Bab 60Gairah Daniel vs pertahanan CintaDaniel meninggalkan Cinta ke luar kamar, khawatir akan tergoda melihat Cinta yang tertidur pulas.Namun, pikiran kotor kembali merasukinya."Hey, Daniel, sudah saatnya kamu memiliki istrimu, dia halal untukmu, sudah saatnya kamu menaklukkannya" pikiran itu terus berkelana membuat Daniel kembali membuka pintu kamar dan mendekati Cinta yang tergeletak dan tertidur pulas di atas ranjang.Tatapan mata Daniel kembali tertuju pada kancing baju bagian atas yang tadi dia buka. Ia naik ke atas ranjang, menelusuri wajah Cinta yang memang sangat cantik.Daniel mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Cinta dengan lembut. Menyesapnya dengan perlahan, dan satu tangannya mulai membuka kancing bagian kedua kemeja Cinta. Daniel menurunkan kecupannya ke arah leher jenjang Cinta."Mmmhhh ...." Desahan kecil keluar dari bibir Cinta.Daniel kembali mengecup bibir Cinta dengan rakus. Cinta membuka matanya, dan mendapati Daniel mengecup bibirnya. Cinta tersentak kaget k
Bab 61"A_aku …." Cinta menatap Daniel dengan tatapan sendu. CupDaniel mengecup bibir Cinta, memberikan kenyamanan padanya."Ssssttt … jangan katakan apapun. Cukup peluk aku, dan biarkan aku membuatmu nyaman." Daniel menarik Cinta ke dalam pelukannya. Mendekap erat istrinya sampai suara Isak tangis mereda."Aku bisa melihat dan merasakan cintamu, Sayang … tapi aku tidak tau, mengapa kamu tidak bisa mengungkapkannya." guman Daniel di dalam hati.***Cinta masih membenamkan dirinya di dalam pelukan Daniel. Perasaan nyaman membuat Cinta tidak ingin melepaskan pelukan tersebut. Daniel mengurai pelukannya, menatap Cinta dengan penuh kasih sayang."Maaf, karena aku selalu memintamu untuk mengatakan cinta padaku. Maaf, jika itu membuatmu terluka," ucap Daniel seraya mengusap sisa air mata Cinta. Daniel merasa bersalah karena tadi telah mendesak Cinta untuk mengucapkan kata cinta. Ia tidak menyangka, hal itu membuat istrinya itu merasa tertekan dan menderita."A_aku …" Cinta masih berucap
Bab 62Ciuman untuk DanielDaniel merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Seseorang menyandarkan kepalanya di punggung Daniel, memeluk tubuhnya dengan erat. Daniel membalikkan badannya, dan tersenyum menatap Cinta yang memeluk pinggangnya dengan erat."Ada apa, Sayang?" Daniel membelai rambut Cinta dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mematikan kompor.Cinta hanya menggelengkan kepalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Daniel menangkup wajah Cinta dengan kedua tangannya. Lalu mengecup kening dan ujung hidung Cinta dengan lembut sehingga Cinta memejamkan matanya, menikmati debar jantungnya yang mulai tak karuan."A_aku merindukanmu," ucap Cinta menatap manik mata Daniel. Menyelami sorot mata yang tajam namun sangat meneduhkan."Aku juga merindumu, Sayang … sangat rindu …" Daniel meraup bibir Cinta dengan bibirnya. Menyesap dengan sangat hati-hati. Cinta kembali memeluk Daniel dengan erat."Bisakah aku berada di sini lama-lama?" ucap Cinta membenamkan kepalanya di d
Bab 63Pagi itu Cinta dan Daniel kembali ke perusahaan cabang. Daniel meminta Andi memarkirkan mobil di deretan toko perhiasan ternama."Kita ngapain kesini?" tanya Cinta merasa heran ketika Daniel mengajaknya turun menuju sebuah toko perhiasan."Membeli sesuatu untuk my princes!" Ujar Daniel menggenggam erat tangan Cinta."Princes?" Cinta menahan tangan Daniel dengan cemberut."Princes siapa?" Cinta mengulang pertanyaannya seraya menatap tajam ke arah Daniel dan menghentikan langkahnya."Tentu saja Princesku." jawab Daniel melanjutkan langkah kakinya .Cinta akhirnya mengikuti langkah kaki suaminya itu memasuki toko perhiasan yang teramat sangat mewah tersebut.Daniel terlihat serius memandangi deretan set perhiasan anak perempuan. Lalu pandangannya tertuju pada set perhiasan dengan bandul boneka beruang bernama choco. Daniel tersenyum melihat aksesoris dengan karakter Boneka yang pemiliknya bernama Rubby tersebut."Saya mau yang itu, Kak!" Daniel menunjuk perhiasan tersebut.Karyawa
