"Pa, kayaknya kita bakalan divonis penjara seumur hidup deh!" isak Nyonya Ribka saat mobil polisi yang membawa dia dan suaminya melaju menuju ke Kantor Pengadilan Negri Jakarta Pusat.Pak Julianto Wiryawan sudah tahu tanpa istrinya menyinggung perkara vonis tersebut, dia berdecak kesal seraya menjawab, "Ckk ... iya. Sudahlah, Ma jalani aja. Nasi sudah jadi bubur, kita nggak bisa kabur lagi. Semua aset dan uang Papa sudah diamankan oleh pihak berwajib.""Huh, maksud Papa asetnya warisan Cantika 'kan? Dulu kamu bohong waktu bilang harta Helena semuanya akan jatuh ke tanganmu kalau wanita itu mati. Ternyata semua hanya isapan jempol, semua justru yang berhak adalah Cantika dan kamu cuma numpang aja. Nyesel aku nikah sama kamu, Jul!" sindir Nyonya Ribka yang tak lagi menghargai suaminya pasca segala fakta terbongkar kemarin di persidangan."Dasar wanita matre murahan! Rupanya kamu mau dinikahi dulu hanya karena mengincar hartaku saja ya?!" sahut Pak Julianto sakit hati mendengar perkataan
"Aarrgghh ... sakit sekali, Hubby!" pekik tertahan Cantika saat dia didorong di atas brankar menuju ke ruang bersalin. Telapak tangan lebar Arsenio menggenggam erat tangan dingin Cantika yang berkeringat. "Tahan ya, Darling. Kamu pasti bisa melalui proses melahirkan ini dengan lancar!" balasnya dengan tatap mata yakin."Aakkhh ... okay, tetaplah temani aku, Sen!" pinta Cantika yang wajahnya bermandikan peluh. Perawat segera membantu Cantika berganti pakaian pasien untuk melahirkan. Setelah itu barulah Arsenio menemaninya lagi. Sesaat kemudian Dokter Vincent Haris memasuki ruang persalinan. Beliau yang bertugas memandu persalinan normal Cantika. "Pembukaan rahim rupanya berjalan cepat, saya akan bantu memberi aba-aba dorongan untuk mengeluarkan bayi Bu Cantika ya!" ujar Dokter Vincent dengan senyum ramah. Dokter spesialis kandungan itu masih berusia awal tiga puluh tahun dan berparas rupawan mirip aktor FTV. Dia memandu Cantika dengan profesional dan persuasif, "Ayo Bu, dorong pada
"Pak Arsen, Anda sudah ditunggu tim managemen di ruang meeting!" ujar Bobby, General Manager PT. Cantika Gunadharma Jaya saat menjemput big bossnya yang masih melayani zoom meeting klien Jepang di layar laptopnya.Pemuda itu memberi kode agar Bobby menunggu lima menit lagi. Dia hampir menyelesaikan agreement dengan Mister Kenji Tsubota yang ingin mengekspor produk kosmetik buatan Jepang ke Indonesia sebanyak satu kontainer untuk pengiriman perdana dalam minggu ini."Baik, Sir. Kami akan kirimkan docusign perjanjian sewa jasa dari perusahaan kami. Sebelum pukul 16.00 waktu Tokyo akan bisa Anda periksa di inbox surel pribadi Anda. Terima kasih," ujar Arsenio sebelum mengakhiri meeting secara daring dengan kliennya. Jakarta lebih lambat dua jam dibanding Tokyo.Dia lalu bergegas menutup layar laptopnya dan bangkit dari kursi presdir untuk beranjak ke tempat rapat managemen di setiap hari Senin pagi. Memang itu sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan oleh Cantika kepadanya. Setiap langkah
"Darling, I'm coming home!" seru Arsenio ketika dia memasuki apartment. Namun, Cantika tak nampak di mana pun. Maka Arsenio pun bergegas menuju ke kamar mereka karena menebak mungkin istrinya sedang tidur sore atau mandi. Ternyata ada suara gemericik berasal dari kamar mandi. Pemuda itu pun melepaskan pakaian kantornya dan menaruhnya di keranjang laundry. Ada banyak hal yang memenuhi kepala Arsenio termasuk kejadian tak biasa di kantornya tadi. Memang Veli bisa dibilang sangat menarik, usianya pun masih 23 tahun, fresh graduate jurusan akuntansi. Dadanya montok dan bokongnya juga membulat kencang nampak dari siluet setelan kantornya yang agak ketat. Hanya saja selama ini memang Arsenio tak pernah jelalatan dengan perempuan lain yang bisa saja lebih menarik dibanding Cantika.Dia pun membuka pintu shower box dan mendekap tubuh telanjang istrinya yang sedang keramas dari belakang. "Mmm ... wangi sekali istriku ini!" gumam Arsenio sambil meraba perlahan buah dada ranum milik Cantika ya
