Di suatu pagi yang cerah, tiba – tiba Luca merasa mual dan ingin muntah.
Dengan berlari kecil, Luca menuju ke kamar mandi kemudian memuntahkan semua isi perutnya. Perasaannya begitu kacau selama dua hari belakangan ini.
Akhirnya ia memutuskan untuk mencari dokter supaya bisa memberikan pengobatan kepadanya karena ia harus kuat. Tugas dan tanggungjawabnya sungguh tidak bisa diwalikan kepada orang lain.
“Apakah aku salah makan?” tanya Luca kepada dirinya sendiri di cermin.
Tok tok tok terdengar suara ketukan di pintu kamar mandi.
“Luca, doktermu sudah datang,” ucap Sarah dekat pintu.
“Ya, aku segera keluar,” jawab Luca kembali membasuh wajahnya yang kelihatan kusut.
Sementara Sarah mempersilahkan dokter untuk duduk menunggu.
Tak lama kemudian Luca keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terasa sakit dan lemah.
“Dokter, ada sesuatu dalam perutku yang menyebabkan aku mual ter
“Ada beberapa pasangan memang bersedia saling menggantikan kesulitan yang dialami pasangan karena besarnya cinta dan kasih sayangnya,” lanjut dokter Roni.Sarah tidak menjawab apa – apa, hanya terdiam penuh arti dan menatap Luca dalam – dalam.“Baiklah, saya permisi dulu, ingatkan untuk berkunjung ke klinik dalam minggu ini untuk memeriksakan janin anda,” ucap dokter Roni meninggalkan mereka.Sarah masih menatap Luca dalam – dalam, ada rasa kasihan karena Luca menggantikan morning sick yang dia alami. IA mengelus pelan pipi Luca yang putih dan halus.Luca bergerak sedikit karena merasa ada yang menyentuhnya, “Sudah bangun? Apakah masih pusing?” tanya Sarah pelan.“Hmmm, biarkan saya tidur sebentar lagi ya sayang, jangan pergi kemana – mana. Tetap disini ya supaya saya bisa menjagamu,” ucap Luca mengengam sebelah tangan Sarah dan meletakkan di dadanya. Mengengam dalam tidur.
“Tidak…, apapun itu berhenti memikirkan hal yang tidak mungkin,” potong Luca menatap Sarah dengan serius.“Jangan memikirkan hal lain. Sarah fokus hamil saja. Aku menginginkan anak itu.”“Tapi kondisi sekarang tidak memungkinkan,” sela Sarah.“Apa yang tidak mungkin?”“Deon masih menghilang dan …,”“Dan apa..?” sela Luca.“Dan karirku baru menanjak. Fashion show akan berlanjut sampai keliling dunia. Kesuksesan Sarah sudah di depan mata.”“Sarah sudah berhasil membawa Santika Wedding gown sejauh ini, harus mengurus semua hal. Bagaimana saya bisa mengurus semua itu bila harus dalam keadaan hamil?”Luca diam sejenak mengontrol emosinya yang sudah sempat naik. Terjadi keheningan diantara mereka. Sampai terdengar ketukan pintu.“Masuk..,” ucap Sarah melirik ke arah Luca yang memilih duduk menjauh di sofa d
Bab 137Andrew membersihkan kekacauan yang dibuatnya sambil menangis.Melya ingin membantu tetapi dilarang.“Mulai sekarang, kamu diam di dalam kamar atau kamu yang akan saya usir keluar. Untuk pelayan berikutnya tidak ada hak kamu untuk memecat lagi. Semua itu akan menjadi urusan Pelayan,” ucap Castello sambil memandang tajam ke arah Melya.“Bila kamu tidak setuju, maka saya akan senang hati mengembalikan kamu kepada ayahmu,” lanjutnya.Sikap Castello berubah seolah ia tidak membutuhkan pewaris lainnya, Deon adalah sosok yang sudah sesuai dengan pribadinya.“Besok Andrew akan dikirim ke apartemen Bram untuk belajar tata karma yang tidak mampu kamu ajarkan,” lanjutnya sambil melihat ke arah Andrew yang memungut mainannya sambil menangis.“DIAM !!!,” teriak Castello yang berhasil membuat semua orang ketakutan.“Pria tidak gampang mengeluarkan airmata. Itu harus Andrew ingat s
Bab 138Drtt… drt…. Drtt… Ponsel Castello tiba – tiba berbunyi menampilkan nama Deon.Mau tak mau Castello menjawab panggilan.“Berikan Lily kepadaku, aku akan menjadi seorang pewaris yang dapat membanggakanmu,” ucap Deon.“Bagaimana bila saya tidak menerima negosiasi apapun darimu?” tanya Castello kembali menantang.“Dorrr… Dorr…,” suara tembakan kembali mengejutkan Castello.“Saya baru menembak Jenny. Dan saya akan menembak setiap pengawal yang kakek kirim bila itu bukan Lily,” ucap Deon langsung memutuskan pembicaraannya.“KAMU…..,” Castello membanting gawainya.Baru kali ini Castello merasa ditantang. Kemarahannya sungguh memuncak. “Anak itu akan kubunuh saja,” ucapnya kemudian.“Bunuhlah dan kamu akan menyesalinya nanti. Kamu sudah tua dan Dia adalah pewaris sesungguhnya,” ucap Li