Bab 64Carisa kecelakaanTanpa berpikir panjang, Cinta meminta Andi untuk membawa Carisa ke dalam mobil. Mereka lalu melarikan Carisa ke Rumah Sakit.Cinta merasakan dadanya sesak melihat kondisi Carisa. Carisa masih tidak sadarkan diri."Selamatkan anakku Ya Allah ....""Tenang, Bu! Semoga putri ibu tidak apa-apa." Ujar Bidan sambil memegang infus yang tersambung ke tangan Carisa."Andi, cepat!" Seru Cinta dengan suara parau. Perasaan Cinta teramat sangat tidak karuan, Ia takut terjadi sesuatu yang sangat buruk pada putri semata wayangnya itu, sehingga air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk matanya.Cinta terus memeluk Carisa dengan erat dengan sesekali menyeka keringat dingin yang mulai keluar dari tubuh bocah kecil itu.Melihat keadaan cinta yang teramat sangat cemas, Andi melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga perjalanan yang seharusnya ditempuh selama satu jam mampu ditempuh hanya dalam tiga puluh menit. Andi juga memasang suara sirine ambulance dari mobil, a
Bab 65BraakkkDaniel memukul meja dengan keras, emosi tidak bisa ditahannya mendengar perkataan Pak Karta."Maaf Pak Karta, anda salah jika meminta saya memecat cinta, karena saya mengenal cinta dengan baik. Dia bukan orang seperti yang Bapak tuduhkan. Dia memang miskin, tapi dia tidak miskin akhlak. Dia juga seorang pekerja keras, bukan seorang pencuri. Dia memang bukan pejabat, tapi setidaknya dia tidak menggunakan kekuasaannya untuk menindas orang yang lemah." Daniel berdiri dan merapikan jasnya."Iqbal!" Daniel memanggil Iqbal yang berada di luar ruangan. Iqbal datang dengan tergopoh-gopoh."Saya, Pak Nai," sahut Iqbal dengan hormat."Siapkan sepeda motor, saya akan berangkat ke rumah sakit. pak Karta, silakan tinggalkan ruangan saya,karena saya ada urusan yang jauh lebih penting daripada membicarakan hal yang tidak jelas seperti ini!" ujar Daniel melenggang pergi meninggalkan Pak Karta di dalam ruangannya.Pak Karta mengepalkan tangannya, sorot matanya mengandung kebencian kepa
Cinta disudutkan Seorang perawat menghampiri mereka berempat. "Bapak, Ibu, tolong tenang! Jangan membuat keributan di sini!" ujar perawat tersebut seraya melenggang pergi.Mereka berempat pun duduk di kursi tunggu. Cinta menjauhi Daniel dan berusaha untuk terus meminta maaf kepada kedua sosok yang baru saja datang itu, membuat Daniel semakin heran siapa mereka sebenarnya?Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Cinta melihat Carisa dari kaca pintu, perasaan Cinta benar-benar tidak tenang. Ia tidak bisa duduk diam menunggu di luar ruangan, namun, jika masuk ke dalam pun, Cinta takut akan mengacaukan Dokter dan tenaga medis lainnya."Dengar ya, Cinta, aku benar-benar akan membawa Carisa pergi, jika terbukti kamu telah lalai dalam merawatnya." Aditya berdiri dihadapan Cinta menatap dengan tajam."Mas, aku mohon ... jangan lakukan itu. Aku akan lakukan apa saja asal jangan pisahkan aku dan Carisa." Cinta kembali meraih tangan Aditya untuk memohon."Dari awal sudah kukatakan, sebaiknya Car
Cinta dan Aditya mendekati Carisa secara bersamaan, menggenggam erat tangan putri mereka dan membelai rambut putrinya dengan penuh kasih sayang."Apa Carisa nggak mimpi melihat Papa dan Mama bersama?" tanya Carisa menatap Cinta dan Aditya bergantian.Cinta dan Aditya hanya tersenyum. "Jangan pikirkan itu dulu, Sayang, istirahat lah, supaya kamu cepat sembuh." ujar Aditya mengecup kening Carisa.Carisa hanya tersenyum dan menggenggam erat tangan papa dan mamanya dengan erat."Carisa ingin Papa dan Mama bersatu lagi!" ujar Carisa dengan wajah memohon."Sayang, nanti saja kita bahas itu, ya!" ujar cinta melepas genggaman tangan Aditya.Carisa hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya."Sebaiknya kamu pulang saja, Mas,biar aku sendiri yang menjaga Carisa." ujar cinta menoleh ke arah mantan suaminya itu."Tidak! kamu saja yang pulang, biar aku yang akan menjaga Carisa," ujar Aditya tanpa menoleh ke arah Cinta.Mereka saling berdebat memperebutkan siapa yang berhak menjaga Carisa, sehi