Reni membuka matanya setelah seluruh make upnya selesai. Tepat ketika adzan maghrib berkumandang, riasannya sudah selesai.
"Cantik banget niih!" seru Ryo yang masuk ke kamar Reni. Ia melihat adiknya berbeda dari biasanya yang selalu mengenakan kaus dan celana jeans belel.
"Ih, Kakak jangan usil ya!" peringat Reni. Ia sendiri pangling melihat pantulan wajahnya di cermin. Benar-benar berbeda dari dirinya yang biasanya.
"Nah, ini karena kamu nggak mau dibikin aneh-aneh rambutnya, jadi cuma aku cepol dikit aja. Yang penting nggak pakai konde besar, kan?" bisik Saras sembari mengkeriting anak rambut Reni.
Reni benar-benar puas dengan hasilnya. Sama persis seperti apa yang dia bayangkan, tidak menor dan tidak mentereng.
"Ya udah aku ganti baju dulu, ya!" seru Reni sekaligus menginterupsi semua orang yang ada di dalam kamarnya untuk keluar.
Ketika semu
Mata Arjuna tidak sedikitpun berpaling dari Reni. Ia melihat Reni sejak gadis itu turun dari lantai dua digandeng pacar Ryo dan juga Mamanya. Reni begitu cantik. Ralat, benar-benar cantik malam ini. Dengan balutan gaun dengan sedikit motif batik, flat shoes berwarna abu-abu dan juga riasan yang pas di wajahnya. Tidak lupa cepolan rambutnya yang menjadi ciri khas seorang Reni. Padahal hanya seminggu keduanya tidak bertemu, tetapi perubahan Reni yang Arjuna lihat, seakan-akan mereka telah berpisah bertahun-tahun. "Cantik ya, adek gue!" bisik Ryo yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelah Arjuna. Arjuna mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Reni. Dia seperti tidak mau kecolongan secuil saja momen ketika Reni melangkah menghampirinya. "Hai!" sapa Arjuna setelah Reni berada di depannya. Bukannya membalas, perempuan itu malah meninju pelan dadanya dengan menampilkan wajah
Para tamu undangan dipersilakan menikmati hidangan yang telah disediakan. Ada aneka macam jajanan tersedia di meja. Selain itu, juga ada banyak makanan utama di meja dekat kolam. Kerabat dekat Lesmana bergantian mengucapkan selamat atas terselenggaranya pertunangan Reni pada pasangan Lesmana dan Santi. Arjuna yang melihat Sandra ada di sini segera mengikuti perempuan itu yang berjalan ke belakang. Ia setengah berlari agar mampu mensejajari langkah Sandra. "Sandra, tunggu!" Arjuna menggamit tangan perempuan itu. Sandra berhenti dan berbalik menatap Arjuna. "Kamu ngapain ada di sini?" tanya Arjuna penuh tanda tanya. Ia benar-benar bingung dengan situasi saat ini. Bagaimana bisa perempuan dari masa lalunya itu berada di pertunangan Arjuna? "Ya aku memang harus di sini, Juna," panggilan itu membuat Arjuna sempat tercekat. Ia tidak menyangka nada sapaan Sandra tidak pernah berubah untuknya.
Reni segera berjalan dengan cepat ke kamarnya. Beberapa tamu masih asyik bercengkerama sementara yang lain ada yang sudah pulang karena acara inti memang sudah selesai. Sesampainya di kamar, Reni mengunci pintu kamarnya. Ia segera mencari pembersih make up. Ia hapus semua make upnya walaupun cukup sulit karena tebal. Akhirnya setelah berkutat dengan kapas dan micellar, Reni memutuskan untuk mencuci muka agar semua make upnya benar-benar hilang. Tak lupa Reni segera mengganti gaunnya dengan pakaian tidur. Ketika Reni akan bersiap pergi tidur, atau melarikan diri lebih tepatnya, pintu kamarnya diketuk. Reni diam. Ia tidak beranjak untuk membukakan pintu karena itu pasti Arjuna. "Dek, elo kenapa?" suara Ryo yang terdengar membuat Reni perlahan turun dark kasurnya dan membukakan pintu. "Acara belum selesai kok udah masuk kamar aja? Mana udah pake piyama lagi?" Ryo meneliti pakaian adiknya yang sudah berganti. &
Ayam baru saja berkokok ketika Reni membuka mata. Hari masih gelap, terbukti dengan tidak adanya cahaya masuk ke dalam kamar kecuali lampu tidurnya. Semalaman Reni tidak bisa tidur dengan nyenyak. Arjuna terus-menerus mencoba menghubunginya tapi ditolak oleh Reni. Bahkan, perempuan itu sampai mematikan ponselnya agar Arjuna berhenti menghubunginya untuk sementara waktu. Kenyataan tadi malam benar-benar membuat Reni syok. Bagaimana bisa tunangannya adalah mantan kekasih sepupunya. Reni tersenyum getir. Benar-benar seperti drama murahan yang biasanya ada di TV. Ia tidak mengira jika keadaannya seperti ini. Mungkin jika mengetahui hal ini lebih awal, hidupnya tidak akan sedrama ini. "Gue joging aja kali ya!" gumam Reni seraya bangun dari posisi tidurnya. Reni segera melangkah ke kamar mandi. Ia melakukan ritual pagi: gosok gigi dan cuci muka. Setelah selesai, ia menghampiri lemari pakaian untuk mencari pakaian olahraganya.