"Ehh ... Bu Tika!" Veli terkesiap hingga melangkah mundur ketika melihat wanita bergaun elegan yang menemani bosnya makan malam.Senyuman dingin yang tak sampai ke matanya ditarik oleh bibir Cantika. Wanita berparas rupawan dengan riasan natural itu menelengkan wajahnya lalu bertanya kalem, "Iya. Kamu pikir Arsen sedang makan malam dengan siapa, Veli?"Gadis itu mendadak salah tingkah menghadapi ketenangan istri pria yang tadi siang digoda olehnya. "Maksud saya, Bu Cantika 'kan sedang sibuk mengurus baby yang masih kecil. Jadi mungkin—""Mungkin apa? Mungkin suamiku jalan sama cewek lain begitu? Sayangnya suami berondongku itu orangnya setia ... pake banget. Sampai-sampai dia digodain buat tidur bareng kamu aja, dia lapor ke istrinya. Iya 'kan, Arsen?" tutur Cantika bersedekap sembari melemparkan senyum mempesonanya ke Arsenio."Kamu ratuku, aku menuruti setiap perkataanmu, Darling!" jawab Arsenio. Pemuda itu membalas senyuman istrinya seraya menghela napas dalam-dalam. Dia takluk sep
Ketika Arsenio keluar dari lift lalu melangkah cepat menuju ke ruangan presdir, asisten sekretarisnya melemparkan senyuman manis kepadanya di meja depan ruangan tersebut."Pagi, Vel!" sapa Arsenio sekilas saja sebelum masuk ke kantornya."Tunggu saya, Pak. Ada yang ingin saya bicarakan empat mata!" sergah Veli ketika bosnya membuka pintu.Arsenio tertegun sejenak lalu berkata, "Okay, masuk ke ruangan saya, Vel!"Maka dengan percaya diri Veli mengikuti bosnya masuk lalu dia mengunci pintu sebagai langkah keamanan agar tidak ada yang mengganggu pembicaraan mereka. Apa lagi dia trauma dengan kehadiran Cantika kemarin malam di restoran saat dia menyapa Arsenio.Pemuda itu membalik badan karena mendengar suara anak kunci diputar. "Lho ... kok dikunci sih, Vel?" tanya Arsenio curiga ada apa sebenarnya yang membuat pembicaraan mereka nampak rahasia."Biar nggak ada yang nyelonong masuk, Pak. Yuk mulai aja ngobrolnya, 'kan Bapak sibuk!" sahut Veli dengan cerdik lalu menggandeng lengan Arsenio
"Aahhh ... mmhh ... Seenn. Bawa aku ke kamar istirahat!" desahan penuh hasrat meluncur dari bibir Cantika yang bengkak dan kebas karena baru saja dilumat ganas oleh suaminya.Dia masih duduk di pangkuan Arsenio di ruangan presdir sambil didekap erat oleh kedua lengan kekar pemuda itu. Leher mulus Cantika menjadi sasaran empuk suaminya yang mulai bergairah."Sebaiknya begitu, celanaku terasa begitu sempit karena ulahmu, Darling!" balas Arsenio lalu meraup tubuh ramping nan sexy itu ke gendongannya. Tatap matanya tak lepas dari wajah istrinya."Kenapa aku gemetaran melihat tatapan matamu yang seperti ingin melahapku bulat-bulat begitu, Sen!" tukas Cantika terkikik. Dia tak berani membayangkan seperti apa suaminya yang selama 42 hari tak mendapat jatah sebagaimana mestinya.Kemudian Arsenio mendorong pintu kamar istirahat presdir lalu merebahkan Cantika di tengah ranjang. Dia meninggalkannya untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu serta menguncinya. "Lebih baik kukunci agar mangsaku ti
Setelah menjalani berbagai meeting management yang hectic di Cantika Gunadharma Jaya Center demi mengatur langkah operasional yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Cantika bersama Arsenio berpamitan dengan top management perusahaannya seraya berpesan menjaga kinerga agar tetap stabil selama ditinggal ke Eropa sekitar sebulan.Pelaporan keuangan mingguan dan meeting akan dilakukan secara online setiap hari Senin pagi di mana pun Cantika dan Arsenio singgah di Benua Biru itu. Hari berikutnya, dengan diantarkan oleh Pak Joko ke Bandara Soekarno-Hatta, keluarga kecil dengan tiga anak dan kedua baby sitter itu melakukan check in ulang tiket pesawat Singapore Airlines tujuan Paris. Kabin business class pesawat Singapore Airlines terkenal sangat nyaman bagi para penumpang yang bersedia merogoh kocek lumayan dalam. Namun, Arsenio tidak masalah membayar mahal yang terpenting berkualitas. Suster Nina menjaga Kenneth, Suster Henny menjaga Daniel, dan Zeus bersama daddy mommy-nya.