Tiga hari telah berlalu, saat ini Amel sedang dalam perjalanan menuju kampus. Ia tidak menaiki taksi lagi, karena Bram sudah mengirimkan sopir pribadi untuk Amel, menunggu wanita cantik itu bisa mengemudi sendiri."Berhenti sebentar pak," ucap Amel."Baik Nyonya." Mobil berhenti di sisi jalan, Amel menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatannya. Di sana terlihat, seorang wanita bergelayut manja di lengan seorang pria."Itu kan, istri Om Bram," bisik dalam hati Amel.Setelah 5 menit memperhatikannya, Amel meminta sopirnya untuk menjalankan mobil. Sedikitpun ia tidak berniat untuk memberitahukannya kepada Bram. Menurut Amel, itu bukan urusannya dan ia tidak berhak ikut campur dalam hubungan Bram dengan istrinya.Tetapi tidak bisa dipungkiri, kalau Amel tidak berhenti memikirkan Tania. Menurut Amel, Tania wanita yang tidak tahu bersyukur. Bram begitu menyayanginya, memberikan semua apa yang dia inginkan.Namun wanita cantik itu masih bermain api dengan pria lain. Dari segi materi, ha
Alangkah terkejutnya Bram, karena yang ada di bawah meja adalah Amel. Wanita cantik itu tersenyum manis sambil mengedipkan mata kepala Bram."Ya Tuhan, anak ini," keluh dalam hati Bram.Bram kembali fokus, ia mengabaikan Amel yang memandangnya dari bawah meja. Tetapi tangannya tidak sengaja menyentuh pena, hingga terjatuh tepat di hadapan Amel.Asisten bersiap untuk mengambilnya, tetapi Bram dengan sigap menghentikannya. "Biar aku saja," ucap Bram.Pria tampan itu menunduk untuk meraih pena, namun bibirnya langsung beradu dengan bibir Amel. "Aku mencintaimu," bisik Amel sambil tersenyum manis.Sikap Amel membuat jantung Bram dak dik duk, sekaligus berbunga-bunga di dalam sana. Bahkan Bram tersenyum tanpa sadar, yang membuat semua orang yang ada di ruangan itu merasa bingung.Tentu bingung, tidak ada yang lucu bahkan bisa dikatakan menegangkan. Tetapi bos tampan itu justru tersenyum manis.Alhasil Bram mengakhiri meeting, dan akan dilanjutkan besok pagi. Ia menyuruh asistennya ke lua
Tepat pukul 10 pagi, Amel sudah tiba di Jakarta. Ia singgah di Apartemen untuk mengganti pakaian, lalu bergegas menuju kantor Pratama Grup.Tentu Rani memberinya hukuman karena terlambat. Wanita bertubuh tinggi itu, meminta Amel untuk membersihkan seluruh kamar mandi, dari lantai 35 sampai lantai 40."Ayo cepat, ini baru 4 lantai masih ada 1 lantai lagi," desak Rani."Iya Bu." Amel segera menyelesaikan tugasnya di lantai 39, lalu bergegas ke lantai empat puluh.Saat pintu lift terbuka, Amel melihat Bram melangkah menuju lift khusus Direktur, bersama dua pria."Kamu lihat apa?" Tiba-tiba Rani bertanya."Um..tidak lihat apa-apa Bu," dalih Amel.Rani tersenyum sinis sambil melangkah ke luar dari lift, dan diikuti oleh Amel menuju kamar mandi."Apa kamu menyukai Pak Direktur?" Rani kembali bertanya.Wanita cantik itu berdiri di depan pintu, sambil memperhatikan Amel yang sedang membersihkan kamar mandi."Tidak Bu, aku tidak mungkin menyukai Bapak Direktur," jawab Amel."Kamu tidak menyuka
Sepanjang perjalanan menuju kampus, Amel tidak berhenti menatap wajah Bram yang sedang menyetir mobil. Ia tidak menyangka akan jatuh cinta kepada pria tampan satu anak itu. Awalnya dia sangat membenci Bram, tetapi seiring berjalannya waktu! Benci itu berubah menjadi cinta. Bahkan Amel tidak menyesal menyerahkan kesuciannya kepada Bram."Jangan terus memandangku, nanti kamu benar-benar jantung cinta," ucap Bram.Amel tersenyum manis, "Aku memang sudah jatuh cinta.""Kalau kamu jatuh cinta padaku, kenapa kamu memberikan nomor ponselmu kepada pria lain?" sindir Bram.Amel semakin tersenyum puas, "Om cemburu ya?" todong Amel."Ye... siapa yang cemburu?" sahut Bram sambil mengedikkan bahu."Hm... yasudah. Kalau begitu gak ada salahnya aku dekat dengan kak Bryan. Mana tahu, setelah habis kontrak dengan Om! Kami bisa berjodoh."Bram tiba-tiba menginjak rem mobilnya, "Gak boleh, kamu gak boleh dekat-dekat dengan pria lain sebelum kontraknya berkahir. Apa kamu mendengarnya?" tegas Bram, bahka
