Ternyata benar apa yang orang ucap tentang badut. Mereka banyak yang memakai topeng tersenyum agar semua orang melihatnya bahagia. Padahal yang sebenarnya terjadi, kebanyakan dari mereka menyembunyikan masalah di balik topeng itu.
Seperti yang aku lakukan pada Mas Bayu akhir-akhir ini. Aku enggan mengatakan kalau aku seorang yang menyembunyikan masalah, tetapi memang itu kenyataannya. Walaupun hubunganku dengan Mas Bayu mulai menyatu kembali, tetap saja ada hati yang tersakiti kala melhat wajahnya yang tersenyum.
Kalian tahu yang namanya pengandaian? Aku merasa Mas Bayu melakukannya. Dia menganggapku sebagai perempuan selingkuhannya. Tidak masalah, aku juga sudah mulai menerima kalau hubungan ini tidak seharmonis dulu. Suatu saat nanti, aku akan meminta cerai dengannya.
Tadi pagi, kami sudah melakukan hal itu lagi. Sepertinya permainan semalam masih belum membuatnya puas. Aku hanya menuruti kemauannya. Karena menurutku, setelah semua kemauannya terwujud, dia aka
“Sayang!”Itu suara Mas Bayu. Dia pulang hari ini? Mas Bayu semakin tidak jelas. Apa mungkin ini karena permainannya sudah mulai aku curigai?Aku berjalan membuka pintu kamar dan hendak ke bawah. Mas Bayu membawa benda besar seukuran tubuhnya yang masih ditutupi kain hitam. “Apa itu?”Sambil menuruni anak tangga, Mas Bayu membukanya perlahan-lahan. Aku langsung tersenyum ketika sebuah benda besar berisikan lukisan terlihat olehku.“Kamu suka, nggak?”Sudah jelas jawabannya. Aku langsung memperhatikan lukisan itu dengan cermat. Indah, warna-warni, dan menyejukkan hati. Lukisan ini bisa membuatku senang dalam waktu beberapa detik. Dia bisa menjadi barang yang membuatku tersenyum di kala sedih nanti.“Kamu beliin ini untuk aku?”Mas Bayu mengangguk mantap. “Aku udah pesan ini dari lama. Kamu pengin lukisan seperti ini, kan?”“Iya, Mas.” Aku tidak menyangka kal
Siang ini aku sudah rapi menggunakan pakaian santai. Ponselku menyala dan menampilkan layar catatan. Jariku terus menimang hal apa yang harus aku tambahkan di sana.Hal yang patut dipertimbangkan untuk bercerai. Minggu, 29 April 2020. Mas Bayu berbohong tentang perempuan yang berbicara dengannya di depan lift darurat. Dia pergi tanpa alasan jelas malamnya. Dia menjemput perempuan lain dua kali Dia mulai sering membentakku. Dia sering berbohong padaku.Astaga, sudah ada lima hal yang kutulis. Sepertinya akan bertambah satu, Mas Bayu menginginkan anak sebelum kami berpisah.Memangnya, aku sangat yakin untuk berpisah, ya? Seingatku kemarin tidak mau. Lucu sekali.Sejujurnya, orang yang mengatakan kalau kami akan berpisah setelah aku melahirkan ialah aku sendiri. Selama ini, hanya itu yang bisa kudapatka
Hari ini aku berencana untuk pergi ke klinik. Dari semalam kepalaku rasanya sangat sakit sekali. Aku tidak bilang apa-apa pada Mas Bayu. Takut dia banyak pikiran di pekerjaan dan jadi repot karena aku sakit.Mengapa jadi percaya diri kalau Mas Bayu akan memikirkanku?“Itu lo banyak pikiran, Cit.”Yang baru saja berbicara itu Kiki. Aku sengaja bercerita padanya karena aku kesepian. Padahal dia sedang repot dengan pekerjaannya, aku justru membuatnya tambah repot.“Gue mau ke klinik sekarang, Ki.”“Lo pergi sama siapa, Cit?” tanya Kiki sedikit memekik. Aku sampai menjauhkan ponsel dari telinga. Akhirnya, aku menyalakan pengeras suara agar tidak mendengar pekikannya yang kencang.“Sendiri, lah. Memangnya siapa yang mau nemenin gue? Suami?” Aku tertawa miris setelah mengucapkan itu. “Kayaknya dia nggak akan peduli kalau gue mati sekalipun, Cit.”Kiki menggumam tidak jelas. “
Tuhan pasti punya rencana lain di balik kehamilan ini. Pasti masih ada hal yang lebih baik di depan nanti. Tuhan tidak mungkin memberikan kesulitan melebihi kemampuan hambanya.Kata-kata itu selalu terngiang di hatiku dari semalam. Namun, tetap saja hati ini tidak tenang.Ibu macam apa aku ini? Bukannya senang karena diberikan kehamilan, aku justru sedih.Semalam Mas Bayu tidak pulang ke rumah. Dia bilang banyak urusan yang harus dia jalankan di kantor. Sesuai dugaanku, dia tidak akan pulang karena mengambil cuti kemarin.Sampai saat ini dia tetap tidak mengetahui kalau kemarin aku sakit. Dia juga tidak mengetahui kalau kemarin aku datang ke klinik. Bahkan, dia belum mengetahui kalau aku hamil.Haruskah aku bilang tentang kehamilan ini?Jawabannya harus, aku tahu itu. Bagaimana pun dia adalah suamiku, ayah dari anak yang ada di rahimku sekarang. Namun, aku masih takut untuk mengatakannya.Banyak pertanyaan yang akan muncul jika Mas Bayu meng
