Emily dengan enggan memasuki paviliun milik Arion, ia masih sangat kesal dengan kejadian kemarin. Dia merasa seperti di selingkuhi di depan mata.Tapi mau tidak mau, dia harus melakukan pekerjaannya saat ini. Begitu masuk ke dalam paviliun, Emily menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk Arion. Ia dengan sengaja datang satu jam lebi cepat agar tidak bertemu dengan Arion di dalam kamarnya.Dia begitu hafas jam bangun Arion, biasanya di atas jam enam pagi. Pria itu baru memulai aktivitasnya.Emily bergerak lebih cepat dari pada biasanya. Setelah menyelesaikan sarapan, ia menaruhnya di atas baki, sambil membawanya masuk ke dalam kamar Arion. Dengan begitu pelan Emily membuka pintu kamar, “Huft! Syukurlah dia masih tidur.” Gumamnya pelan.Ia berjalan begitu pelan, enggan menimbulkan suara, tidak ingin membuat Arion terbangun. Dia terlalu malas untuk menemani pria itu untuk berbicara.Emily menuju meja dan meletakkan baki yang berisi sarapan untuk Arion, roti lapis dan susu hangat.Usai melet
Kembali ia mengambil kecupan di pipi Emily, “Aku mandi, hem?”Emily mengangguk. Memberikan jawaban.Beberapa saat kemudian Arion menyelesaikan mandinya, tapi tidak mendapati Emily di tempatnya tadi. Pria itu hanya menghela nafas dan melangkah menuju wardrobenya untuk berpakaian.Begitu selesai, ia keluar kamar, ia mendapati Emily tengah sibuk dengan ipad di tangannya lantai dua. Pria itu turun menggunakan tangga utama, turun ke bawah.“Kenapa keluar kamar?” tanya Arion.“Biasanya kan juga seperti itu,”jawab Emily tenang sambil membereskan barangnya-barangnya, lalu memasukkan ke dalam tasnya.“Sudah sarapan juga?” tanya Emily kemudian, karena merasa Arion keluar dari kamar terlalu cepat dari biasanya.“Hem,” balas Arion pelan.Emily pun berdiri dan melangkah menuju pintu utama, dan membuka pintu. “Silahkan,” ucap Emily, kembali formal.Arion menghela nafas kasar, ia tak suka jika Emily bersikap seperti ini.Tepat saat berjalan keluar, Bella dan Austin seperti biasa sedang berjalan-jala
Dan disinilah mereka sekarang, menikmati sarapan pagi dengan mood yang berantakan untuk Emily dan Arion.Arion menahan rasa cemburunya melihat Reynard dan Emily, sama halnya Emily yang merasa panas melihat Arion membiarkan Tasha menyentuhnya.Hal itu juga berlaku bagi Reynard dan Felix yang begah melihat Tasha yang terus meliuk-liukkan tubuhnya pada Arion.“Aku sudah kenyang, duluan ya ke dalam.” Ujar Emily yang tidak tahan lagi.“Aku juga!” sahut Felix.Reynard menoleh ke Emily, “Ya sudah, ayo. Aku juga sudah kenyang.”Mereka bertiga pun berdiri dari duduknya, “Yon duluan,” ucap Felix.“Aku juga duluan,” tambah Reynard.Sedangkan Emily terlalu malas untuk berbusa-basi. Wanita cantik itu berjalan lebih dahulu.Beberapa jam pun berlalu, Arion dan Emily baru saja menyelesaikan meeting mereka. “Ke ruanganku—”“Yon,” sela Felix membuat Arion melihat ke arah Felix.“Ada apa?”“Aku dan Reynard menunggumu di lantai atas,” ujar Felix, dan Arion sudah paham dengan maksud perkataan Felix.“Hem
“Sial! Kenapa kita tidak pernah berpikir ke proyek itu!” gumam Arion. Felix dan Reynard mengangguk setuju. “Karena jujur, yang kau hadapi sekarang adalah hanya sekedar urusan percintaan yang ringan, seperti seorang wanita yang terobsesi dengan seorang pria lantas melakukan segala hal,” jelas Felix. Reynard berdiri dari duduknya dan berkata, “Tunggu, aku akan minta file-file proyek itu dari Emily,” Arion menoleh dan menahan Reynard, “Nanti saja, Rey. Perlihatkan foto dan video yang kalian dapat.” “Hem, ok!” Reynard pun kembali duduk di kursinya. Kembali fokus dengan layar monitor di depannya. Arion bernafas lega, tapi ia berusaha bersikap biasa saja. Tidak mungkin ia membiarkan siapapun mengganggu waktu istirahat Emily saat ini. Felix yang melihat gelagat Arion hanya tersenyum tipis. Satu jam pun berlalu, ketiga pria ini selesai melihat apa yang bisa mereka selidiki. Dari rekaman cctv hanya terlihat beberapa hal yang menjadi bukti. Tapi video tersebut terlalu samar. Mereka memb
