunya di sawah hingga adzan dzuhur barulah pulang lalu
Sekian lama seiring berjalannya waktu, Pak Sugi sudah terbiasa datang ke rumah Kang Tarjo. Tidak ada yang namanya sungkan ataupun yang lainnya. Meski dulu maju mundur jika mau ke rumah anak lelakinya yang terdekat itu. Dengan alasan tidak mau merepotkan atau yang lainnya. Tahun berganti terlalu cepat, kesehatan Pak Sugi semakin menurun. Usia yang tidak lagi muda membuatnya sering sakit-sakitan. Berbagai macam obat selalu di konsumsinya supaya badan terasa tidak pegal. Iya, Pak Sugi selalu mengeluh akan badannya yang pegal-pegal sehingga membuat pendengarnya semakin tidak baik. Setiap orang yang mengajak bicara pasti akan meninggikan intonasinya bagaikan orang yang tengah bertikai.Meski telinganya bermasalah akan tetapi penglihatan Pak Sugi masih normal walaupun saat malam hari. Dia akan tetap mengenali siapa saja yang dilihatnya. Yu Surti pun sering kali mengunjungi Bapaknya itu kadang dua Minggu sekali atau sesuka hatinya. Jika ke sawah yang di dapat dari warisan Pak Sugi, maka s
Terima Kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen dan tap love sebagai bentuk dukungan untuk saya yang pemula ini. ☀️☀️☀️☀️☀️Siang hari cuaca panas terasa menyengat di kulit. Udara yang berubah menjadi sangat ekstrim itu membuat banyak orang enggan untuk keluar. Situasi rumah Pak Sugi terdengar ramai, gegas pasangan suami istri dari belakang rumah Pak Sugi berlarian kecil menuju lokasi. Suara semakin riuh setelah jarak semakin dekat. "Ya Allah, Yu, apa kabarnya?" pekik Yu Mini saat melihat kakak ipar terduduk santai di lantai.Yu Mini memeluk erat karena kangen yang membuncah, belasan tahun tidak pernah bersua membuat rasa yang bersemayam dalam dada seakan ingin terlepas dari tempatnya. Begitu pula Kang Tarjo, rintik air mata mengalir saat melihat raga sang kakak yang hanya tinggal tulang. Wajah ayu dengan kulit yang bersih dulu kini berubah menjadi keriput dan rambut penuh uban. Mereka saling berpelukan diiringi deraian air mata yang semula di tahan oleh masing-masing netr
Pak Sugi MangkatRaga Pak Sugi sudah tidak gagah lagi, kesehatan pun mulai menurun, kadang merasa pegal-pegal ingin dipijat seluruh badan. Selalu berkeluh saat ada yang bertandang ke rumahnya. Rasa kehilangan akan putri pertamanya yang berujung rasa sesal yang mendalam. Andai dulu Yu Sumi mau hidup di kampung, anak menantunya pasti akan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tidak hanya satu anaknya saja yang merawat. Dalam kesendiriannya, Pak Sugi terkadang hanya melamun melihat orang yang berlalu lalang di jalan besar depan rumahnya. Hiruk pikuk para pemotor dan tetangga yang pergi ke sawah membuatnya rindu akan bertani.Terkadang jika ada anak atau cucunya yang bertandang untuk melihat keadaan Pak Sugi, tak jarang dia bercerita kalau badannya terasa sangat capek sekali. Hingga dari mereka yang diajak cerita, akan memijat dengan lembut bagian mana yang terasa tidak enak.Sesekali Reni yang diajak bercerita pun, memijat lelaki tua itu dengan pelan-pelan. Sebab, kulitnya yang sudah t
