Serombongan karyawan magang di Hotel Cakrawala Indonesia berjalan bersama melintasi lobi luas hotel bintang 5 terkemuka di Jakarta itu. Mereka baru saja menyelesaikan apel pagi di ruang ganti karyawan yang dipimpin oleh manager hotel."Hey ... Stop! Tunggu rombongan top managemen lewat dulu—" Kepala maid hotel senior mengangkat tangan kanannya untuk menghentikan langkah anak-anak magang itu. Virna yang sok pede sok kecantikan pun melongokkan kepalanya melihat siapa yang berjalan paling depan di rombongan top managemen hotel bintang 5 tempat magangnya. Dia sontak terperangah melihat wajah pria muda ganteng itu. Virna memastikan sembari merogoh ke saku apronnya untuk mengambil ponselnya. Diam-diam gadis itu mengambil foto Ananda, dia yakin itu pria sama yang menjadi pacar sepupunya, Maya.Dia pun bertanya kepada kepala maid senior, "Bu Irene, siapa nama pria yang berjalan paling depan di rombongan tadi?"Wanita beriasan wajah tebal itu berdecak melotot kepada Virna. "Kenapa nanya-nanya
"May, aku punya fakta mengejutkan tentang pacarmu!" ucap Virna dengan senyum misterius saat dia menyambangi kamar tidur sepupunya sesudah mandi sore.Tentu saja Maya tertarik untuk mengetahui fakta apa yang diketahui oleh Virna. Ia pun menyahut dari depan laptop di meja tulisnya, "Ngomong aja, Vir. Emang penting banget ya?" Mengetahui reaksi Maya yang seolah tak peduli, ia pun semakin gemas ingin memberitahu sepupunya itu tentang siapa Ananda Kusuma sebenarnya. "Ananda itu bukan perawat biasa, May. Dia itu pemilik hotel dan mall Cakrawala Indonesia, bos tempat magangku saat ini," tutur Virna dengan nada lebay lalu memerhatikan respon Maya.Alih-alih terkejut, sepupunya itu malah tertawa ringan seolah menganggap Virna berhalusinasi. "Terserah kamu deh, Vir. Aku dengerin aja deh kamu mau cerita apa tentang Mas Nanda, tapi aku sambil nulis cerita ya!" balas Maya lalu fokus mengetik di atas keyboard laptopnya. Setahunya Ananda itu pemuda yang sangat sederhana gaya hidupnya, nah ... ini
Semenjak pertemuan Virna dengan Ananda hari itu, pekerjaan magang gadis itu dipindahkan di bagian house keeping kamar hotel dan dapur dimana tidak mungkin bertemu lagi dengan Ananda secara kebetulan. Memang pria itu sengaja mengaturnya demikian, dia tak suka ada pihak yang mengganggu hubungan rahasianya dengan Maya.Obat khusus Strong Feet Medication yang diberikan oleh Ananda memang rutin dikonsumsi oleh Maya. Hingga setelah sebulan pemakaian Mr. Claudio menyarankan agar Ananda mengajak Maya terapi berjalan dengan palang ganda di kanan kiri tubuhnya sebagai tumpuan. Maka ia pun menyewa fasilitas fisioterapi di rumah sakit milik sahabatnya untuk Maya."Bu Melita, saya antar Maya dulu ya ke Rumah Sakit Dharma Medika," pamit Ananda dari dalam mobil Avanza milik mama Maya.Nyonya Melita melambaikan tangan kanannya melepas kepergian puterinya bersama perawat fisioterapi yang dia harapkan bisa jadi calon menantunya itu dari teras depan rumah.Ketika mobil Avanza itu melaju, Maya pun bertan
"Om Nanda, gimana pacarannya sama Kak Maya?" selidik Edward saat mereka berdua dalam perjalanan ke Bandara Soekarno-Hatta menjemput kakek neneknya yang baru saja pulang dari London.Paman Edward itu hanya tertawa penuh rahasia sembari menggeleng-gelengkan kepalanya tak ingin bercerita kepada keponakannya yang kepo dengan hubungannya bersama penulis dongeng idolanya. "Mau tahu aja sih?" tukasnya."Yaelah, Om. Pelit amat ditanyain gitu doang!" protes Edward dengan bibir manyun. "Biarin—anak kecil dilarang ikut campur. Oya, Om pesan ke kamu, jangan cerita tentang Kak Maya ke kakek nenek ya!" pesan Ananda sesaat dia membelokkan mobilnya memasuki area parkir mobil bandara.Edward berdecak tak setuju. "Ckkk ... kenapa memangnya, Om? Kok pake main rahasia-rahasiaan sama kakek nenek sih?" "Ada deh. Lagian nanti mereka ikutan kepo kayak kamu, Om nggak mau—" Ananda memasang hand rem lalu mengajak keponakan kesayangannya itu turun dari mobil. Sesuai perkiraan jam pesawat Emirates Airlines dar
