Tresno dan Verawati kaget dengan kemunculan tiba-tiba TT. Mereka menata sikap senormal mungkin.Terutama Tresno, yang seketika langsung merubah gesturenya dari suami memelas yang takut istri menjadi mode garang agar tampak berwibawa di depan TT.“Sudah pulang kamu, Nak?” tanya gugup Verawati.“Bilang-bilang dong kalau datang! Nggak sopan sekali sikap kamu tuh sama orang tua sendiri!” bentak Tresno pada TT.Sebenarnya bentakan yang dilakukan oleh Tresno dimaksudkan untuk menyembunyikan adegan memelas yang sebelumnya dia tunjukkan kepada istrinya.Namun cara bicara itu justru mengundang rasa kesal dari TT. Meski sebelumnya TT sempat berpikiran kalau sebenarnya ayahnya itu masih punya sisi lain yang bisa dia tiru sebagai lelaki yaitu bersikap lembut pada perempuan.Namun, bentakan Tresno langsung merubah segalanya. Kini TT tidak terima dengan perlakuan sang ayah kepadanya.“Kalau cuma mau marah-marah lebih baik nggak usah kesini deh pi! Lagian percuma, Bagus udah ambil keputusan final! N
JRENG! Alanis langsung menyadari sebuah kemungkinan. Kedua orang yang ada di hadapannya saat ini adalah Ibu dan salah satu adiknya Yanto, keluarga pemilik rumah ini.“Ibu ini orang tuanya Yanto?” tanya Alanis dengan sangat hati-hati.“Loh kok kamu bisa kenal sama kakak aku sih?” sambar si anak.BENAR! Wanita paruh baya dan gadis yang ada di hadapan Alanis sekarang adalah Ibu dan adiknya Yanto.“Oh bener ya berarti. Yanto memangnya belum cerita apa-apa bu, kak?” kata Alanis yang kini tampak mulai bingung dengan situasi yang dialaminya sekarang.“Cerita apa? Kamulah yang harusnya cerita kenapa bisa tinggal di rumah saya dan apa hubungan kamu dengan anak saya, Yanto!” sentak si ibu kesal.“Mmm... jadi saya ditawari Yanto untuk menempati rumah ini, bu. Tapi saya janji akan bayar tiap bulannya kok bu setelah saya dapat gaji,” Jelas Alanis.“Lah kok saya tidak diberitahu sama Yanto? Terus hubungan kamu sama Yanto apa? Kamu belum jawab! Kamu pacarnya atau cuma teman saja?” tembak ibunya Yant
TT terpaksa membawa masuk Jenny ke dalam apartemennya karena Jenny tak mau melepaskan diri untuk memeluknya.Ia pun tampak sangat kerepotan, bukan hanya repot tapi risih dan sebal karena jemari Jenny terus menggerayangi tubuh TT, menggoda TT meski dalam keadaan mabuk.“Jenny! Jangan gitu dong!” tegur TT sambil coba menyingkirkan tangan Jenny yang sudah nyaris menyentuh bagian sensitif tubuh TT.Bukan hanya agresif, Jenny pun terus meracau saat dipapah berjalan.“TT! Kamu harus jadi milik aku! TITIK!” kata Jenny dengan suara telernya yang tak begitu jelas terdengar.TT tak menanggapi racauan Jenny. Lalu, dia merebahkan wanita mabuk itu di sofa ruang tengah apartement.“Pagi-pagi udah mabok! Orang tuh cari duit pas terang, ntar kalo gelap baru mabok!” umpat kesal TT dengan nafas yang tersengal kecapean habis memapah Jenny.TT jadi bingung sendiri, dia harus bagaimana sekarang? Sementara dia harus segera kerja, masa iya harus meninggalkan Jenny disini.TT takut ada omongan macam-macam ji
JAM 10.05Alanis baru tiba di kediaman Tresno dan buru-buru menuju ke ruang ganti untuk memakai seragam pelayannya.Beberapa pelayan yang melihat kedatangan Alanis silih berganti mencibir dan bergosip menjelek-jelekkan Alanis.“Tau aturan nggak sih?”“Niat kerja nggak sih?”“Kalo saya bosnya, udah takk pecat koe!”Meski mendengar suara-suara sumbang yang memaki dirinya, Alanis berusaha tak menanggapi.Alanis fokus untuk melanjutkan langkahnya untuk berganti pakaian sebelum Imas mengetahui kedatangannya.Namun belum sempat Alanis berganti pakaian, Imas sudah muncul disana sambil pasang wajah garang dan bersiap untuk memangsa Alanis dengan makian-makiannya yang mengerikan.“Alanis! Kam...”Teriakan Imas mendadak terhenti saat ada suara lain yang menyebut nama Alanis.“Alanis, kamu sudah datang?”Ternyata suara itu adalah milik Verawati yang kini sedang berjalan menghampiri Alanis.Jelas Imas kalah pamor jika harus dihadapkan dengan sang nyonya rumah.Imas tak jadi melanjutkan amarahnya