“Hai Emily,” Raul juga menyapa Emily saat pria itu sudah berada di depan Arion dan Emily.“Malam Pak Raul.” Balas Emily dengan formal.Raul mengernyitkan keningnya, “Kenapa kamu begitu formal, Emily? Bukankah kita sudah berteman.”“Ah… Itu,”“Ada perlu apa kamu datang ke kantor jam begini?” sela Arion sembari berdiri di depan Emily, menutupi tubuh Emily dengan tubuh tegapnya.“Aku tadi sekedar lewat dan bertanya ke security, beruntung kamu masih ada. Aku ingin mengajakmu ke Club,” tukas Raul lalu tersenyum, “bagaimana jika sekalian Emily ikut?”Arion berusaha tenang, selain Reynard dan Felix. Raul terbilang cukup akrab dengannya.“Sepertinya tidak bisa bro, aku masih ada pekerjaan setelah dari sini.” Jawab Arion dan menoleh ke belakang, “benarkan, Emily?” tanya sambil mengedipkan mata tanpa di lihat oleh Raul.“Benar Pak, maaf Pak Raul.” Emily dengan tanggap menerima sinyal dari Arion.Raul menghela nafas, “Hah, benarkah. Mau bagaimana lagi, tapi lain kali kamu jangan menolaknya.” Tuk
Keesokan paginya, Arion dan Emily menuju Orion Coorporation bersama-sama. “Sayang, Emily?” Arion memanggil Emily begitu lembut dengan pandangannya fokus menatap lurus ke arah jalan.“Iya?”“Jangan membalas pesan dari siapapun,”“Hem? Lalu bagaimana cara aku bekerja kalau tidak membalas pesan yang masuk?” jawab Emily dengan tenang menatap bingung kepada Arion.Arion menghela nafas, benar yang dikatakan Emily. Dialah yang mengurus segala hal untuk bagian administrasi, bagaimana bisa ia tidak membalas pesan. Salahnya tidak meminta hal itu lebih detail.“Apapun itu, selama bukan di nomor pribadimu sayang.” Jelas Arion menambahkan.“Oh…”“Hari ini aku, Reynard dan Felix akan menungunjungi proyek pembangunan Triple R, tapi sebelum makan siang, aku usahakan untuk kembali.”“Loh? Memangnya ada jadwal seperti itu?” Emily segera membuka ipad yang ada di tangannya melihat jadwal Arion.“Tiba-tiba,”“Lalu bagaimana dengan meeting di jam 9 pagi dan jam 1 siang ini?” tanya Emily.Arion menaikkan sa
Mendengar nama Emily di sebut, Arion menoleh dan mendapati Emily sudah ada di belakangnya, baru saja keluar dari toilet. “Apa tadi dia melihatnya?” batin Arion, gusar.“Semoga saja tidak,” harapnya cemas.Emily berjalan melewati Arion dan raut wajahnya terlihat begitu tenang, tapi enggan melihat ke arahnya.“Emily, ke ruanganku!” tegas Arion.“Baik,” jawab Emily santai.“Rey! Thanks!” seru Arion sambil mengangkat ibu jari nya.“No problem, Bos!”Arion pun masuk ke dalam ruangannya bersama Emily.Begitu pintu tertutup, Arion segera memeluk Emily dari belakang. “Sayang…”“Hmm?”“Jangan marah, please…” gumam Arion di tengkuk leher Emily.Emily hanya mendengus pelan, “Nanti saja kita bicarakan, lebih baik kita naik untuk meeting.”Cup!Arion mencuri satu kecupan di sudut bibir Emily.Namun tatapan tajam terlihat oleh wanitanya itu.Emily melangkah menuju meja dan mengambil tissue, lalu kembali mendekati Arion lagi, “Setidaknya bersihkan dulu bekas lipstick pacar Anda!” tukasnya sinis sema
Akhirnya ketiga pria tampan itu masuk ke dalam kendaraannya. Reynard mengambil posisi mengemudi sedangkan Felix di kursi penumpang bagian depan, Arion di belakang.“Bagaimana dengan kalian?” tanya Felix sembari mengeluarkan ipad dari dalam tas kecilnya.Reynard melirik ke arah Arion, “Aku tidak bisa membaca ekspresi wajah mereka.”“Aku juga, semua terlihat normal, terlalu normal.” Setuju Arion menggapi perkataan Reynard.“Kau sendiri bagaimana? Kamera aman?” tanya Arion kepada Felix.Felix tersenyum dan tangannya bergerak dengan lincah di atas layar Ipad yang ada di tangannya.“Lihat ini,” seru Felix menyodorkan ipadnya kepada Arion.“That’s crazy. Bro!” seru Arion puas.Reynard yang sibuk mengemudi tidak dapat melihat apa yang ada di layar ipad. Sampai Felix berkata jika ia telah menaruh 30 titik kamera di setiap sudut bangunan proyek Triple R.“Hahahah!!! Saatnya beraksi!” tawa Reynard puas.“Lalu kamu bagaimana, Yon?” tanya Reynard kepada Arion tanpa mengalihkan pandangannya.“Baga