Wang Tianhu menjawab, “empat hari perjalanan dari sini.”Li Jianli mengangguk, “buah semangka dan melon bisa bertahan cukup lama, dan empat hari tidak akan menjadi masalah. Hanya saja mereka cukup mudah pecah, kita harus memastikan gerobaknya harus dalam kondisi baik.”“Apakah Nona Li punya saran?” Wang Tianhu sangat senang ketika mendengar jawaban Li Jianli. Selama dia bisa menjualnya di Ibukota, dia akan melakukan apapun.Ayahnya hanyalah seorang pejabat sipil kelas lima yang kurang disukai Kaisar Gong. Sama seperti bibinya, ibunya juga hanyalah seorang selir. Meskipun nasibnya tidak seburuk Ibu Zhao Hong, namun bila dia berhasil membawa buah semangka dan melon ini kepada ayahnya untuk dipersembahkan kepada Kaisar, ayahnya mungkin akan mulai disukai. Selain buah-buahan ini, ada pula tanaman-tanaman langka yang bisa dipersembahkan kepada Permaisuri. Meskipun Wang Tianhu hanyalah seorang putra selir, istri sah ayahnya tidak memiliki seorang putra pun. Tetapi beberapa selir ayahnya me
Hao Yu berdiri tegak di atas atap rumah. Dia menggunakan pakaian serba hitam, hanya mata phoenixnya yang terlihat di kegelapan malam. Kedua bola matanya menatap lurus ke arah rumah di sebelah.Malam begitu sunyi. Tidak terlihat seorangpun di jalanan. Semua orang sudah terlelap tidur di rumah mereka. Hanya terdengar suara serangga malam yang bernyanyi bersahutan. Desiran angin mengibarkan ikat rambut dan rambut Hao Yu yang diikat tinggi, membuat sosoknya semakin terlihat gagah dan misterius.“Yu, berhati-hatilah.” Suara dalam Guan Lin terdengar di sebelahnya.Hao Yu mengangguk, “jika aku tidak kembali, tolong jaga Nuan’er untukku.”Guan Lin terdiam, tidak langsung menjawab kata-kata Hao Yu. Setelah beberapa saat, dia menghela nafas pelan, “lakukan sendiri. Aku tidak ingin menjaga wanita milik orang lain.”Hao Yu terkekeh pelan, “baiklah, kalau begitu, aku harus kembali apapun yang terjadi.”“Kembalilah.” Guan Lin tidak suka berteman, namun itu tidak berlaku untuk Hao Yu. Selama ini, d
Xue Nuan terbangun dari tidurnya, dan merasa sedikit linglung. Setelah beberapa saat, dia menyadari kalau pipinya telah basah dengan air mata, dan buru-buru mengangkat tangannya untuk melap sisa-sisa air mata. Dia takut Xue Bao akan melihatnya menangis.Namun, ketika Xue Nuan baru saja mengangkat tangannya, dia menyadari kalau sesuatu terselip di telapak tangannya. Dia mengangkat tangannya, ingin melihat benda itu lebih dekat. Setelah melihatnya dengan jelas, Xue Nuan tertegun. Sejak kapan ada sebuah jepit rambut emas berbentuk bunga plum di tangannya?Xue Nuan merasa cemas. Dia belum pernah membeli jepit rambut ini, apakah dia tanpa sengaja membawa jepit rambut milik Li Jianli? Xue Nuan takut jepit rambut itu milik Li Jianli. Memikirkan kemungkinan itu, dia buru-buru beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar. Ketika dia keluar, Li Jianli juga kebetulan baru saja keluar dari kamarnya.Li Jianli terkejut ketika melihat penampilan Xue Nuan yang masih berantakan. Dia semak
Guan Lin mengangguk, “ya, pergi.”“Kemana dia pergi dan kapan dia akan kembali?” tanya Xue Nuan.Guan Lin menggeleng, “tidak tahu, dan tidak tahu juga kapan dia akan kembali.” Maksud Guan Lin adalah, tidak tahu apakah Hao Yu bisa kembali hidup-hidup atau tidak. Tapi dia enggan mengatakan hal-hal yang membawa sial seperti itu.Xue Nuan menjadi cemas ketika mendengar jawaban Guan Lin. Dia memiliki perasaan kalau Guan Lin mengetahui detailnya, namun pria itu hanya tidak ingin memberitahunya. Dia ingin mendesak Guan Lin untuk berbicara, namun dia juga takut perbuatannya akan menyinggung. Bagaimanapun, Guan Lin adalah calon suami adik angkatnya, dan juga guru anaknya. Pada akhirnya Xue Nuan hanya bisa menyerah dan berkata, “Guru Guan, kalau kamu mendapatkan kabar mengenai Hao Yu, tolong beritahu aku.”Guan Lin tidak menjawab dan menatap Xue Nuan selama beberapa saat. Setelah itu, dia bergumam menyetujui permintaan Xue Nuan.Setelah mendapatkan kepastian dari Guan Lin, Xue Nuan memutuskan u