Sementara di dalam kamar Melya, ia masih merajuk. Wisnu merasa kesal dan hanya bisa melampiaskannya dengan main game di ponselnya.“Mas, kamu kok ngk perduli sih? Saya mual lho dan kaki ini capek sekali,” seru Melya dengan sebal.“Haizzz, bukankah Mas ngk bekerja sudah hampir dua bulan menemani mu disini? Kalau kaki mau dipijit, kan bisa menyuruh tukang pijit. Tinggal telepon saja. Untuk apa merepotiku, itu menyebalkan tahu?” jawab Wisnu dengan mata tetap memandang ke layar handphonenya.Melya yang semakin kesal hanya bisa merengut kemudian membantingkan pantatnya dengan kesal ke ranjang. Kemudian berusaha tidur.Wisnu melirik sebentar,”Sudah tertidur, merepet saja setiap hari..”Wisnu membuka gallery photo di handphonenya. Terpampang foto Rini, kakak Luca dengan si kecil Michael.“Bagaimana kabar kalian sekarang ya? Aku rindu…,” gumam Wisnu sambil mengelus handphonenya dengan lembut.
Dalam dua hari Sarah sudah menunjukkan keadaan badan yang segar, sementara keadaan Luca sungguh berbanding terbalik.Luca yang kurang tidur dan bekerja terus – terusan untuk mencari Deon mulai kehilangan tenaga dan kesehatannya.Luca juga bersikeras selalu merangkul Sarah dalam tidurnya sehingga ia sendiri juga tidak dapat tidur dengan nyenyak melainkan tangan yang kebas di setiap pagi. Sehingga Luca hanya mampu tidur selama 2 jam setiap harinya.Di suatu pagi yang cerah, tiba – tiba Luca merasa mual dan ingin muntah.Dengan berlari kecil, Luca menuju ke kamar mandi kemudian memuntahkan semua isi perutnya. Perasaannya begitu kacau selama dua hari belakangan ini.Akhirnya ia memutuskan untuk mencari dokter supaya bisa memberikan pengobatan kepadanya karena ia harus kuat. Tugas dan tanggungjawabnya sungguh tidak bisa diwalikan kepada orang lain.“Apakah aku salah makan?” tanya Luca kepada dirinya sendiri di cermin.
Hampir sama seperti mimpi Sarah, nan jauh disana Deon sedang berhadapan dengan beberapa pria dewasa.Deon yang seusai pulang sekolah hendak menikmati suasana berjalan sendirian melewati lorong kecil dengan tujuan untuk mengenali lingkungan sekitar perjalanan ke mansionnya.Deon menghindar dari supir dan pengawal yang sudah menunggunya di depan pintu gerbang.“Bosan sekali selalu diantar jemput, saya tahu kok jalan pulang sendiri. Saya akan singgah di taman bermain sebentar dan membeli es krim,” gumamnya sendiri kemudian memanjat pagar di belakang sekolahnya.Sekitar 15 menit Deon berjalan kaki, ada sebuah taman bermain, Deon duduk di atas ayunan dan bermain sebentar. Ia berusaha mengingat sebuah kenangan tentang mamanya yang seolah pernah berdiri di belakangnya sambil membantu ia mengayun.Suara tawa mamanya masih terdengar lembut dan menyenangkan.Tapi kenangan tu terhapus karena sudah mulai rintik hujan. Deon berlari kecil meng
Giliran Lily melihat ke arah Deon, kemudian berucap,” Ya, binatang memang sudah seharusnya diberi pelajaran.”Mereka pun saling tersenyum, mobil masuk ke dalam halaman rumah. Deon merasa bangga karena kekuatan dan seni bela diri yang ditunjukkan Lily dalam melawan sekelompok pemuda tadi membuat dia terkejut sekaligus kagum. Ternyata tante Lily tidak selemah yang dia anggap lambat dan selalu berlari mengikutinya dari belakang dengan nafas ngos –ngosan.“Mandilah dengan air hangat, Tante sudah menyuruh orang menyiapkannya. Dokter akan datang sebentar lagi untuk mengecek kondisimu, katakan kepada Tante apa yang ingin kamu makan?”Deon berpikir sesaat,” Saya ingin makan bubur hangat yang dimasak tante,” ucapnya sambil berlalu menaiki tangga.Lily tersenyum lalu beranjak ke arah dapur. “Anak ini sebenarnya penuh cinta kasih walau sikapnya dingin sekali,” gumamnya dalam hati.Drttt....,drttt…..