Evita dengan segera menarik tangannya dari Matthew Leigh lalu menaruhnya di pangkuannya. Jantungnya berdebar kencang karena ketakutan. Pasien kejiwaannya kali bukan pasien biasa, itu tampak dari tatapan mata pria itu, seorang dominan yang obsesif. "Apa kau takut kepadaku, Dokter Evita?" tanya pria itu menyeringai geli menatap wajah Evita.Namun, Evita memilih untuk berpaling menghindari tatapan penuh hasrat itu. Dia seorang wanita bersuami saat ini. Leon juga menempatkan pengawal di depan pintu ruang praktiknya. Bila pria bule di hadapannya ini tidak buta pastilah dia mengetahuinya juga."Sejujurnya iya, Anda membuatku takut, Paman Matthew. Apa benar Anda ingin sembuh dari sadomasokisme itu atau tidak? Aku tidak ingin menjadi obyek fantasi Anda, please ...," ucap Evita dengan tenang sekalipun dalam hatinya sangat tegang.Matthew melihat cincin pertunangan wanita itu telah berpindah posisi di jari manis kanan. Dia pun bertanya, "Apa kau sudah menikah dengan tunanganmu, Dok?""Ya, kami
Usai membaca pesan dari George Whittman, Leon berkata kepada Kenzo, "Apa kau bisa membuatkan jam tangan dengan GPS pelacak seperti yang kau buat untuk Midori dulu, Ken?""Untuk Evita?" tanya Kenzo penasaran seraya mengangkat sebelah alisnya.Leon mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku merasa ada sesuatu yang buruk yang telah terjadi pada Evita. Tidak biasanya dia ingin menemuiku di jam kantor. Mungkin salahku terlalu sering mencari musuh ...," jawab Leon risau."Aku akan mengantar jam tangan itu nanti setelah makan malam bersama Kakek Leonard. Apa nanti malam kau datang juga ke Indrajaya Residence?" tanya Kenzo sembari berdiri. Leon memberinya beberapa pekerjaan yang harus segera dia lakukan.Mereka berdua berjalan menuju ke pintu keluar ruangan CEO. "Aku akan datang bersama Evita ke rumah papi mami. Kau bisa memberikan jam tangan itu nanti malam. Hei ... tak perlu yang seindah milik Midori. Kau berusaha terlalu keras saat membuatnya, Sobat! Zamrud dan mirah delima itu mahal, kau memang
Evita tetap berada di ruang kantor Leon hingga suaminya selesai bekerja pukul 16.00 WIB. Dia menghabiskan waktunya dengan membaca majalah-majalah bisnis yang ada di meja sofa.Ternyata suaminya sangat populer sebagai seorang businessman, dia beberapa kali menemukan artikel mengenai Leon di majalah itu dan ada juga majalah yang meliput eksklusif dengan Leon sebagai bintang sampul depan majalah bisnis. Pria yang sangat tampan dan berkharisma. "Pekerjaanku sudah selesai hari ini, Sayang. Ayo kita pulang," ajak Leon mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Evita yang langsung disambut dengan genggaman lembut oleh wanita itu."Gio, Adri, aku pulang dulu ya," pamit Leon kepada kedua sekretarisnya yang berdiri di balik meja kerja mereka sambil menggandeng Evita."Baik, Pak Leon. Selamat sore, hati-hati di jalan," sahut kedua sekretaris Leon itu.Mereka berdua pun turun dengan lift ke lantai lobi Indrajaya Realty. "Apa kau bosan menungguku di kantor, Eve?" tanya Leon seraya membelai pipi Evit
Setelah mengisi air hangat di bathtub yang dicampur dengan garam mandi beraroma lavender dan juga bubble bath, Leon membantu Evita masuk ke dalam bathtub bersamanya. Tangan Leon membelai gunung kembar istrinya yang puncaknya mengeras karena gairah. "Apa kau ingin bercinta di dalam air bersamaku, Eve Sayang?" goda Leon iseng sembari mengecupi leher jenjang Evita yang mulus."Apa itu jenis pertanyaan yang tidak perlu dijawab, Leon? Kau begitu serius menggodaku seperti ini ... dan masih menanyakannya ... aarrhh!" balas Evita setengah kesal pada suaminya.Wanita itu pun memainkan jemarinya di sepanjang bentukan seperti pisang Raja di antara pangkal pahanya. Dia pun mendengar suaminya yang bandel itu melenguh. "Aku akan membiarkan juniormu tegang sendiri, bagaimana?" tanya Evita menghukum suaminya."Ampuni aku, Ratuku!" sahut Leon cepat-cepat."Kalau begitu bekerja keraslah, Leon, buat aku puas. Cepat!" lecut Evita dengan ucapan tegasnya.Leon tertawa berderai menyadari kucing kecilnya ya
