Cecilia membuang nafasnya, entah kenapa dia merasa sangat kesal saat Michael mengatur keputusannya seperti ini. Wanita cantik itu mau tidak mau kembali masuk ke dalam mobil. Biar bagaimana pun, Michael adalah sosok Uncle baginya.“Maaf, aku sudah ikut campur terlalu jauh.” Ucap Michael dengan nada suara rendah, ia menurunkan egonya, “Aku hanya khawatir, aku tidak mau kamu mengalami hal yang sama seperti Siska alami,” sambung Michael, pria itu pun mulai melajukan kendaraannya, membelah padatnya jalanan di sore hari.Jantung Cecilia seketika di remas dengan kuat, seperti ada sebelah pisau yang menggores dadanya, tapi yang di khawatirkan Michael sangat beralasan, tapi apakah salah ia mencoba menjalin hubungan dari pria yang ia ingin percayai?“Hmm, thank you. Aku yang akan mengambil resiko ini. Setidaknya aku ingin mencibanya sekali seumur hidupku.”Michael mengangguk, “Hem, apabila terjadi sesuatu, ada aku disini. Jangan pernah terluka untuk hal itu!” ujar Michael penuh dengan makna yan
Pria berhazel biru itu dalam sekejap melepaskan kemeja yang ia kenakan, bahkan entah sejak kapan dia sudah melepaskan semua pakaian istrinya.Hingga kini mereka berdua benar-benar tidak mengenakan sehelai benang pun. Arion, mengecup lembut perut Emily, dan naik ke atas, menatap wajah cantik sang istri. Ia mulai mengukung wanita cantik itu dengan hati-hati, agar tidak minindih perut Emily.“Kamu sangat cantik, sayang.” Puja Arion dan memagut bibir bawah dan atas Emily bergantian, bahkan tangan pria itu meremas lembut payudara Emily sembari memainkan bagian ujungnya yang sudah mengeras.Ia melumat bibir ranum istrinya dengan lembut, “Hmppt… Dan kamu suamiku yang tampan, suamiku.” jawab Emily di sela desahan erotisnya.Ia dapat merasakan tubuhnya semakin memanas karena sentuhan sang suami yang semakin intens.Tangan Emily pun tidak tinggal diam, ia mengurai rambut lebat Arion dengan kedua tangannya. Bersamaan pria itu melepas bibir Emily, berpindah dengan begitu smooth ke payudara Emily.
Keesokan paginya di Hilgermiseen, tepat jam 5 pagi dini hari—di kediaman Manfredo. Hilgermissen adalah sebuah kotamadya di distrik Verden, Lower Saxony, Jerman. Terlihat sebuah mobil van besar berwarna hitam memasuki pelataran halaman dengan senyap. Sedangkan terlihat para penjaga pintu sudah pingsan tidak sadarkan diri.Pria berperawakan tinggi dengan memakai long coat bertudung hitam tengah berjaga di depan pintu utama. Dan begitu mobil van volvo besar itu berhenti di depan pintu mansion utama.Pintu belakang mobil van terbuka lebar, empat orang pria besar yang juga memakai long coat bertudung hitam turun dari mobil, di susul sebuah peti berwarna hitam perlahan keluar.Tanpa suara mereka bergerak begitu cepat dan senyap, dalam sekejap peti besar itu sudah berpindah di depan pintu utama mansion Manfredo.Setelah peti tersebut sudah di pastikan letaknya, para pria berjubah hitam itu kembali masuk ke dalam mobil, sang supir segera menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari halaman mansi
Fabio yang sempat shock melihat mayat anaknya segera menatap seluruh pelayan rumah, “Jangan sampai berita ini tersebar!”“Ba-baik Tuan Besar!” sahut mereka.“Papa? Apa ada sesuatu?” suara seorang pria terdengar dari dalam mansion—pria dengan kondisi tubuh yang kurus, menggunakan kaca mata hitam dan di dorong oleh seorang perawat duduk di kursi roda.Fabio segera membelalakkan matanya, ia terkejut mendapati putranya yang lain sudah berada di ambang pintu.“Ah Rafael? Tidak ada Nak.” Sahut Fabio cepat dan menyuruh asistentnya untuk membawa masuk peti hitam tersebut dari pintu belakang.“Ingat! Jangan sampai mencolok dan habisi pelayan yang menyaksikan perihal ini!” bisik Fabio kepada tangan kanannya.“Baik, Tuan besar.”“Oh, tadi aku mendengar suara teriakan.” Tanya Rafael.Fabio berjalan mendekat kepada Rafael dan menyuruh perawat tersebut untuk memutar, “Ohh itu, pelayan baru kita kaget melihat salah satu peliharaanmu, Nak.”“Hahaha… Dia pasti sangat ketakutan.”“Hem, masuklah.”“Huft
