Lolita terpekik saat melihat seisi kamarnya dipenuhi oleh kado pemberian Edgar. Di sana terdapat buket bunga raksasa, kotak kado berukuran besar yang tak dia tahu apa isinya. Lalu, terdapat juga buket uang, ponsel baru, tas, sepatu, dan alat make up lengkap."Om, ini terlalu banyak. Uang Om pasti habis banyak untuk membeli ini semua kan? Harusnya Om lebih berhemat." Lolita bertanya dengan mulut yang masih menganga.Edgar membalasnya dengan enteng. "Ini tidak seberapa. Uangku tidak akan pernah habis hanya untuk membeli hadiahmu."Lolita menelan ludahnya dengan susah payah. Benar, kata Edgar. Uang pria itu tidak akan pernah habis hanya karena dipakai untuk membeli hadiah-hadiah ini. Karena uang Edgar sangat banyak sampai tak terhitung.Franklin berdeham pelan. Kedua orang di depannya itu sama sekali tak mengindahkan keberadaannya. Dia melepaskan bagian kepala beruang agar dia bisa bernapas lebih leluasa. Berada di dalam kostum tebal ini membuatnya gerah."Ehem …."Lolita dan Edgar spont
"Om, mau mengajakku ke mana?" tanya Lolita menahan tarikan Edgar di tangannya."Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Hari ini aku tidak bekerja karena hari ini begitu spesial," balas Edgar mengulas senyumnya.Lolita bergeleng pelan. "Daripada jalan-jalan, aku lebih ingin pergi ke makam mommyku, Om. Aku sudah lama tak menjenguknya."Genggaman Edgar di tangan Lolita mengendur. Dia mengangguk sambil tersenyum lembut. "Baiklah. Jika itu keinginanmu. Aku akan mengantarkanmu, Lolita. Tapi, sebelumnya kita pergi ke toko bunga."Lolita balas mengangguk. "Aku akan bersiap-siap, Om. Om tunggu saja di ruang tamu. Aku tidak akan lama. Aku cuma perlu mengganti pakaianku dengan pakaian yang lebih hangat.""Baiklah." Edgar keluar dari kamar Lolita dengan menutup pintu pelan.Lolita membuka lemarinya lebar-lebar. Berkat Edgar, dia jadi memiliki banyak pilihan pakaian. Dia meraih jaket, dan celana panjang, lalu sweter dengan gambar hati di bagian tengahnya. Dia segera mengganti pakaiannya, tidak ingin E
Sepulangnya dari pantai dan setelah puas menikmati sunset. Lolita dan Edgar sekarang berendam di dalam bathtub. Edgar menyesap sampanye di gelasnya. Dia lalu meletakkannya kembali ke tepi bathtub."Rasanya apa enak, Om?" tanya Lolita penasaran terhadap sampanye yang Edgar minum.Edgar tersenyum kecil, mengambil lagi gelasnya, lalu menyodorkannya pada Lolita. "Kau mau mencobanya?" Lolita bergeleng cepat. "Kalau daddyku tahu aku minum sampanye. Dia bisa memarahiku.""Baiklah. Kalau kau tidak ingin mencobanya. Lagi pula kau juga masih di bawah umur," tukas Edgar menghabiskan sampanyenya dalam satu kali tegukan.Lolita mengangguk mengiyakan. Meski, sebenarnya dia ingin sekali mencoba sampanyenya sedikit. Tapi, apa boleh buat, sampanyenya sudah Edgar habiskan."Lolita …." panggil Edgar memainkan jarinya di atas punggung telanjang Lolita. "Iya, Om. Ada apa?" balas Lolita bertanya."Sebentar lagi perusahaanku akan melakukan liburan ke Hawaii. Aku harus ikut bersama Franklin sebagai penang
"Om …." Lolita mengguncang tubuh Edgar pelan. Pria itu tidur di kamarnya semalam dan terus memeluk tubuhnya erat. Bahkan saat sudah menjelang pagi, pria itu tidak melepaskan pelukannya sama sekali."Om, tidak kerja? Sekarang sudah jam enam pagi," ucap Lolita pelan. Dia ingin menatap Edgar yang ada di belakangnya, tapi dia kesulitan. Karena kepala Edgar tersuruk di punggungnya."Hmmm …." Bukannya bangun, Edgar justru mengeratkan pelukannya di tubuh Lolita."Sebentar saja. Biarkan aku memelukmu lebih lama lagi, Lolita," ucap Edgar membuat Lolita berhenti membangunkan pria itu.Lolita akan membiarkan Edgar memeluknya lebih lama lagi. Sampai pria itu puas. Karena sebentar lagi, Edgar akan berangkat ke Hawaii, meninggalkannya sendirian.Kurang beberapa hari lagi. Jadi, Lolita ingin menghabiskan waktu bersama Edgar lebih lama dari biasanya.Lolita bergerak pelan, membalikkan tubuhnya agar bisa menatap wajah Edgar lebih dekat. Dia tersenyum melihat Edgar yang masih memejamkan kedua matanya.
