Share

Siksaan

"Kenapa kau hanya berdiri di situ? Kemarilah, Ayana!"

Padahal nada suara Dindar terkesan nada biasa, namun Ayana begitu ketakutan.

"Itu…t-ta-tadi teleponku lowbat!" Ayana tergugu saat berusaha berbohong.

Sebab jika tidak tentu ia dalam bahaya.

"Oh, ya. Tapi…panggilanku masuk!"

Ayana menelan ludah. Ia tahu Dindar tak mudah dibohongi. "T-ta-tadi…aku…aku masih mampir sebentar ke rumah Lina."

"Lina, Anggun, Farah dan…siapa lagi? Temanmu di kelas kuliahmu? Emh…." Dindar tampak berpikir dan mengingat-ingat. "Oh, ya. Satu lagi, aku baru ingat," lanjut Dindar.

Ayana sudah gemetaran dan keringat dingin semakin membanjiri pelipisnya. Rupanya ia kalah akal sama Dindar.

"Mita!" Dindar segera berdiri menghadap Ayana, sontak membuat wanita yang semakin gemetaran itu sedikit mundur sebab kaget.

"Aku sudah menghubungi semua teman-temanmu. Baik yang kenal, dekat, bahkan diluar itu." Perlahan namun menakutkan, Dindar melangkah ke arah Ayana.

Tentu hal itu membuat Ayana semakin ketakutan. Hingga semak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status