Sementara itu taksi yang ditumpangi oleh TT tidak bisa melaju dengan mulus karena terjebak kemacetan di jalanan Kota Jakarta.TT berulang kali memaksa si supir untuk lebih gesit menyetir."Pak cepat! Saya udah telat banget nih!" tekan TT pada si supir taksi.Si sopir lama-lama kesel juga melihat tingkah TT dan kali ini dia tak tahan untuk mengeluarkan suaranya yang sedari tadi tertahan di ujung mulutnya karena coba bersikap sabar."Mau cepat gimana Mas? Macet gini! Mas aja yang nyetir deh jangan saya!" Balas si sopir."Yey kalau saya nyetir, bapak dong yang harus bayar saya!" jawab TT tak mau kalah.Si sopir ngedumel tak jelas tapi bisa diartikan sebuah ungkapan kekesalannya pada TT.Kecemasan makin melanda TT takut kalau Alanis sudah sampai duluan di apartemennya.Sempat terpikir ide olehnya untuk menelepon Alanis, namun dia pikir-pikir lagi akan lebih mencurigakan. Mau pasrah saja tapi tetap tidak bisa.Satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh TT adalah kembali bikin gaduh dengan
Alanis dan TT masih saling terdiam, saling menatap dan saling menunggu siapa yang akan menjawab duluan akan pertanyaan Jenny yang mempertanyakan tentang siapakah Alanis.TT tidak enak jika harus bilang bahwa Alanis itu adalah pelayan di rumahnya. TT merasa jika mengatakan itu pasti akan menyinggung perasaan Alanis.Namun dia juga tidak mungkin juga menjawab kalau Alanis itu adalah teman dekatnya, bisa-bisa kalau Jenny mengadu sama bapaknya, Tresno akan makin murka sama Alanis yang pasti akan dituduhnya sebagai gadis yang disukai oleh TT.“Saya pela...”“Dia karyawan di toko saya!”Alanis dan TT serempak menjawab, namun TT spontan mendahului perkataan Alanis.Alanis langsung kasih kode terkejut lewat lirikan mata dan gerakan bibirnya ketika mendengar ucapan TT.“Kok karyawan sih? Gimana kalau ntar ketahuan sama bos?”Itulah suara pikiran dari isyarat yang Alanis berikan kepada TT.TT pun seolah mengerti apa yang disampaikan Alanis. Dia pun jadi sebel sama dirinya sendiri. “Ngasal bang
Tugas selesai! Bak cuci piring sudah bersih dan berkilau tanpa sisa tumpukan piring kotor yang tak sedap dipandang.Alanis melepas celemek dan menggantungnya di tempat yang sengaja dia bikin, karena sebelumnya TT selalu menaruh asal benda tersebut setelah memakainya.“Dasar lelaki! Yang gini aja musti cewek yang ngatur. Padahal gampang banget, tinggal gantung!” gumam sebal Alanis saat menggantung celemek di tempat yang telah dia buat.Alanis menunjukkan gesture bangga agak menjurus angkuh seolah dia telah membuat sebuah mahakarya hebat di apartemennya TT. Cuma gantungan celemek doang padahal. Dasar ya Alanis!Setelah selesai dengan urusan cuci piring Alanis segera menuju ke balkon dimana TT sudah menunggunya disana.TT sudah menyediakan es coffe dan makanan ringan untuk dinikmatinya bersama Alanis sambil mengobrol santai selepas Alanis beres menyelesaikan pekerjaannya.Alanis tiba di balkon dan duduk berdampingan dengan TT terhalang meja kecil tempat TT menaruh makanan dan minuman.“U
WELCOME TO TRESNO BANKBangunan gedung berjumlah 30 lantai dimana lima lantai teratas adalah kantor pusat Tresno Bank. Dan tempat tertinggi yang merupakan lantai paling megah dan berkelas disana adalah ruang kerja milik Tresno di dalam gedung tersebut.Mobil Tresno tiba di parkiran khusus. Puluhan orang bawahannya berdiri berjajar rapih untuk menyambut kedatangan orang nomor satu disana sekaligus pendiri Tresno Bank.Salah satu bawahan membukakan pintu, Tresno keluar dari mobil. Semua orang yang ada disana membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan pada Tresno.Ditemani oleh Andi, lelaki berusia 35 tahunan yang merupakan asisten pribadinya, Tresno langsung menuju ke lift khusus pemilik bank yang akan membawa Tresno ke ruangan kerjanya.Saat tiba di lantai 30, di lobi kantor Tresno sudah ada Jenny yang telah menunggu kedatangan Tresno.“Sudah sampai kamu, Jenny?” sapa ramah Tresno pada Jenny.“Belum lama kok, om,” Jawab sopan Jenny.Tresno pun mengajak Jenny segera masuk ke ruangan