Reni bergegas masuk ke dalam rumah ketika terdengar langkah Arjuna yang berlari mengejarnya. Reni bahkan sampai mengacuhkan sapaan tukang kebunnya yang tak pernah absen ia sahuti. Reni hendak berlari naik ke tangga ketika Papanya memanggil. "Loh, Ren! Mau kemana? Nak Juna dari tadi nyariin kamu itu loh!" seru Papanya dari ruang tamu. Kebiasaan pagi Papanya membaca berita di koran sembari menikmati teh hangat. "Engg, Reni mau mandi dulu, Pa. Soalnya tadi habis joging!" jawab Reni seraya melanjutkan langkahnya, berusaha menghindari pertanyaan interogasi lainnya. "Tumben-tumbenan anak itu joging? Biasanya lebih memilih menarik selimut sampai siang!" gumam Lesmana seraya menyeruput teh hangatnya. Arjuna tidak masuk. Ia memilih untuk mengobrol dengan tukang kebun yang tadi dicueki oleh Reni. Arjuna menanyakan banyak hal tentang Reni, mulai dari kebiasaannya sampai phobia apa yang diderita Re
Arjuna mengemudi mobilnya dengan lambat. Ia kembali merefleksi kejadian semalam. Bagaimana ia melihat senyuman Reni saat keduanya bertukar cincin dan tiba-tiba berbalik menjadi raut wajah dingin ketika mendengarkan penjelasan Sandra. "Sebenernya memang Reni harus tau. Tapi, waktunya nggak tepat banget!" gumam Arjuna seraya memukul setir mobilnya. Ia kesal bukan main pada Sandra yang seenaknya saja menceritakan semuanya tanpa melihat keadaan terlebih dahulu. Harusnya Sandra lebih paham bagaimana emosi seorang perempuan, sehingga ia bisa berhati-hati dalam berbicara. Tiba-tiba saja ponsel Arjuna berbunyi. Tanpa melihat siapa yang meneleponnya di hari Minggu pagi ini, Arjuna menyambungkan headset bluetoothnya dan segera menjawab telepon. "Haloo!" seru Arjuna lebih dulu dengan tetap fokus pada jalanan. "Morning, Juna!" suara centil itu membuat emosi Arjuna tiba-tiba naik. &nbs
Reni benar-benar bosan karena seharian tidak beraktivitas apapun. Ia hanya menggambar beberapa sketsa dan kemudian bosan. Ryo hari ini kencan dengan Tania, jadilah Reni di rumah sendirian tidak ada teman berbicara. "Kenapa gue nggak ngajakin Nadya nginep di sini aja, ya?" tiba-tiba otak Reni mencetuskan sebuah ide. Ia segera meraih ponselnya dan mengirim pesan agar Nadya berangkat ke rumahnya. Nadya hanya membalas dengan emoji jempol tanpa ada keterangan apapun. "Ini Nadya gimana sih, kok cuma pake emoticon doang! Diih!" Reni kesal bukan main hingga melemparkan ponselnya ke atas kasur. Ia melanjutkan kegiatan menggambarnya untuk menghilangkan kebosanan. Sepuluh menit berlalu tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dengan heboh. "Duh siapa sih nih? Ganggu orang aja!" Reni beranjak dari meja belajarnya untuk membukakan pintu. "Heelooow, yang baru tunangan!" suara heboh Nadya
Mobil CRV berwarna hitam itu baru saja terparkir ketika disusul oleh mobil sedan berwarna putih. Arjuna yang turun lebih dulu heran melihat Mamanya baru pulang. Tidak biasanya Mamanya akan pulang malam ketika ada acara di luar. Jam malam Mamanya adalah pukul tujuh. "Mama dari mana? Kok jam segini baru pulang?" tanya Arjuna seraya menggandeng Andini masuk ke dalam rumah. Kelihatan sekali wajah Andini lelah setelah aktivitasnya seharian. "Mama habis arisan, Jun. Ini kan hari Minggu!" Kening Arjuna berkerut. Sejak kapan arisan sampai malam begini? "Biasanya Mama kalau arisan nggak sampai malem, Ma. Palingan jam lima udah pulang. Tumben?" Keduanya duduk di ruang tengah. Arjuna memijit ringan lengan sang Mama yang terlihat letih. "Iya, tadi dimulainya siang jam dua-an gitu. Terus mereka tau kalau kemarin kamu tunangan. Ya, mereka tanya-tanya seputar