Satu kutipan menyadarkanku akan sesuatu, “Apa yang kalian punya sekarang, pertahankan! Sebelum kalian menyesal.” Jadi, mungkin aku akan melupakan kata menyerah.Setelah mendapat kabar dari satpam bahwa Mas Bayu sudah pulang bahkan dari setengah empat, aku langsung masuk ke dalam mobil. Memang, sih, tadi sudah jam sebelas malam, tetapi aku memang harus datang ke apartemen Mas Bayu sekarang juga.Bukan tiada hari esok, tetapi aku ingin datang ke sana sekarang. Hanya itu, tidak ada alasan lain. Lagi pula, benar kata Kiki, Mas Bayu harus siap siaga ketika aku sedang hamil.Setelah masuk parkiran basemen, tidak ada orang sama sekali yang bisa ditemui. Aku sudah menduga kalau apartemen akan sepi di jam-jam seperti sekarang.
Mungkin Tuhan memang memiliki rencana yang lebih baik, aku hanya tidak mengetahuinya. Namun, aku bingung, mengapa rencana yang lebih baik itu harus melewati takdir yang begitu buruk?Semua yang kudengar kemarin benar-benar membuatku yakin, Mas Bayu sudah tidak sayang lagi padaku. Kalau dia sayang, tidak seharusnya dia melakukan hal yang seharusnya hanya aku yang boleh melakukannya dengan dia.Aku semakin bingung dengan perasaanku sekarang. Kecewa? Sedih? Senang? Bahagia? Marah? Tidak mengerti, terkadang aku merasakan sedih, terkadang kecewa, terkadang marah, terkadang tidak merasakan apa-apa.Kemarin, aku merasakan senang luar biasa ketika ingin mengatakan kalau aku hamil pada Mas Bayu. Semua perlengkapan sudah aku siapkan, mulai dari memasak makanan kesukaannya, merias kamar kami dengan berbagai macam bunga yang indah, dan bahkan aku sudah menyiapkan pakaian khusus karena aku ingin bermain juga dengannya.Aku masih sibuk membersihkan bunga- bunga di atas
Sepertinya aku sudah mulai gila. Ketika banyak orang tidak suka diselingkuhi, aku justru membiarkan Mas Bayu bermain di belakangku. Mungkin bukan kata membiarkan untuk menjelaskannya, tetapi masa bodoh.Aku harus menambah daftar alasan mengapa aku harus pisah dengan Mas Bayu. Kuambil ponsel lalu kubuka catatan yang sengaja dikunci. Mas Bayu melakukan sex dengan perempuan lain.Astaga, aku jijik sekali membacanya. Apa yang dulu kupikirkan sampai berani menerima cinta dari seorang pria tak bermoral seperti dia?Sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan orang yang sama sekali tidak memikirkanku“Bengong aja!”Aku terkesiap mendengar teguran Rio. “Emang dari tadi gue bengong, ya?”Rio mendengkus lalu memasang senyuman asamnya. “Oh, nggak, nggak bengong.” Aku mulai tertawa mendengarnya. “Cuma diem nggak ngomong, nggak gerak aja dari tadi. Namanya apa, tuh?”Aku langsung tergelak mendengar jawabannya. “Mungkin mati suri.”Dia menoleh d
Sesuai dengan ucapan Mas Bayu yang mengatakan kalau dia akan pulang ke rumah setelah jam sembila, aku dan Rio langsung pulang saat itu juga. Selama di perjalanan, Rio terus saja mengumpat lantaran aku terus meminta dia untuk mengebut. Jarak dari rumah ke Bandung, kan, cukup jauh, kalau dia tidak cepat mengendarai mobil, bisa-bisa Mas Bayu datang terlebih dahulu di rumah,Akhirnya, kami sampai di rumah tepat jam sembilan kurang lima belas menit. Rio tidak aku suruh untuk mampir, karena dia benar-benar tidak mengetahui kalau aku berbohong.Aku langsung turun dari mobil dan mengambil kantung belanjaan di gagang pintu. Itu pasti dari makanan dari Mas Bayu. Berarti dia belum pulang, karena kantungnya masih di depan.“Ambil!” kataku pada Rio sambil memberikan bingkisan itu padanya. “Makan aja, itu pasti masih enak. Baru dikirim sekitar jam lima tadi, kok.”Rio mengamati kantung itu. “Ini dari siapa, Kak?”Aku mendecak.