Setelah dua hari yang lalu Reni mendaftar untuk magang, hari ini ia dan Rendi akan ke galeri Aldo untuk mengantarkan proposal magang keduanya. Rendi menawarkan diri untuk menjemput Reni. Naik motor biar cepat, katanya.
Reni sedang menikmati sandwich sebagai sarapannya kali ini ketika Si Mbok memanggilnya dengan tergopoh-gopoh.
"Di depan ada temennya Non Reni. Katanya mau ke galeri gitu, Non!" seru Si Mbok dengan sedikit ngos-ngosan ketika sampai di sebelah Reni.
Reni mengangguk. "Iya, Mbok. Udah disuruh masuk?"
"Masnya nggak mau! Katanya mau di depan aja sambil ngeliatin Mang Ujang motong rumput!"
Reni tertawa. Ia segera meneguk susu coklatnya dan bergegas keluar. Ia melihat Rendi sedang berjongkok di pinggir taman sembari mengajak Mang Ujang bercakap-cakap.
"Seru banget nih!" celetuk Reni menginterupsi percakapan Rendi dengan Mang Ujang.
Setelah cukup puas mengelilingi galeri, Reni dan Rendi memilih untuk duduk di teras belakang galeri. Suasana yang sedikit hangat karena matahari mulai meninggi membuat Reni melepas jaketnya. Ia paling tidak tahan gerah. "Panas, Ren?" tanya Rendi yang dijawab anggukan oleh Reni. Rendi segera mengeluarkan sebotol air minum dari dalam tasnya. "Nih!" Reni menoleh dan menerima botol minuman itu dengan sedikit heran. "Beli dimana?" Rendi mengeluarkan beberapa snack dari tasnya. Reni rasa, di dalam sana sudah seperti kantung Doraemon. Bedanya ini hanya mengeluarkan snack saja. "Tadi sebelum berangkat. Karena kupikir, kita pasti bakalan lama di sini. Eh, ternyata bener. Ya udah, berguna berarti aku bawa cemilan sama minum. Biar nggak bosen juga kan nungguinnya?" Reni mengangguk pasrah kemudian menenggak air mineral dari dalam botol tersebut. Akhir
Garis hitam di bawah mata Arjuna membuat semua orang tahu, lelaki itu sudah bekerja keras akhir-akhir ini. Kemarin, Arjuna sampai tidak pulang dari kantor karena harus merampungkan bahan presentasi dibantu dengan Fina. Sekretarisnya itu baru pulang menjelang pukul sebelas malam. Awalnya ia ingin membantu Arjuna sampai selesai. Namun, Arjuna melarangnya. Akhirnya, Arjuna menyelesaikan semuanya sendiri sampai menjelang pagi. Ia baru tidur sekitar pukul empat pagi tadi. Ia bangun pukul tujuh karena akan ada meeting pukul delapan. Selama Arjuna mempersiapkan diri, Fina dibantu dengan Rinda menyiapkan kebutuhan untuk meeting. Keduanya sudah datang pukul enam pagi tadi. "Gila ya, padahal Pak Arjuna bisa loh nyuruh kita-kita buat lembur gitu. Eh, ini malah dihandle sendiri semuanya sama dia. Workaholic parah!" celetuk Rinda sembari mengecek berkas-berkas untuk meeting pagi ini. Ia tentu senang-senang saja apabila diminta lembur, karen
Motor Rendi berhenti tepat di sebelah mobil Lesmana. Sepertinya, Papa Reni pulang lebih cepat hari ini. Reni langsung turun dan melengang masuk. Sementara Rendi menghampiri Mang Ujang yang sedang duduk-duduk santai di sebelah taman. "Nih, Mang. Saya bawain kue pancong spesial!" "Loh, beneran dibeliin?" tanya Mang Ujang kaget. "Padahal tadi saya cuma bercanda. Eh, ternyata beneran dibeliin sama Mas Rendi. Uapik tenan toh, Mas!" Mang Ujang menerima bungkusan dari Rendi dan memakannya. Keduanya asyik membicarakan banyak hal hingga melebar kemana-mana. Sementara itu, Reni sudah berganti pakaian. Ia mengenakan t-shirt dan celana pendek selutut. Hari ini cuaca begitu gerah sehingga ia tidak tahan bila berlama-lama mengenakan baju panjang. "Papa kok tumben pulang cepet?" tanya Reni seraya menghampiri Papanya yang sedang asyik menikmati cemilan di ruang tengah sendirian. Ma
Mobil Arjuna masuk ke dalam pekarangan rumah Reni. Hari sudah gelap ketika Arjuna turun dari mobilnya. Tak lupa, ia membawa buah tangan untuk keluarga Reni. "Assalamualaikum!" serunya ketika memasuki rumah yang tidak tertutup itu. "Waalaikumsalam!" jawab Lesmana dan Santi bersamaan. "Loh, Nak Juna! Kok nggak bilang kalau mau ke sini?" Santi segera beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah dan segera menghampiri Arjuna. Arjuna mencium punggung tangan perempuan itu dan juga suaminya. "Iya, Tante. Tadi Arjuna masih ada kerjaan di kantor. Habis itu, kok kangen sama Reni. Ya udah langsung ke sini aja. Hehehe" Arjuna menyerahkan bingkisan yang dibawanya. "Duh, Nak Juna ini selalu repot bawain Tante!" Lesmana menoleh ke atas. "Reni kayaknya nggak tau kalau kamu mau ke sini. Dia dari tadi sore di kamar. Kayaknya masih tidur. Kamu langsung samperin a