Dua hari telah berlalu, selama dua hari ini Bram dan Tania tidak berhenti berdebat. Wanita cantik berambut pendek itu, meminta Bram untuk memecat Amel dari perusahaan Pratama Grup.Semua itu karena Tania sudah mengetahui tentang status Amel, yang menjadi Surga Baby. Tentu Tania dengan mudah mengetahuinya, sebab ia meminta beberapa orang untuk mengikuti Bram dan Amel. Ia juga menjadikan Rani sebagai mata-matanya saat di kantor."Sayang, itu tidak benar," bantah Bram."Apa yang tidak benar sayang? Bahkan kamu memberikan Apartemen dan mobil untuknya! Kurang bukti apa lagi?" protes Tania."Sekarang, terserah kamu. Pilih aku atau wanita itu?" lanjut Tania.Bram bangkit dari sisi ranjang, melangkah menghampiri Tania yang berdiri di depan jendela. Kedua tangan kekarnya melingkar di pinggang istrinya."Sayang, aku minta maaf," ucap Bram dengan setengah berbisik."Tidak semudah itu sayang, kamu sudah membohongiku selama ini. Padahal aku selalu setia kepadamu, aku tidak bisa menemanimu setiap h
Suara ketukan pintu membangunkan Bram di pagi hari. Ia membuka mata dengan malas dan refleks bangkit dari tidurnya, setelah menyadari kalau ia berada di Apartemen. "Kenapa aku bisa di sini?" tanya Bram kepada dirinya sendiri.Ia menurunkan kedua kaki dari tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Tania," ucap Bram setelah membuka pintu, dan melihat orang yang mengetuk pintu adalah istrinyaTania tidak menjawab, ia menerobos masuk lalu mencari Amel ke setiap ruangan. Namun wanita cantik itu tidak terlihat di sana, bahkan lemari yang biasa dipakai Amel sudah kosong."Kamu mau ngapain, sayang?" tanya Bram yang berdiri di pintu kamar."Memastikan kalau wanita murah itu sudah pergi," jawab Tania.Bram bergegas menghampiri Tania, matanya membulat melihat pakaian Amel sudah tidak ada lagi di sana. Lemari kosong, menandakan kalau Amel sudah meninggalkan Apartemen.Di satu sisi, Bram bersyukur Amel meninggalkan Apartemen sebelum Tania datang ke sana. Di sisi lain, Bram sedih karena tidak
"Iya, aku baru mengetahuinya tadi pagi," tegas Friska."Mama tahu dari mana?" Bram semakin penasaran."Mama bertemu dengan dokter yang membantu Mama saat persalinan 20 tahun yang lalu. Dokter itu mengatakan kalau anak yang aku lahir berjenis kelamin perempuan, dengan kondisi sehat. Tetapi Tania mengatakan, kalau anakku sudah tiada sejak di dalam kandungan." Friska menjelaskan semuanya kepada Bram.Sungguh Bram tidak menyangka, kalau wanita yang paling ia cintai adalah seorang iblis yang tidak punya hati. Bram juga tidak kalah terkejut saat Friska mengatakan, Tania tidak pernah menemaninya di rumah sakit dan tidak pernah membayar tagihan rumah sakit.Friska membayar tagihan rumah sakit, hasil dari penjualan semua hartanya, yaitu rumah, kebun dan properti. "Mama berharap kamu bisa menemukan putriku. Aku mohon kepadamu Bram, tolong jaga dia dan jauhkan dari Tania." Friska memohon sambil berurai air mata. Setelah mengatakan itu, Friska langsung tidak sadarkan diri.Sebelum meninggalkan r
Amel terkejut, bagaimana dia tidak terkejut! Wanita cantik itu sedang meraih selimut dari lemari, tiba-tiba dua tangan kekar melingkar di pinggangnya."Lepaskan aku Om," ucap Amel dengan lembut.Bram bukannya melepaskan pelukannya, ia justru memutar tubuh Amel menghadap kepadanya. Kaki jenjangnya menuntun Amel melangkah mundur, hingga terjatuh di atas tempat tidur.Kini pria tampan itu mengungkung tubuh mungil Amel di bawah tubuh kekarnya. Bram menatap Amel sambil tersenyum seribu pesan."Apa kamu ingin lari dariku?" ucap Bram dengan lembut.Amel memalingkan wajah untuk menghindari tatapan Bram, "Tidak," jawab Amel."Terus kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku?" Bram kembali bertanya."Untuk apa aku memberitahu Om, kita kan sudah tidak memiliki hubungan lagi," jawab Amel."Enak saja, emang kamu sudah menandatangani surat pembatalan kontrak?"Amel menggeleng, "Belum," jawab singkat Amel."Berarti kamu masih Suga Baby Bram Pratama Wijaya," ucap Bram."Tapi Om....."Amel tidak melanjutka