Guan Lin menghilang setelah mengatakan hal itu. Dia tiba di pintu belakang rumah Jing Yue dalam waktu singkat lalu mengetuknya pelan, "Bibi Yue, bisakah aku masuk?""Tuan Guan? Masuklah." Jing Yue mengenali suara Guan Lin dan menyuruhnya untuk masuk dari dalam dapur.Guan Lin mendorong pintu dapur, dan melihat Jing Yue yang sedang sibuk merapikan kayu bakar. Dia menoleh dan bertanya, "Tuan Guan, apa yang kamu butuhkan?""Bibi, aku pergi ke gunung untuk mencari hewan liar. Namun aku bertemu dengan Nona Li di sana. Dia menemukan sebuah pohon apel dan meminta tolong agar aku bisa mengambilkan keranjang punggung lainnya," jelas Guan Lin."Dia menemukan pohon apel?" Jing Yue terkejut ketika mendengarnya. Meskipun begitu dia segera berjalan ke salah satu dinding dan mengambil 2 buah keranjang yang tergantung, "ayo, ayo cepat. Kamu bisa membawa 2 keranjang punggung ini bersamamu.""Terima kasih, Bibi Yue," kata Guan Lin."Mengapa kamu berterima kasih? Aku lah yang seharusnya berterima kasih
"Bibi, Kakak, kami pulang. Lihatlah apa yang kami bawa!" teriak Li Jianli ketika dia dan Guan Lin berjalan memasuki halaman.Guan Lin menurunkan hewan buruannya dan meletakkannya di tempat yang teduh, "aku pergi memeriksa Baobao dulu. Setelah itu aku akan membuatkan kandang untuk hewan-hewan ini.""Terima kasih," kata Li Jianli.Jing Yue dan Xue Nuan keluar dari dapur tepat ketika Guan Lin meninggalkan halaman belakang."Wah, apa ini? Apakah Tuan Guan yang mendapatkan ayam pegar dan kelinci-kelinci ini?" tanya Jing Yue terkejut."Li'er, apakah dia akan menjualnya ke kota? Bisakah kita membeli beberapa darinya? Sup ayam pegar sangatlah enak," kata Xue Nuan. Ketika dia kecil, ayahnya pernah tanpa sengaja mendapatkan seekor ayam pegar jantan yang sekarat karena kalah bertarung. Dia membawanya pulang sehingga keluarganya bisa makan ayam malam itu. Itu adalah makan malam terenak yang pernah dia rasakan.Jing Yue melihat perubahan emosi Xue Nuan. Tentu saja dia mengerti apa yang ada di piki
"Nuan'er?" Seorang wanita setengah tua menatap ke arah pintu dengan penuh kerinduan. Wajahnya sangat mirip dengan Xue Nuan, namun sudah mulai dipenuhi keriput. Kesusahan hidup membuat seseorang lebih cepat menua."Ibu, bagaimana kabarmu?" tanya Xue Nuan hampir tersedak oleh air matanya. Meskipun jarak mereka dekat, dia jarang mengunjungi rumah kelahirannya. Meskipun keluarganya tidak mempermasalahkannya, namun dia merasa malu karena tidak bisa membawa apapun ketika pulang."Nuan'er, itu benar-benar kamu!" Liu Zhi segera meletakkan ember kayu di tangannya dan berjalan menghampiri putrinya. Ketika dia tiba di hadapannya, dia membelai lembut wajah Xue Nuan, sorot matanya dipenuhi dengan kelembutan, "apakah kamu baik-baik saja?" Liu Zhi sudah mendengar kalau kehidupan keluarga Jing Yue semakin membaik. Seluruh penduduk Desa Xueda membicarakan Xue Nuan yang telah membawa pulang seorang anak gadis yang membawa keberuntungan. Beberapa penduduk desa menyarankan agar Liu Zhi mendatangi Xue N
"Ibu, Ayah, Feng'er, sepertinya kami harus segera pulang," kata Xue Nuan setelah mereka menyelesaikan makan siang bersama."Nuan'er, tunggu sebentar!" Liu Zhi menghentikan Xue Nuan yang hendak menggendong tas punggungnya. Dia bergegas ke dapur dan membawa setumpuk besar berbagai jenis sayuran. Dia memasukkan semuanya ke dalam keranjang, "kami hanya memiliki sayuran-sayuran ini di rumah. Bawalah mereka bersamamu. Sayuran-sayuran ini besar dan gemuk. Masaklah hidangan enak untuk Ibu Mertuamu, Baobao dan Li'er."Xue Nuan hendak menolak pemberian keluarganya. Tidak berbeda dengan keluarga Jing Yue, Xue Kong dan keluarganya hanya memiliki sepetak tanah untuk ditanami. Mereka biasanya mengandalkan sayuran-sayuran itu untuk menyambung hidup. Dia tidak tega untuk menerima sesuatu dari keluarga kelahirannya. Namun, ketika melihat Li Jianli menyentuh tangannya seraya menggeleng pelan, dia mengurungkan niatnya. Benar. Dia harus menerima pemberian tulus dari orang tuanya, kalau tidak mereka akan