Xue Nuan menghela nafas panjang, melihat ke arah pintu, lalu merendahkan suaranya ketika bercerita, “dulu, Desa Xueda tidak miskin seperti sekarang. Bahkan bisa dibilang, merupakan salah satu desa terkaya di Kabupaten Dali.”“Lalu, apa yang terjadi? Bagaimana bisa salah satu desa terkaya bisa terpuruk seperti sekarang?” tanya Li Jianli merasa sangat penasaran.“Kepala desa saat itu, Xue Cun, memiliki dua orang putra dan tiga orang putri. Putra pertamanya, Xue Cai, dan putra keduanya bernama Xue Jiang. Xue Cai seharusnya menjadi penerus kepala desa. Sayangnya, dia melakukan kesalahan yang sangat berat,” jelas Xue Nuan terlihat sangat menyesal.Li Jianli, dengan tenang mendengarkan cerita yang sedang diceritakan oleh Xue Nuan. Pikirannya melayang, seolah-olah cerita itu bermain di dalam pikirannya.Xue Cai menyukai seorang wanita. Wanita itu bernama Wei Lan. Wei Lan sangat terkenal karena kecantikannya. Banyak pria, termasuk Xue Cai yang patah hati ketika dia bertunangan dengan seorang
Li Jianli berlutut di depan Dewa Bumi. Dia menyalakan dupa, menghormatinya sebanyak tiga kali,.lalu berkata, “Dewa, aku baru saja mendengar kisahmu. Aku tahu, kamu pasti kecewa terhadap penduduk desa saat itu. Tapi, aku mohon, kamu bisa memaafkan seluruh penduduk Desa Xueda. Kamu tenang saja, aku sudah mempunyai cukup uang sekarang. Aku akan berbicara dengan Kepala Desa Xue mengenai pembangunan kuil untukmu setelah pesta pernikahanku selesai.”Setelah itu, Li Jianli kembali membungkuk tiga kali. Ketika dia hendak berdiri, dia menyadari seseorang sedang berjalan mendekat.“Kakak?” Li Jianli terkejut dengan kehadiran Xue Nuan. Tadi dia mengajaknya ke sini, namun Xue Nuan terlihat ragu. Dia tidak memaksanya lalu pergi sendiri.Tatapan mata Xue Nuan terfokus ke arah Dewa Bumi. Dia berjalan mendekati Li Jianli dalam diam. Setelah tiba, Xue Nuan berlutut di samping Li Jianli. Dia mengambil dan membakar dupa, meletakkannya di tempat dupa, lalu membungkuk tiga kali.“Dewa Bumi, namaku Xue Nua
“Tuan Guan, kamu di sini!”Guan Lin baru saja memarkirkan gerobaknya ketika dia melihat Kepala Pelayan Liao setengah berlari ke arahnya.“Kepala Pelayan Liao.” Guan Lin mengangguk ketika pria gemuk itu mendekat. “Aih, aku sudah menunggumu dari tadi,” kata Kepala Pelayan Liao setelah dia tiba di depan Guan Lin dengan nafas terengah-engah.Guan Lin mengangkat kedua alisnya, “apakah Kepala Pelayan Liao memiliki sesuatu untuk dikatakan?”Guan Lin sering mengirim hewan buruannya ke rumah Hakim Kota. Biasanya, kepala koki akan datang untuk melihat kondisi hewan buruan Guan Lin dan Kepala Pelayan Liao hanya datang ketika saatnya membayar. Hari ini, dia bahkan sudah menunggunya di gerbang. Jadi Guan Lin menebak kalau dia memiliki sesuatu untuk dikatakan.“Ya, ya, ya,” kata Kepala Pelayan Liao mengakui. Dia lalu melihat ke arah gerobak, “hewan apa yang kamu bawa hari ini?”“Beberapa burung pegar dan rusa roe,” jawab Guan Lin. Dia lalu kembali berkata, “Kepala Pelayan Liao tidak mungkin terges
Guan Lin menatap mata Meng Shun dalam-dalam, menebak-nebak apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh pria di hadapannya itu. Setelah beberapa saat dia akhirnya menjawab, “Silahkan Hakim Meng.”Meng Shun tersenyum, dia mengulurkan tangannya, mempersilahkan Guan Lin untuk duduk, “Tuan Guan, silahkan duduk.”Guan Lin duduk, masih menatap Meng Shun dengan tatapan acuh tak acuh.“Apakah kamu tahu siapa yang memerintah Sekte Jin Jian untuk membunuhku?” tanya Meng Shun.Guan Lin mendengus pelan, salah satu sudut bibirnya sedikit terangkat, “kalau Hakim Meng ingin mencari informasi mengenai dalang yang ingin membunuhmu, itu adalah tindakan sia-sia.” Guan Lin mengambil cangkir teh di depannya, mengendusnya sebentar lalu menyesapnya ringan. “Kami hanya menerima perintah, tidak peduli dengan siapa yang memerintah.”“Tuan Guan sepertinya salah paham. Aku tidak memerlukan informasi apapun mengenai dalangnya. Aku sudah tahu,” jawab Meng Shun santai.Gerakan tangan Guan Lin yang hendak mengembalikan