Sebuah kesialan baru yang menimpaku hari ini, mendapatkan kenyataan yang menyakitkan. Ada dua pilihan yang menggantung, Mas Bayu pindah ke apartemen baru atau ini adalah apartemen Luna.
Keduanya sama-sama menyedihkan. Apa pun alasannya, Mas Bayu tetap pindah ke apartemen baru. Itu artinya dia tidak ingin diganggu oleh aku, istri sahnya.
Rasanya ingin sekali menampar wajah Mas Bayu sesekali. Sebesar ini pengorbanan mereka untuk menghindar dari aku. Memangnya, apa yang akan mereka harapkan jika aku tidak mengetahui apartemen barunya? Mereka tidak akan khawatir kalau aku akan memergoki mereka yang sedang bermain?
Astaga, aku jadi semakin overthinking kalau sudah seperti ini kejadiannya. Simalakama, diusut membuat hatiku dongkol, tidak diusut juga membuatku penasaran setengah mampus.
Di depanku, Puput masih menyiapkan semangkok isi sop untuk diberikan pada mereka. Dia tadi setuju untuk membantuku. Bahkan, dia juga yang memberikan ide untuk mengantar
“Lo di mana, Ki?”Setelah keluar dari parkiran, aku sengaja mengebut untuk sampai ke TOL terlebih dahulu. Berjaga-jaga saja, takut Mas Bayu melihatku di tengah jalan.“Lagi di rumah, nih. Kenapa emang?”“Nginep di rumah gue, ya? Soalnya Mas Bayu nggak pulang malem ini. Gue males banget kalau tidur sendirian.”Padahal, selama ini sering sekali tidur sendiri, walaupun sudah bersuami.“Oh, begitu? Ya udah gue sekarang ke sana, ya,” kata Kiki.“Ya, boleh. Gue sedikit lagi sampai rumah juga, kok.”“Lo ke mana? Udah mau jam enam, woi!”“Biasa, gue habis dari taman kota, ngeliat anak remaja pada pacaran aja,” sahutku sedikit asal-asalan.“Udah kayak jomlo yang ngenes di luar sana aja, sih! Dari pada lo keluar, mending lo lari di sekitar komplek, Cit.”“Di taman kota, kan, gue juga jalan sehat, Ki. Udah dulu, ya? Gue diki
Sial, aku tidak suka dengan topik pembahasan yang Mas Bayu berikan. Dia mulai menanyakan terkait kehamilan. Apa yang bisa kujawab selain mengelak? Mengatakan kalau sekarang memang sudah hamil? Tidak mungkin, itu tidak akan mungkin terjadi dalam waktu dekat.Biar saja dia tidak tahu kebenaran tentangku. Memang itu yang aku harapkan untuk terjadi.Semalam, Mas Bayu benar-benar memancing kemarahanku. Kalau saja aku tidak bisa menahan diri, mungkin semua yang aku tahu sudah terucap. Beruntungnya lagi, Kiki datang di waktu yang tepat.“Jangan bengong!”Aku terkesiap ketika Danu muncul dan menepuk pundakku. “Ngagetin aja, sih, Nu!”Dia menertawakanku. “Udah makan siang? Jangan terlalu capek, kamu itu lagi mengandung anak si Bayu, Cit.”Beruntungnya aku memiliki teman yang begitu peduli. Kalau teman kerja tidak peduli, bisa-bisa aku tua mendadak. Sudah pusing dengan urusan rumah tangga yang semakin rumit, pusing
Mungkin ini yang dinamakan kesialan akan datang berturut-turut jika kita tidak bersyukur. Semalam, aku baru mendapatkan berita terbaru, terpanas, tersial bahwa Mas Bayu sengaja pindah ke apartemen baru hanya untuk menghindariku. Sekarang, dia justru membawa perempuan itu ke acara ini.Maksudku, HEI! Bukannya dia bilang ingin makan siang di luar? Aku tahu kalau menghadiri pernikahan dan makan di sana bisa disebut makan siang di luar juga, tetapi mengapa harus Luna? Mengapa harus Luna yang dia undang ke acara pernikahan? Aku masih berstatus istrinya, aku yang seharusnya ada di sampingnya.Sekarang, semuanya sudah terlambat. Mas Bayu sudah membawa Luna ke acara pernikahan orang lain, dengan aku yang dia abaikan. Beruntung Danu mengajakku untuk melihatnya.“Ganti MC-nya!” kataku dengan nada rendah.Aku yakin Aris dan Danu sedikit terkejut dengan keputusanku. Buktinya, Aris sampai memijat pelipisnya. Aku langsung meninggalkan mereka berdua di
“Tolong apa, Cit?”“Aku mau bales selingkuh Mas Bayu,” jawabku.“Dengan aku?”“Iya, Nu. Aku mau kita pura-pura selingkuh,” sahutku.Danu menggelengkan kepalanya. “Aku nggak mau, Cit.”“Nu, tolongin aku.”“Cit, emangnya nggak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah?” tanyanya.“Nu, aku udah nemuin caranya untuk menyelesaikan masalah kami. Tapi, aku nggak akan mau tinggal diam diselingkuhin seperti ini.”Danu sepertinya tidak mengerti arah pikiranku. Dia mendecih pelan. “Membalas selingkuh bukan berarti kamu jadi menang, Cit!”“Aku nggak mau menang, Nu. Aku hanya mau dia sadar sama perlakuannya.”“Sadar? Apa nggak ada cara lain untuk nyadarin dia?” jawab Danu.“Dia sudah sadar, sepenuhnya sadar. Tapi, dia nggak sadar kalau aku tahu tentang kebohongannya. Aku mau dia ngera