"Om, kalau sudah sampai di Hawaii, hubungi aku ya," tukas Lolita berulang kali sebelum Edgar berangkat. "Iya, Lolita," balas Edgar tersenyum sambil mengusap lembut punca rambut Lolita. Lolita mengangguk. Dia memberikan pelukan erat sekali lagi. Edgar kemudian menggiring kopernya, melambaikan sebelah tangan untuk Lolita. "Aku tidak akan lama. Hanya dua hari di sana, dan aku akan segera kembali," ucap Edgar sebelum akhirnya dia menghilang ditelan pintu apartemen yang tertutup kembali. Lolita mendesah sedih. Dua hari? Dua hari pun akan terasa sangat lama tanpa kehadiran Edgar di sini. Lolita menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Tak bersemangat di pagi ini. Dia melirik ponsel yang ada di meja, beralih melihat televisi yang belum dia nyalakan. Selama dua hari, Lolita akan mengalihkan perhatiannya pada yang lain. Dia harus menyibukkan dirinya agar tidak sedih selama ditinggal Edgar berlibur. Lolita segera bangkit dari sofa, membawa langkahnya menuju televisi. Dia akan menyalakan televisi s
Nola kesal. Kenapa juga dia harus bertemu pria menyebalkan itu di sini?Pria itu adalah karyawan yang pernah memotretnya diam-diam saat Nola berada di depan ruangan kerja Edgar. Dan yang ponselnya sudah Nola banting."Kenapa kau ada di sini, huh? Kau pasti sedang menguntitku kan?" tanya Nola menunjuk ke arah si pria penuh tuduhan.Si pria bangun dari posisinya, membersihkan celana pendeknya yang kotor, dan berucap santai. "Sepertinya kau yang mengikutiku, Nona. Aku sudah berada di sini sedari tadi. Dan, kau baru saja tiba di sini."Nola benar-benar geram. "Sialan! Mana mungkin aku mengikutimu, huh?! Memangnya kau siapa, huh?!"Si pria menatap jengkel Nola, lalu berbalik pergi tanpa membantu Nola bangun terlebih dahulu. Dia sebenarnya salah satu dari banyaknya fans Nola. Tapi, karena sikap wanita itu yang angkuh dan arogan. Serta sudah merusak ponselnya. Dia jadi membenci wanita itu. Dia menyobek poster Nola yang memenuhi dinding kamarnya. Memutuskan untuk berhenti menjadi fans Nola sa
Nola tak akan membiarkan hari ini terlewatkan begitu saja. Kemarin dia telah gagal menemui Edgar. Hari ini dia tidak boleh mengalami kegagalan lagi.Dengan langkah cepat, dia membawa dirinya menuju kamar Edgar. Tapi, pria itu ternyata sudah keluar dari kamar. Dia mencoba mencari Edgar di sekeliling hotel. Pria itu tetap tidak dia temukan."Huh …. Ke mana dia sekarang?" desis Nola kesal. Dua orang karyawan perusahaan Beauty Corp baru saja keluar dari hotel dan berbincang seru."Kita akan puas bermain di pantai sekarang," tukas seorang pada yang lain."Aku sudah membawa pakaian renang. Semua sudah berkumpul di pantai kan? Hanya kita saja yang tertinggal," balas temannya.Nola menorehkan senyuman di bibirnya. Ternyata sekarang jadwal perusahaan Edgar pergi ke pantai. Pria itu juga pasti ada di sana sekarang.Dengan penuh semangat dia kembali ke kamarnya, mengambil pakaian renangnya dan perlengkapan yang lain. Lalu, Nola mengikuti dari belakang dua orang tadi.Mereka jalan kaki untuk menu
"Sial!""Aku hanya ingin membantumu, Edgar. Kau pasti tersiksa sekarang," tukas Nola meraba batang Edgar yang sudah membesar dan teracung.Edgar yang masih berada di bawah obat perangsang mendesah saat kejantanannya disentuh. Rasa panas berdesir di seluruh tubuhnya."Sial!" Sekali lagi Edgar mengumpat."Berhenti, Nola! Sialan, berhenti!" sentak Edgar yang kemudian mendesah karena Nola mengocok miliknya. "Ahh …. Sialan kau, Nola."Nola tersenyum miring. "Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja, setelah menolakku, Edgar. Kau harus tetap jadi milikku. Bagaimanapun caranya."Edgar mengerutkan dahinya saat Nola bergerak semakin dekat. Dia merasakan payudara gadis itu di dadanya. Lalu, Nola bergerak membuka celananya di dalam bathtub. Edgar berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan dirinya, meski sangat sulit. Obat perangsang yang dia telan sepertinya memiliki dosis yang tinggi. Sampai membuat Edgar nyaris kehilangan kesadarannya."Nola! Jangan lakukan …." Ucapan Edgar terpotong oleh cium