"Sesuai kesepakatan, kematian Bapak di tanggung oleh Sarni. Karena dia yang akan memiliki bagian tanah terbanyak dari saudara-saudaranya. Jangan ada yang mengungkit di kemudian hari!" ucap Kang Tarjo saat bermusyawarah untuk biaya kematian Pak Sugi. "Ada yang keberatan?"Semua yang hadir menggeleng, kemudian Kang Tarjo melanjutkan ucapannya. Bukan bermaksud untuk durhaka dan kurang ajar karena memimpin musyawarah dalam keluarganya. Kang Joko, yang mana sebagai Kakak yang lebih tua dari Kang Tarjo tidak terlalu lancar dalam berbicara. Kang Joko akan selalu gagu jika ada saudaranya yang akan membantah atau melawan. Dia lebih banyak diam tanpa harus berbicara banyak seperti saudara perempuannya. Itulah mengapa, Kang Joko menyerahkan tugas memimpin ke adiknya."Gampang itu, duitku masih banyak kok," jawab Lusi, anak dari Yu Sarni. Anak cucu dari Pak Sugi semua berkumpul demi mendengar apa yang akan menjadi keputusan bersama. Menjadi saksi, supaya kelak di suatu hari jika ada yang berbel
Kehidupan berjalan normal seperti layaknya sebuah keluarga yang nyaman, tidaklah ada yang saling menyikut seperti tahun-tahun yang telah berlalu. Berkali-kali Kang Paimin dan Yu Surti berkunjung ke rumah Kang Tarjo untuk sekedar berbincang-bincang sesuatu yang nggak jelas. "Aku mau membuatkan rumah untuk Tyo, Kang. Disebelah sini, nanti tolong di bantu!" pinta Yu Surti dengan berjalan mondar-mandir di depan rumah Kang Tarjo. "Iya," jawab Kang Tarjo singkat."Lho, tanah ini kamu kasih ke Tyo?" tanya Yu Mini datar. "Iya, mau ke siapa lagi? Purwo sudah mempunyai rumah sendiri di tempat istrinya sana, sudah aku buatkan rumah juga. Memang darimana dia punya uang banyak? Anak satu itu memang pemalas, nggak pernah bekerja padahal sudah aku kasih modal tetap saja tidak mau bergerak." Yu Surti menggerutu kesal saat bercerita tentang anak sulungnya itu.Tanah kosong sebelah selatan rumah Kang Tarjo bagian untuk Yu Surti, rencananya akan di bangun rumah untuk sang anak lelaki, Tyo. Entah apa
"Kang Wardi sakit stroke, Kang. Aku mau dia dirawat di rumah saja. Kasihan, istrinya tidak mau merawatnya sama sekali," ucap Yu Surti saat sedang berkunjung ke rumah Yu Sarni. "Yakin? Masak istrinya tidak mau merawat. Jangan berpikir buruk tentang orang lain kamu!" balas Kang Tarjo dengan menyulut rokok yang sedari tadi dipegangnya.Yu Surti menggerutu dalam hati, niatnya untuk memiliki tanah kosong bagian dari Kang Wardi hampir saja pupus karena tidak setujunya Kang Tarjo atas usulannya. Seperti saat Yu Sumi di rumah dan meninggal dulu. Yu Surti berpikir jika merawat Kang Tarjo dan hingga nanti akan berpulang maka, semua warisan bagian yang dimiliki Kang Wardi akan menjadi hak Yu Surti. Akan tetapi, rencananya terhalang persetujuan Kang Tarjo. Akhirnya Yu Surti pulang ke rumahnya dengan hati yang dongkol. Menggerutu sepanjang jalan dan memaki Kang Tarjo dengan segala sumpah serapah.☀️☀️"Kalau rumah kamu jadi, lalu akan pindah tidur, Sarni?" tanya Kang Tarjo saat melihat barang ba
Pagi ini Tyo datang lagi ke rumahnya sendiri dengan membawa satu jerigen oli penuh. Tanpa bicara dia langsung menumpahkan oli hitam itu di tanah yang ada pohon mangga berdiri dengan kokoh. Sekeliling pohon di siramnya dengan senyum miring. "Oh, seperti itu kelakuan kamu? Nggak ibu, nggak anak kok sama saja. Jahat dan curang!'' pekik Reni dengan mendekati Tyo yang masih duduk dan menyiram.Tanpa menjawab, Tyo terus melakukan aksinya dengan tersenyum miring. Dia bahkan enggan menatap mata Reni yang sedari tadi melihatnya tanpa kedip. "Kamu pikir hidup kamu sudah baik? Hah! Diminta musyawarah dulu nggak mau, orang muda kok pikirannya picik seperti itu, pantas saja kamu nggak punya tetangga disana!" Amarah Reni tersulut dan membara. Ingin saja dia mencakar wajah Tyo yang sangat memuakkan itu. Namun, dengan wajah dingin Tyo tidak menjawab sedikitpun kalimat yang diucapkan oleh Reni meski gemuruh di hati ingin memuntahkan segalanya. Aksinya tetap saja dilanjutkan."Coba kamu lihat itu po