"Tuan Gerald, aku mendapatkan kabar kalau hari ini Tuan Austin dan Nona Bella berangkat menggunakan Private jet ke Lanai Island." ujar Asistent Gerald yang bernama Victor. Gerald tersenyum senang, "Sepertinya dewi fortuna berpihak padaku..!" serunya. Kemudian dia membuka laci meja dan mengeluarkan map coklat. Lalu melemparnya ke atas meja. "Angkat berita ini, di sosial media dan media tv." seru Gerald sambil menatap map coklat tersebut. Map coklat yang dia dapatkan dari Steve dua hari lalu. "Baik Tuan, apa ada lagi..?" jawab dan tanya Victor kemudian. Gerald mendongak dan menatap tajam ke arah asistentnya, "Ingat, tutup rapat sumber berita ini kepada media agar Austin dan para cecunguknya tidak bisa mendapatkan infrmasi tentang kita," Victor sedikit membungkuk, "Baik Tuan," Setelah asistent priabadinya keluar, Gerald mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Tuut tuutt tuutt "Iya Gerald..?" jawab Steve di balik ponsel. "Berita akan turun hari ini, apa kamu yakin foto terse
*** Giselle di buat terkagum-kagum dengan Villa milik Gerald. "Wow ini sungghu luar biasa besar Gerald," seru Giselle yang tidak dapat menutupi kekagumannya. Gerald tersenyum, "Baguslah kalau kamu suka," jawab Gerald. Steve pun menyusukl dari belakang dan tertawa kecil melihat reaksi Giselle, karena hal yang di lakukan Giselle sama seperti dirinya pada saat melihat Villa yang seluas dan semegah ini. "Ayo masuk, para pelayan sudah ada di dalam. Dan aku punya satu orang tamu lagi. Kamu tidak keberatan Steve ?" ujar Gerald sambil mengambil langkah masuk ke dalam Villa. "Tentu saja Gerald, Kamu bisa memanggil temanmu," jawab Steve. "Good..!" Pintu besar berwarna hitam itu terbuka lebar dari dalam, "Kamu sudah datang Gerald..?" suara pria yang sedikit tidak asing di telinga Giselle. "Oh No — oh tidak !!" pekik Giselle dalam hati ketika melihat sosok pria yang tengah membuka pintu. "Wow si seksi Giselle !!" seru pria itu. "Frank..?" gumam Giselle. "Long time no see you— lama tidak
"Ini tidak mungkin !!! Ini tidak mungkin..!! Ini pasti sebuah kesalahan !!" seru Gerald sambil menggenggam erat selembar foto.Terlihat foto seorang wanita bersama beberapa pria tengah bercinta.Wanita tersebut terlihat tersenyum menikmati apa yang di lakukan oleh empat pria sekaligus kepada tubuhnya.Tangan Gerald gemetar hingga tidak sadar dia melukai tangannya sendiri dengan kukunya.Dan dari beberapa lembar puluh foto, bukan hanya empat laki-laki itu saja. Tetapi setiap foto yang di berikan. Wanita itu bersama pria yang lain. Namun foto yang di tangannya inilah yang membuat dirinya benar-benar shock. Karena di salah satu pria tersebut adalah temanya yang dia percaya. Frank."Frank...?!! Apa dia mengenal Alea ??! Kebetulan? Atau ??!" serak Gerald."Lalu untuk apa dia mengirimkan foto-foto ini padaku ??!!" geram Gerald."Bukankah dia juga sudah mencicipi tubuh Alea seperti para pria-pria ini ??!"Namun matanya teralihkan dengan usb yang ada di tumpukan foto tersebut. Dengan rasa pen
Saking seriusnya pembicaraannya bersama Gerald, membuat pemuda itu harus masuk ke dalam ruang kerja agar tidak mengganggu tidur istrinya—Emily.Apa yang ia dengar dari Gerald rasanya belum seluruh kisah antara Sang daddy dan Sang Mommy. Tapi apa yang di ceritakan Gerald sudah mewakili rasa ingin tahunya, ia merasa bersyukur kalau sang Daddy dengan gagah berani dan tegas untuk memiliki sang Mommy.“Hem, sebaiknya aku tanyakan langsung kepada Daddy...” gumamnya sambil melihat layar ponselnya, melihat foto kedua orang tuanya.Ia dapat melihat bagaimana kedua orang tuanya saling mencintai satu sama lain, bagaimana sang Daddy begitu meratukan sang Mommy. Ia tersenyum tipis hingga terdengar suara pintu terbuka.Arion menoleh ke arah pintu, ia tersenyum melihat Emily yang saat ini memakai oversize sweater yang panjangnya, “Sayang...?”“Kamu disini sayang?”“Hmm, kemarilah...”Emily berjalan masuk ke dalam ruangan dan menghampiri sang suami, naik ke atas pangkuan Arion. Pria berhazel biru saf
Eleanor terus berada di dalam kamarnya setelah pulang dari bandara. Wanita cantik berparas oriental itu enggan untuk melakukan hal lain.Ia hanya ingin menutup mata dan tertidur agar bisa cepat melalui hari ini. Hari yang terasa begitu berat untuknya. Namun, tak semudah itu. Pikirannya terus tertuju pada Reynard.Sudah lebih dari 11 jam, ia terus menghitung waktu jika Reynard mungkin saja sudah tiba di tempat tujuannya. Sambil menatap layar ponsel, melihat foto dirinya bersama Reynard, dimana Reynard tengah merangkul dirinya, mereka berdua terlihat begitu romantis di dalam balutan selimut tebal.Foto yang mereka ambil saat menghabiskan waktu bersama di Amsterdam selama dua hari ini.Ia tersenyum tipis melihat guliran foto di galeri ponselnya.“Apa dia sudah tiba, apa dia bakal baik-baik saja? Hah... Sebenarnya di negara mana Ayah menempatkan Rey...” gumamnya sembari menutup mata dan menarik napas lalu membuangnya pelan. Ia tidak di berikan informasi apapun tentang keberadaan Reynard.
