Share

GTMTMA BAB 9

Menjelang hari keberangkatan Birru, lelaki itu tak jua membuka mulut untuk memberitahu Zee. Kesibukan keduanya, membuat mereka hanya bertemu di malam hari atau saat pagi. Dan sayangnya dua waktu itu tak bisa membuat Birru berpamitan.

Seperti saat ini, lelaki itu sudah berusaha memejamkan mata, tapi netranya tak jua terpejam. Dia menoleh ke arah Zee yang tampak nyaman bergelung selimut. Sofa bed itu lumayan besar untuk menampung tubuh Zee yang agak lebar. Sungguh gadis yang tak banyak protes sebenarnya. Zee akan bereaksi kalau Birru mulai mengoloknya.

"Apa aku harus pamitan padanya? Kan kami cuma nikah sementara tidak berharap selamanya," gumam Birru. Hembusan nafas terdengar mengiringi kebimbangan yang hadir dalam diri Birru.

Pada akhirnya, malam itu Birru lagi-lagi tak mampu bicara. Hingga pagi menjelang, dengan hal yang seolah sudah jadi kebiasaan baru di rumah itu. "Minggir, Batu!" makian pertama selalu datang dari Zee meski Birru yang mulai.

"Kagak bakalan gemoy! Minta maaf gak?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status