Pernahkah kalian berpikir untuk menyerah? Pernahkah kalian berpikir untuk melepaskan apa yang dimiliki untuk orang lain?Pertanyaan berikurnya, apakah itu diizinkan? Apakah perbuatan itu termasuk tindakan orang yang lemah? Karena, aku bimbang untuk menyerah atau memperjuangkannya.Di satu sisi, aku begitu menginginkan Mas Bayu yang terus berada di sisi untuk menemaniku. Namun, di sisi lain, ada beberapa alasan yang seharusnya sudah lebih dari cukup untuk dijadikan alasan mengapa kami harus pisah.Aku harus bersyukur karena Danu datang tepat waktu kemarin.Ketika seorang dari pria bejat itu lengah, aku langsung menendang kemaluannya sampai dia tersungkur. Setelah itu, Danu datang dan membantu. Akhirnya, kami lari tunggang-langgang menjauh dari toilet.Itu adalah pengalaman yang paling buruk selama hidupku. Pelecehan yang dilakukan olehdua orang pria sekaligus. Tangisku tidak henti-hentinya usai di dalam mobil. Bahkan, ketika kami s
Dengan keberanian yang sudah terkumpul sejak tadi, aku berjalan mendekat ke arah Mas Bayu. Sesuai dengan rencana, aku dan Danu harus memberi jarak beberapa meter dan memunggungi Mas Bayu tentunya.“Cit, kita harus bersikap seperti biasa aja!” kata Danu.Aku berjalan mengambil dua gelas yang sudah diisi oleh minuman. “Kita harus bersikap seperti biasa bukan?” kataku sambil memberikan gelas pada Danu.“Cit, dia masih belum sadar keberadaan kita,” kata Danu.Aku menoleh ke belakang. Mas Bayu, dia begitu gagah dengan tuxedo hitam yang dia pakai. Poni rambutnya yang mengembang begitu menggambarkan jelas Mas Bayu yang tampan. Apa aku bisa berpindah hati darimu, Mas?Dia sedang berbicara dengan beberapa rekannya yang membawa istri. Mengapa kamu tidak mengajak Luna, Mas? Kasihan sekali Mas Bayu, dia kesepian di sana.“Citra!” panggil Danu sedikit berbisik di telinga. Aku sampai terkejut mendengarnya. &
Tidak ada obrolan di dalam mobil. Mas Bayu mengendarai mobil sudah seperti orang yang kesetanan. Lajunya cepat sekali, aku ketakutan. Namun, sebisa mungkin aku tahan agar tidak terlihat ketakutan.Sesampainya di rumah, Mas Bayu menarik lenganku ke dalam rumah. Pegangannya erat sekali, lenganku sampai sakit dibuatnya. Dia tidak menghiraukan ringisan tanganku.Dia mebantingku ke atas kasur. Lalu dia menatapku dengan penuh kemarahan. “Badan kamu udah kotor! Harus dibersihkan!”Mas Bayu mulai mencium bibirku dengan ganas. Tidak! Ini tidak seperti permainan kami seperti biasanya. Mas Bayu bermain dengan kasar. Dia meremas dadaku dengan tenaganya.“Mas! Jangan begini!”Tanpa banyak bicara, dia mulai melepas seluruh pakaian kami. Setelah itu, dia memasukkan miliknya dengan sekali hentakan. Sontak saja aku berteriak, ini tidak mirip seperti bercinta.“Lubang ini harus aku sucikan dengan milikku! Jangan pernah melawanku,
Malam itu sukses membuat hubungan kami renggang. Seperti sekarang, aku menyumpal telinga dengan earphone agar tidak mendengar ucapan Mas Bayu. Apa pun yang dia katakan, tidak ada yang terdengar. Paling-paling dia hanya berbicara kalau ingin meminta maaf. Apa itu penting sekarang? Aku sudah memaafkannya. Namun, tidak akan pernah terbesit olehku kalau akan mempertahankan pernikahan kami, semenjak malam itu. Dia menyenggol lenganku. Tidak aku indahkan. Mataku terus fokus dengan lukisan yang sedang kukerjakan. Setelah itu, dia berdiri dan mengambil lukisan dari tanganku. Dia menatapku penuh harap. Oleh karena itu, aku terpaksa melepas earphone. “Jangan diemin aku, Dek.” Aku berusaha mengambil lukisan itu, tetapi dia menariknya agar tidak tercapai olehku. “Maunya apa, sih?” “Jangan diemin aku! Jawab omonganku, seperti biasa aja.” Itu tidak akan pernah terjadi, karena aku sudah muak dengan tingkah lakunya. Aku menga