“Rachel...?” gumam Reynard menyebutkan nama dari wanita yang ada di depannya, membuat Rachel tersenyum lebar.Ia berdiri tepat di depan Reynard yang masih mendongakkan kepala untuk melihat wajahnya, Rachel mengulurkan tangannya, “I’m glad-aku senang, kamu tidak melupakan aku.”“Tidak seperti itu, tapi bagaimana bisa kamu ada disini?” tanya Reynard mengerutkan keningnya dan menaikkan satu alisnya.Yang ia tahu jika wanita di depannya ini begitu manja, “Kamu tidak mungkin liburan di sini bukan?” sambung Reynard.Rachel tersenyum kecil, “Apa kamu lupa kalau aku seorang dokter? Dan mungkin akan menyenangkan jika bisa liburan di sini, apalagi kamu ada di sini.” Jawab Rachel dengan enteng.“Aku tidak menduga yang di katakan Daddy benar, kalau Reynard ada di sini...” batin Rachel bahagia, ia yang merengek tidak ingin ditugaskan ke daerah terpencil apalagi masuk dalam salah satu negara konflik, itu bukanlah dirinya yang merupakan salah satu putri manja dari seorang kepala direktur rumah sakit
Di Berlin, Max duduk di kursi ruangan kerjanya. Ia meraih ponselnya saat ponselnya berdering, ia menaikkan satu alisnya dan bersandar, “Hmm, katakan.” Ucapnya singkat lalu mendengarkan penuturan sang penelpon, “Tuan Max, semua berjalan sesuai rencana, kami sudah tiba di Brazaville. Dan wanita yang Anda minta untuk datang juga sudah ada di lokasi.” “Hmm, lalu?” “Benar seperti yang Tuan Max katakan, sepertinya mereka memang ada kisah masa lalu, wanita yang bernama Rachel ini terus mendekati Reynard.” Max mengangguk, “Awasi terus menerus dan berikan kabar apa saja yang terjadi selama di sana.” “Baik Tuan Max,” “Maaf sudah merepotkan mu dan Timmu Sergio untuk hal ini.” “Anda jangan merasa sungkan Tuan Max, kami dengan senang hati melakukannya. Dan hal ini bersamaan dengan kunjungan kami di Kepulauan Kongo untuk aktivitas rutin keluarga Harold." Max tersenyum tenang, “Hmm, baiklah. Aku titip si tengil itu kepada kalian.” Begitu Max hendak memutuskan sambungan telepon, suara Sergio
“Sayang, kenapa kita langsung pergi seperti itu tanpa menyapa Aunty Jennifer?” tanya Emily saat Arion melajukan kendaraan mereka.Arion menggeleng pelan, “Tidak sayang, aku hanya tidak ingin kamu terlambat.” Alasan klise yang sangat bertolak belakang, bahkan tadi mereka sempat menawarkan diri untuk mengantar sang Mommy.Emily menghela nafas pelan, “Hmm, ya sudah.” Jawab Emily singkat, tidak ingin lagi memperpanjang jika memang Arion tidak ingin menceritakannya.Wanita cantik itu menatap keluar jendela dan menikmati perjalanan, Arion yang sadar dengan diamnya sang istri pun sadar akan kesalahan yang ia buat, ia meraih tangan Emily dan menaikkan tangan tersebut, memberikan kecupan lembut di punggung tangan Emily, “Sorry, sayang.”Emily mengerutkan keningnya, “Sorry untuk?” tanya Emily.“Untuk yang tadi...”Emily tersenyum, “Itu bukan masalah besar sayang, aku tahu kamu pasti memiliki pertimbangan sendiri jika belum ingin menceritakannya padaku.”“Tapi aku sudah merusak mood pagi ini.”W