Bab 29Mobil berhenti di perbatasan kota. Cinta sudah menghubungi ayahnya tiga puluh menit yang lalu. Mungkin saat ini ayahnya sudah dijalan. "Apa sebaiknya kamu menunggu disini saja menjelang ayahmu datang?" ujar Daniel terlihat murung."Aku tidak ingin ayahku melihatmu, dan berpikiran yang buruk," sahut Cinta."Tapi, Sayang, Aku mengkhawatirkanmu," sahut Daniel menatap wajah Cinta."Aku sudah terbiasa berada di daerah ini. Pemilik warung itu mengenalku, Aku sering menunggu jemputan di sini. Jangan khawatir," ujar Cinta menarik handle pintu mobil dan akan turun. Tapi, Daniel menarik tubuhnya dan memeluknya dengan erat."I love u," ujar Daniel mencium pipi Cinta."Aku menantimu kembali,"ucap Daniel mempererat pelukannya."Aku hanya pergi selama seminggu. Setelah itu aku akan kembali berada di sampingmu,"sahut Cinta mengusap tangan yang melingkar di Perutnya.Daniel memutar tubuh Cinta. Dan mengecup bibir Cinta dengan penuh cinta."Aku pamit," ujar Cinta melepaskan ciuman dan turun da
Bab 30Tentang rasa"Iya, Nak," jawab Cinta membelai rambut Carisa."Kalau gitu, Carisa boleh dong, nginap di tempat Mama kalau libur sekolah?"pertanyaan Carisa membuat Cinta bingung untuk menjawab."Tentu, Sayang," jawab Cinta."Horee ... makasih ya, Ma," ucap Carisa dengan bahagia."Iya, Sayang," sahut Cinta memeluk Carisa dengan erat.Cinta lalu membacakan dogeng sebelum tidur sampai Carisa tertidur.***Pagi yang cerah. Cinta sibuk berkutat di dapur. Ia memasak bubur ayam permintaan Carisa. Setelah buburnya masak, Ia membawa bubur kekamar Carisa dan menyuapinya."Sayang, makan yang banyak, ya. Supaya cepat sembuh," ujar Cinta membelai rambut Carisa."Iya, Ma. Makasih ya, Ma. Buburnya enak banget," ucap Carisa manja."Nanti siang, mama mau kerumah kepala sekolah, mama mau mengantarkan surat pengunduran diri dari sekolah. Carisa tinggal sama nenek dulu, ya," bujuk Cinta pada Carisa.Setelah selesai menyuapi Putri semata wayangnya itu, Cinta membawa mangkok bubur ke dapur dan mendap
Bab 31Cinta pulang ke rumah, setelah menyalami semua majelis guru dan anak-anak didiknya. Air mata Cinta pun tak dapat dibendung. Ia menangis sepanjang perjalanan pulang ke rumah.***Setelah menyuapi Carisa makan, dan memberinya obat. Cinta kembali ke kamarnya. Ia berniat tidur karena lelah menangis bersama anak didiknya tadi di sekolah tempat Ia mengajar .Tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Cinta menatap layar, panggilan video dari Daniel. Cinta menerima panggilan tersebut."Assalamualaikum," sapa Cinta."Waalaikumsalam, istriku Sayang," sahut Daniel."Ada apa?" tanya Cinta singkat."Aku rindu, Sayang," ujar Daniel di seberang telepon."Gila!" sahut Cinta cuek."Sungguh, aku rindu memeluk dan menciummu," ujar Daniel dengan wajah sendu."Peluk aja, tuh guling," ujar Cinta menunjuk guling dengan bibirnya."Muuaachh," Daniel mencium Cinta di balik layar ponsel.Cinta hanya tersenyum"Sayang. kapan kamu pulang?" tanya lelaki bermata sipit itu dengan wajah memelas."Hari Minggu, kan ak
Bab 32Melepas rinduMinggu sore, Cinta diantar oleh Carisa dan ayahnya ke perbatasan kota. Andi sudah menunggu dengan senyuman khasnya."Jadi, mama selalu naik mobil itu setiap hari?" tanya Carisa menatap ke arah Cinta."Iya, Sayang, itu mobil perusahaan," jawab Cinta tersenyum."Itu kan, mobil mahal, Ma. Wahhh mama keren. Besok-besok, Carisa mau dong, Ma diajak naik mobil itu," ujar Carisa menunjuk ke arah mobil tersebut."Iya, Sayang. Tentu saja boleh," sahut Cinta membuat Carisa bersorak bahagia.Cinta lalu berpamitan dan mobil bergerak meninggalkan Carisa dan ayahnya. Cinta melambaikan tangannya. Ada perasaan sedih meninggalkan putri semata wayangnya selama 4 hari.Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti disebuah mini market."Ada apa, Andi?" tanya Cinta heran.Belum sempat Andi menjawab, Daniel masuk ke dalam mobil dan duduk disamping Cinta."Daniel?" ujar Cinta terkejut.Daniel tidak menjawab dan langsung menekan tombol tirai pembatas sopir, sehingga pembatas kemudi
