Share

Bab 23. Masih di Masa Lalu

Ternyata hanya seekor kucing hitam yang masuk menaiki jendela rumah.

Wak Hasan kembali menghela nafas dalam. Ia segera berdiri dan membimbing tubuh kurus itu ke dalam rumahnya. “Tak usah malu. Allah mencukupkan rezeki Uwak melebihi yang bisa kami makan. Ayo, sebentar lagi Mahgrib. Isilah perutmu lalu mandi dan pergilah ke Masjid. Sebentar lagi kau khatam Qur’an. Sayang jika tak kau teruskan,” bujuk Wak Hasan sambil mengantarkan Ali ke meja makan.

Membuka tudung makanan dan menyuruh Ali duduk. Tak lama, Poppy, anak perempuan satu-satunya lewat dan seketika berseru melihat Ali. “Ayah, Ali tadi bolos sekolah. Dia bawa krecekan, ngamen di lampu merah. Padahal dia ada ulangan di sekolah, kata Kak Bastian.”

Wajah Ali merah padam mendengar aduan Poppy kepada ayahnya. Wak Hasan tersenyum lalu membelai rambut anaknya dengan sayang. “Ya. Biar Kak Ari dan Kak Bastian yang mengajari Ali nanti. Sekarang, biarkan ia makan dulu,” ucapnya sambil menunduk mengecup ubun-ubun Poppy.

Anak perempuan ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status