Dari ruang keluarga rumah papi mami Leon, terdengar suara obrolan yang diwarnai derai tawa pria dan wanita. Rupanya Leon dan Evita yang datang paling belakangan. Di ruang keluarga ada papi mami Leon, Michael, Brandy, Alice, Rayden, Midori dan Kenzo bersama Kenshin.Elena yang pertama kali melihat kedatangan putera dan menantu barunya itu. Dia beranjak bangkit dari sofa di samping suaminya lalu melangkahkan kakinya memeluk Leon dan Evita dengan hangat. "Macet ya jalannya, Leon Sayang? Ayo duduk dulu di sini sebentar sembari menunggu menu makan malamnya siap. Mami bikin puff pastry, dicobain ya, Eve, Leon!" sambut Elena lalu mengajak pasangan pengantin baru itu duduk di sofa yang kosong lalu menghidangkan sepiring penuh puff pastry lezat dengan berbagai bentuk dan isian.Leon dan Evita mencicipi masing-masing sebuah. "Biasa, Mam, Jakarta kapan sih nggak macet kalau jam makan malam begini?" jawab Leon duduk di sofa bersebelahan dengan Evita dan merangkul pinggang istrinya itu dengan pos
Di balkon penthousenya, Leon baru saja selesai berbincang dengan Adrian, sekretarisnya untuk memesankan tiket pesawat dan pemesanan hotel di Maldives. Pagi ini Leon akan membawa Evita beserta kedua mertuanya ke resort lepas pantai yang terkenal karena keindahan alam laut dangkal dan kenyamanannya.Lengan Evita melingkari perut suaminya dari belakang. "Hubby, apa kita jadi berangkat hari ini ke Maldives?" tanyanya.Senyuman terbersit di bibir Leon, dia membalik tubuhnya menghadap Evita. "Jadi, semuanya sudah beres. Katakan ke mama papamu bahwa kita akan menjemput mereka jam 09.00 pagi. Apa kau sudah lapar, Eve?" ujar Leon mengajak istrinya masuk ke dalam ruangan penthouse."Sedikit lapar, kenapa? Apa kau ingin memesan sarapan pagi, Leon?" balas Evita sambil cekikikan karena Leon menggulingkannya di atas ranjang.Suaminya itu menindih tubuhnya dan mendaratkan kecupan-kecupan nakalnya di bulatan dadanya yang menyembul di balik lingerie sutra warna hitam yang dia kenakan."Aaww ... kurasa
Seusai brunch lezat yang mengenyangkan di penthouse, Leon menyetir sendiri Lamborghini Aventador bersama Evita ke gedung pusat Indrajaya Realty. Dia benar-benar terlambat kali ini karena gairah liarnya tadi pagi.Kedua mertuanya menunggu di sofa ruang CEO, Adrian dan Giorgio, sekretarisnya dengan bijaksana menyajikan hidangan snack kue-kue lezat dan minuman dingin sambil menunggu bos mereka yang telah kurang ajar membuat mertuanya menunggu lama.Leon masuk ke ruangannya sambil menyunggingkan senyum ramahnya yang mahal, yang sepertinya harus dia obral agar papa Evita tidak mengamuk. "Selamat siang, Papa dan Mama Mertua. Apa kita bisa berangkat sekarang? Maaf kami terlambat datang," sapa Leon seraya tersenyum lebar memeluk papa mama Evita dengan super ramah hingga kedua sekretarisnya setengah mati menahan tawa mereka.Biasanya bos mereka itu sedingin kulkas bagian freezer kalau sedang di kantor. Di depan mertuanya, Leon seperti sales perumahan Indrajaya Realty yang super ramah dan mura
"PRAAANGGG!" Bunyi gelas kaca pecah berkeping-keping terdengar, membuat Belvin serta bawahan-bawahan Matthew Leigh berjengit.Bos besar mereka itu mengamuk di kantor CEO yang tadinya milik Belvin. Usai transaksi 5 triliyun itu, kepemilikan Matthew Leigh di Young Entertainment menjadi jauh lebih besar dibanding Belvin. Namun, Belvin tidak ambil pusing karena kekeringan kas perusahaannya lebih membuat pikirannya ruwet.Kegemaran Belvin main wanita itu membutuhkan banyak biaya. Pria itu sudah ketagihan dengan seks hingga mendekati hypersex. Dia memiliki janji dengan genk pecinta dunia perlendiran minggu depan saat weekend di apartmentnya sendiri. Mereka akan menggelar orgy party kembali.Namun, kini dia harus merasa tegang yang tidak enak. Pasalnya, paman keduanya itu marah besar karena dia kehilangan jejak Leon dan Evita yang telah meninggalkan Jakarta selama berhari-hari. Pria matang itu terobsesi pada Evita, mantan tunangan Belvin yang sebenarnya sudah menikah dengan Leon Indrajaya.