Bab 33"Ya ampun, Sayangg … aku benar-benar lupa," sahut Daniel menepuk jidatnya."Lagian, kamu kok gak pernah sholat?" Tanya Cinta menyelidik Daniel."Itu ... A-aku ..." Daniel menundukkan kepalanya."Kenapa?" Desak Cinta."Aku belum bisa menghafal bacaan-bacaan dalam sholat," sahut Daniel masih menundukkan kepalanya."Bukannya ketika mualaf, kamu sudah melaksanakan sholat?" Tanya Cinta mengernyitkan keningnya."Iya, itu sholatnya berjamaah. Aku ikuti bacaan imam," jawab Daniel menggaruk kepalanya."Kamu bilang, sebelum mualaf kamu udah mempelajari Islam, kan?" Tanya Cinta kembali menatap Daniel."Iya, tapi baru sebatas yang wajib, yang dilarang, dan yang merusak iman," jawab Daniel dengan ragu."Lalu, sholat itu tidak wajib?" Tanya Cinta kembali menatap dengan sorot mata tajam."Mmm, wajib. Malah rukun islam setelah mualaf, adalah sholat," sahut Daniel"Lalu, kenapa kamu gak sholat?" Desak Cinta."Kan, sudah aku katakan, aku belum hafal bacaannya," sahut Daniel."Iya, kalau begitu,
Bab 35Cinta gelisah, karena hampir jam tujuh malam. Tapi, suaminya belum juga menunjukkan batang hidungnya.Cinta mondar mandir di depan kamar nya sambil meremas ponsel. Ia berfikir untuk menghubungi suaminya, tapi, Cinta takut Daniel akan menganggap kalau Ia mencintainya.Akhirnya Cinta kembali masuk ke ruang kerja dan mempelajari pekerjaannya.Satu jam berlalu, namun, Daniel belum juga kembali."Kayaknya aku harus mengesampingkan gengsiku. Aku harus nelpon Daniel," gumam Cinta didalam hati dan mulai menelpon lelaki yang telah jadi suaminya itu.Namun, jawaban di seberang sana membuat Cinta terlihat kalut."Kok ponselnya gak aktiv, sih?" gerutu Cinta.Berkali-kali Cinta menelpon Daniel, namun jawaban tetap sama. Hanya Veronika yang berbicara."Kamu kemana, sih?" ujar Cinta terlihat cemas.Cinta berfikir untuk menyusul suaminya kerumah ustadz. Namun, tiba-tiba pintu Apartemen terbuka. Daniel muncul dibalik pintu.Melihat suaminya datang. Cinta yang sedang kalut berhambur ke pelukan D
Bab 36Kecupan pembiasaanCinta membelalakkan matanya mendengar perkataan Daniel."Oo ... jadi kamu mau tidur ditempat nyaman?" tanya Cinta tersenyum."Iya, Sayang, aku tidur disini, ya?" jawab Daniel mengedipkan matanya."Baiklah, tidurlah di tempat yang menurutmu nyaman. Aku akan tidur di luar," ujar Cinta mendorong Daniel ke tempat tidur dan berjalan ke luar kamar."Sayang, sayang ... Oke, aku akan tidur diluar," ujar Daniel menghadang langkah istrinya itu."bukankah kamu bilang tidak nyaman?"sahut Cinta."Iya, tapi aku tidak ingin istriku tidur dengan tidak nyaman," ujar Daniel memegang tangan istrinya.Daniel lalu mencium kening Cinta, mengecup kedua kelopak mata, dan ujung hidungnya. Lalu wajahnya semakin turun dan mengecup bibir Cinta. Daniel memeluk erat tubuh istrinya itu,memperdalam ciuman, dan berbisik."I love u"Daniel mengurai pelukannya dan mengusap wajah Cinta. "Mulai sekarang, ini adalah ritual kita sebelum tidur, kamu harus terbiasa," ujar Daniel tersenyum meninggalk
Bab 37"Lalu, apa masalahnya kalau kamu biasa bangun Pagi seperti itu?" tanya Daniel mengerutkan keningnya"A- aku ..." Cinta tidak tau harus berkata apa"Apa karena aku tidak membangunkanmu dengan ritual wajib ku?" tanya Daniel menatap Cinta dengan senyuman"Gila! ya nggak, lah!" jawab Cinta memalingkan wajahnya yang memerah karena Daniel bisa menebak pikirannya."Aku minta maaf. Aku tidak tau kamu akan tetap bangun sebelum adzan subuh. Aku pikir, kamu akan bermalas-malasan karena tidak sholat subuh. Jadi, aku berniat untuk melakukan ritual wajibku setelah aku sholat subuh. Tapii ... ya ... kamu udah bangun duluan," ujar Daniel mengusap lembut wajah Cinta."Siapa juga yang ngambek karena bangun tanpa ritual?" tanya Cinta mencoba bangun, namun Daniel menahan pergerakannya."Maaf ... maaf membuat moodmu pagi ini rusak," ujar Daniel menatap Cinta.Seperdetik berikutnya Daniel mengecup bibir Cinta. Menyesapnya dengan penuh kasih sayang. Cinta memejamkan matanya, setitik air mata jatuh di