Mobil Arjuna melipir di pinggiran kota. Setelah menunggu Reni berdandan sebentar, ia harus meminta izin kepada kedua orang tua Reni untuk mengajak putrinya keluar. Tadi sebelum mereka berangkat, Reni meminta agar Arjuna berhenti sebentar di supermarket. Reni membeli seplastik besar cemilan. Katanya untuk jaga-jaga agar tidak kelaparan. Dan ketika tiba di tempat, mereka malah seperti piknik. Arjuna mengeluarkan kain yang digunakan sebagai alas, sementara Reni menata cemilan mereka. Kini mereka berada di dataran tinggi pinggir kota. Terlihat banyak sekali lampu-lampu di bawah sana. Di hadapan mereka sepertinya adalah perkampungan yang padat. "Sejuk banget di sini!" seru Reni seraya menatap ke langit. Malam ini, langit sedang cerah. Tidak ada satupun awan mendung yang menutupinya. Bulan sabit sedang bersinar terang di atas sana dengan sedikit bintang. "Iya dong. Nggak terlalu ramai juga. M
Hari ini adalah hari pertama Reni magang. Seperti ketentuan yang disebutkan oleh Aulia, para peserta magang cukup mengenakan baju sopan. Tidak boleh mengenakan celana jeans, kaus dan sandal. Maka hari ini, Reni mengenakan blus berwarna krem dengan celana kain berwarna hitam seraya flat shoes yang dibelikan Mamanya kemarin. Sebenarnya Reni bersikeras untuk mengenakan sepatu kets kesayangannya, tetapi malah ia diajak ke butik langganan Mamanya untuk membeli sepatu. "Biar kelihatan cewek dikit kamu tuh, Ren!" omel Mamanya kemarin. Akhirnya mau tidak mau ia memakai flat shoes hitam itu. Reni memilih model yang paling sederhana tanpa ada hiasan aneh-aneh karena ia sangat tidak suka. Reni segera turun dari kamarnya. Ia tergopoh-gopoh menuju meja makan saat panggilan masuk dari Rendi menggetarkan ponselnya. "Aku tungguin di depan, ya!" ujar Rendi kemudian langsung menutup panggilan.Reni langsung meneguk su
Setelah beberapa hari beristirahat, kini tubuh Arjuna segar kembali. Ia benar-benar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk mengisi energinya yang habis karena lembur. Kini, ia bersiap untuk melanjutkan pekerjaannya. "Selamat pagi, Pak!" sapa beberapa karyawannya saat Arjuna memasuki kantor. Arjuna mengangguk seraya membalas ucapan selamat pagi pada karyawannya. Wajah ceria seperti inilah yang Arjuna inginkan menghiasi hari-hari di kantornya. Ia tidak suka jika ada wajah murung karyawannya yang malah akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan. "Loh, Pak Arjuna sudah masuk hari ini?" pertanyaan yang Fina lontarkan pertama kali ketika melihat Arjuna berjalan santai menuju ke mejanya. Arjuna mengangguk. "Istirahatnya sudah cukup, Fin. Sekarang saatnya kembali bekerja. Apa ada masalah selama saya berisitirahat?" Fina menggeleng seraya tersenyum. Untungnya ia bisa menghandle ketika ada
Arjuna menerima tawaran Sandra untuk menjadi kontraktor dalam proyek pembuatan pabrik tepung. Malam itu juga, setelah pulang dari kantor Arjuna membuat janji makan malam dengan teman Sandra. Ditemani oleh Sandra tentu saja. Mereka langsung bertemu di restoran yang sudah ditentukan. Suasana yang lebih sepi membuat pertemuan itu terasa lebih intim. Arjuna selalu memberikan energi positif pada dirinya agar proyek ini berhasil ia menangkan. Sudah lama sekali ia tidak menerima mega proyek seperti ini. Arjuna tiba lebih dulu sebelum Sandra dan rekannya. Ia menyiapkan diri agar pembicaraan ini terkesan mengalir dan santai, tetapi tetap serius. Tak lama kemudian, seorang lelaki dengan setelan jas formal berwarna abu-abu terang dengan tinggi sekitar 185 sentimeter datang bersama Sandra. Lelaki itu berkulit sawo matang dengan mata coklat terang yang sangat menggoda untuk kaum hawa. "Arjuna, ini t