"Tuan, apakah kamu ingin membeli obat atau bertemu dengan Tabib?" Tao Erfu menghampiri Guan Lin yang baru saja memasuki Balai Pengobatan Lao Can."Tabib," jawab Guan Lin."Baiklah. Kalau begitu kamu bisa menunggu di sini untuk mengantri. Aku akan memanggilmu ketika giliranmu tiba," kata Tao Erfu lagi.Guan Lin menoleh ke arah kursi tunggu. Hanya ada 2 orang lelaki tua yang masih mengantri. Keduanya melihat ke arah Guan Lin.Guan Lin duduk dengan acuh tak acuh dan mengabaikan tatapan penasaran mereka. Dia menyandarkan tubuhnya ke dinding dan memejamkan matanya. "Anak muda, kamu terlihat sangat sehat dan kuat. Kamu tidak terlihat seperti orang yang sakit." Salah seorang pria tua mulai mengajaknya berbicara. Guan Lin melirik ke arahnya. Dia paling malas untuk berbasa basi dengan orang asing. Setelah beberapa saat, dia memilih untuk memejamkan matanya kembali dan tidak menjawab pertanyaan pria tua itu.Pria tua itu sedikit kesal karena Guan Lin mengabaikannya. Namun dia tidak menyerah,
"Lin, mengapa arak ini keras sekali?" tanya Li Jianli. Dia bahkan mengernyit ketika merasakan Arak itu berjalan memasuki tenggorokannya. Setelah beberapa saat, dia menatap kembali kendi arak di tangannya, "bagaimana bisa aku membawa 2 botol kendi sekaligus?"Guan Lin mendesah, "toleransi tubuhmu terhadap alkohol sangat rendah, mengapa kamu masih nekat meminumnya?""Siapa bilang toleransi tubuhku rendah. Lihatlah, aku akan menunjukkannya padamu lagi," kata Li Jianli kesal seraya mengangkat kendi arak di tangannya.Guan Lin menyambar kendi arak dari tangan Li Jianli secepat kilat, "cukup. Kamu tidak bisa minum lagi, atau kamu tidak akan bisa bangun untuk pergi ke kota besok.""Kenapa kamu selalu bersikap menyebalkan? Kembalikan kendi arak itu kepadaku." Li Jianli berdiri dan tersandung kakinya sendiri. Tubuhnya jatuh tepat ke arah Guan Lin yang masih duduk "ah!"Bruk!Guan Lin tidak siap dengan gerakan ceroboh Li Jianli. Pada akhirnya dia hanya bisa pasrah ketika menjadi bantal Li Jianl
"Jianli, kamu benar-benar gila," desah Li Jianli seraya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Andai dia bisa, dia ingin menggali sebuah lubang dan bersembunyi di dalamnya. Bagaimana dia bisa bertindak secentil itu? Dia bahkan memprovokasi seorang pria!Belum sempat rasa malunya menghilang, tiba-tiba selimut yang menutupi kepalanya dibuka. Li Jianli sedikit terkejut, apalagi ketika melihat siapa orang yang membuka selimutnya."Lin, apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana kalau sampai Kakak masuk ke kamar?" tanya Li Jianli. "Tenanglah, aku sudah memastikan semuanya aman. Lagi pula telingaku tajam. Aku akan tahu ketika seseorang datang," jawab Guan Lin.Seketika adegan demi adegan saat dirinya mabuk kembali melintas di kepala Li Jianli. Wajahnya terasa panas dan tanpa sadar dia kembali menyusup ke dalam selimut untuk menghindari tatapan Guan Lin.Guan Lin melihat reaksi Li Jianli. Dia tahu kalau gadis itu pasti mengingat kejadian tadi malam. Namun Guan Lin tetap mempertahankan ekspr
Xue Nuan menatap langit setelah menyelesaikan pekerjaannya, "sudah waktunya kita berangkat, atau kita akan membuat semua orang menunggu.""Baik," jawab Li Jianli patuh. "Di mana Baobao?""Tuan Guan datang pagi ini. Dia masih berlatih kuda-kuda di halaman depan," jawab Xue Nuan."Aku dengan Tuan Guan ikut pergi ke kota pagi ini. Apakah Baobao akan ikut juga?" tanya Li Jianli.Xue Nuan menggeleng, "tidak. Tuan Guan sudah meminta Baobao untuk berlatih kuda-kuda hingga jam makan siang. Dia boleh beristirahat sebentar setiap 15 menit.""Oh, baiklah," jawab Li Jianli.Setelah itu keduanya mencuci tangan mereka dan masuk ke dapur. Masing-masing dari mereka langsung menggendong sekeranjang apel. Li Jianli juga membawa beberapa apel dan memasukkannya ke dalam kantong kain kecil lalu membawa mereka bersamanya. Setelah semuanya siap, mereka berpamitan kepada Jing Yue dan Xue Bao.Xue Bao menatap mereka dengan tatapan sedih. Kali ini dia sedikit menyesali keputusannya berlatih seni bela diri. And