Meskipun Ananda bungkam sepanjang sisa makan malam dengan tujuan perjodohan terselubung itu, nampaknya orang tua kedua pihak antusias meresmikan hubungan anak mereka ke jenjang yang lebih serius. Sebagai pewaris Grup Kusuma Mulia, Ananda tidak bisa bersikap semau dia sendiri. Peran papa mamanya untuk merestui wanita pilihannya terbilang penting.Dia pun menghindari kedekatan yang berlebihan dengan Deana hingga akhir acara makan malam itu. Ananda menolak ajakan berbicara banyak dari gadis cantik pewaris Grup Hartadinata. "Baiklah ... sepertinya hari semakin larut malam. Nanti ngobrol-ngobrolnya dilanjut lain waktu ya, Ananda dan Deana!" ujar Pak Arifian Hartadinata sembari terkekeh senang.Dengan buru-buru Ananda bangkit berdiri dari kursinya lalu mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Pak Arifian. "Sampai jumpa di lain waktu, Om," ujarnya sambil tersenyum palsu yang tampak simpatik. Kemudian dia memyalami mama Deana dan juga gadis itu sebelum beranjak meninggalkan ruangan
Seperti biasa setelah selesai memberikan fisioterapi untuk kaki Maya, CEO yang menyamar menjadi perawat pasien kelumpuhan itu kembali bekerja di kantornya. Dia baru saja keluar dari lift khusus untuk direksi perusahaan dan disambut oleh sekretaris sekaligus asprinya, Aji Prasetyo."Selamat siang, Pak Nanda," ucap Aji sambil berdiri di balik meja kerjanya. Namun, dia tidak hanya bermaksud menyapa Ananda karena ada hal lain yang di luar kebiasaan. Dia bergegas mengikuti bosnya sembari berkata, "Pak, Anda ada tamu di ruang CEO—"Ananda pun sontak membalikkan badannya hingga Aji spontan mengerem karena nyaris menubruk badan bosnya. Dia terdiam dengan ekspresi cemas menatap Ananda. "Siapa?!" tanya Ananda bernada galak mengenai identitas tamunya. Dia tak biasa mendapat tamu dadakan dan sekretarisnya memberi izin orang tersebut menunggu di ruangan kerjanya.Setelah menelan air liurnya, Aji menjawab polos, "Katanya calon tunangan, Bapak. Mbak Dea, gitu namanya."Mendengar jawaban Aji, dia pu
"Aku selain nggak suka cewek agresif juga nggak suka cewek yang kasar kelakuannya! Kamu kenapa main tampar pipi orang?!" sembur Ananda dengan emosional menatap tajam ke arah Deana yang mulai menangis tersedu-sedu."Mas Nanda yang mulai duluan tadi, omongannya nyinyir. Aku masih perawan TING-TING! Seenaknya nge-judge aku macam-macam pas kuliah dulu di Oxford!" balas Deana tak kalah sengit dengan Ananda.Mereka berdiri berhadapan saling melotot satu sama lain. Dalam hati Ananda dia sangat tidak menyukai Deana setelah kunjungannya siang ini ke kantor. Kemudian Ananda pun berkata, "EGP, sudah kamu mendingan pulang aja ke hotelmu. Aku sibuk banget dan malas bicara sama kamu, Dea. Sudah ya!""Ckkk ... aku akan lapor ke papa mamaku kalau kamu kasar sama aku, Mas!" ancam Deana lalu ia bergegas mengambil tas tangannya di kursi sebelum melangkah cepat di atas sepatu berhak 12 centimeter yang mengetuk-ngetuk lantai marmer kantor Ananda menuju ke pintu keluar ruang CEO yang kemudian dibanting hin
Sore itu bel pintu rumah Maya berbunyi, kebetulan papa mamanya sedang pergi berbelanja ke supermarket karena banyak persediaan barang kebutuhan sehari-hari yang habis di rumah. Virna juga belum pulang dari kerja magangnya di Hotel Cakrawala Indonesia. Akhirnya Maya sendiri yang keluar dari kamar tidurnya dengan kursi rodanya untuk melihat siapa tamu yang datang berkunjung.Pintu teras terbuka dan sepasang pria wanita paruh baya berpakaian rapi yang nampak berkelas berdiri di hadapan Maya yang duduk di kursi roda. "Selamat sore. Cari siapa ya?" sapa Maya biasa saja karena tidak mengenali kedua orang asing itu.Wajah wanita dan pria itu mengernyit seolah jijik melihat Maya, tentu saja perasaan gadis itu sedikit terluka, tak enak hati. Kemudian sang wanita berkata, "Apa kamu mengenal Ananda Kusuma?"Sebersit keterkejutan bercampur kebingungan melintas di raut wajah Maya. Dia heran apa hubungan mereka dengan kekasihnya. Namun, Maya berusaha menjaga sopan santun seraya menjawab, "Iya, ken