Beberapa menit sebelumnya, Rafael yang tengah asik berada di dalam kandang peliharan hewan mamalianya—yang bernama viper—ular piton yang beracun. Ia mendengar suara teriakan dari luar.Rafael segera memanggil perawattnya—Naina untuk membawanya serta untuk melihat keributan apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya, Fabio—Papa dari Raul dan Rafael itu menimbulkan keributan jika menyangkut pekerjaannya yang sangat Rafael tahu—perdagangan manusia dan wanita, serta obat-obat terlarang.Pria jangkung dan berkulit pucat itu segera berdiri dari duduknya dan duduk di kursi rodanya. Naina menutup kaki Rafael dengan selimut berwarna hitam, kemudian beralih ke belakang dan mendorongnya dengan hati-hati.“Langsung ke depan.” Titahnya kepada Naina.“Baik Tuan Muda.”Naina mendorong kursi masuk ke dalam lift, turun ke lantai bawah—ruangan utama. Karena di mansion ini, ada ruang bawah tanah.Saat keluar dari lift, Rafael menaikkan satu alisnya ketika melihat begitu banyak yang berkumpul di depan pint
Di Berlin, tepatnya di sebuah rumah sakit besar Harold Grup, Emily akan menjalani terapi oleh seorang dokter ahli psikiater—Dokter Adeline. Arion dengan setia menemani Emily hingga istrinya itu berada bersama Dokter pribadinya.“Aku masuk ya sayang.”“Hem, jangan khawatir. Aku akan menunggu di depan. OK?” ujar Arion lembut sembari mengecup kening istrinya itu.Arion yang ingin menemani Emily hingga di dalam, di cegah oleh sang Dokter demi kelancaran pertemuan pertamanya dengan Emily.Karena menurut Dokter, pertemuan awal di mana chemistry seorang Dokter dan pasiennya bisa saling dekat satu sama lain.Dan hal itu sangat berguna demi kelancaran dan kesembuhan pasien. Semakin Pasien percaya kepada sang Dokter, maka semakin terbuka sang pasien menceritakan apa yang dia alami pada saat kejadian serta apa saja yang pasien rasakan.Arion melihat punggung istrinya di saat pintu mulai tertutp, di mana menurut Dokter Adeline, untuk pertemuan ini ia akan melakukan metode Terapi Kognitif-Perilaku
Satu jam pun berlalu, Arion mengisi kekosongan waktunya sambil melihat layar ipad di tangannya. Meskipun ia tidak dapat masuk, namun dengan izin dari Dokter Adeline, Arion di berikan hak special untuk melihat secara langsung proses terapi Emily lewat layar Ipad.Ia berkali-kali menghela napas berat melihat Emily yang kadangan menangis dan menceritakan yang dia lalui dengan penuh rasa takut.Hal itu berlangsung lancar karena persetujuan Emily yang meminta dirinya di hipnotis. Emily dapat menceritakan setiap detail kejadian sejak awal Tasha memanggilnya, bagaimana perlakuan Raul yang menyiksanya dan meminta berhubungan badan hingga melakukan anal seks.Serta bagaimana ia di sekap dan di ikat, di berikan obat peransang yang sangat kuat. Sampai membuat dirinya hilang kendali atas tubuhnya.Arion yang mendengar hal itu merasa dadanya di remas kuat, ia menyesal tidak menyiksa pria itu lebih lama. Membuat pria itu mati, malah memperingan hukumannya.“Damn!” Arion mengepal tangannya dengan ku
“Dasarrrr Jalang!!!” teriakan menggema di dalam gudang yang kosong, suara Tasha terdengar penuh amarah dan ketakutan.Arion segera menutup kedua telinga istrinya saat itu juga, “Are you ok, sayang?”Emily mengangguk sebagai jawaban—pria berhazel biru itu menatap nyalang kepada wanita yang telah membuat istrinya celaka itu.Seandainya Tasha tidak mengancam Emily dan menjebak Emily malam itu, kejadian naas itu tidak akan terjadi.“Erik!” geram Arion memberi titah untuk menyiksa wanita blonde yang tengah terikat itu.“Baik Tuan Muda.” Sahut Erik dan berjalan menghampiri Tasha—dua pria yang berada di sisi kiri dan kanan Tasha ikut mendekat dan memberikan tamparan keras.Plak!“Berengsekkk! Lepaskaan!” auman Tasha dengan suara isak tangis—tidak berdaya.Emily terkejut, dan menoleh ke arah suaminya, “Sayang?”“Hmm?” Arion menghela napas, ia lepas kendali karena melihat wanitanya di hina seperti itu.Wanita cantik itu memegang kedua tangan suaminya, “Aku ingin bicara dengan Tasha.”“Iya saya