Bagaimana mungkin pelayan tadi tidak gemetar seluruh badan saat dia mendengar ucapan Gian yang bernada ancaman seperti itu? Dia bisa berbalik dan lari meski harus berjuang menahan lutut lemasnya saja sudah merupakan prestasi besar.Gian tersenyum geli. Dia hanya menggertak untuk bercanda saja, tidak hendak benar-benar akan merubuhkan tempat sebesar ini. Lagipula, dia tak punya dendam apapun dengan restoran tersebut.Tak sampai 5 menit, manajer restoran tergopoh-gopoh datang ke hadapan Gian dengan sikap hormat dan menjaga kesopanannya. "Tuan, Tuan mohon bersabar dulu. Kami tidak bermaksud menyinggung Tuan.”Sebenarnya Gian ingin tertawa melihat sikap hormat sekaligus ketakutan si manajer restoran. “Mana pemilik tempat ini?” Dia berusaha tetap menjaga wibawanya sebagai orang terkuat di Indonesia.“Itu … bos besar sedang ada di luar negeri dengan keluarganya, mohon Tuan tidak mempersulit kami orang kecil ini.” Manajer susah-payah mengumpulkan nyalinya meski tak berani berlama-lama menata
Meski terkejut dan membawa banyak pertanyaan di benaknya, apalagi melihat sikap ramah perwira tinggi polisi di depannya, Gian tidak serta-merta mengendurkan waspadanya.“Kalau boleh bertanya, ada urusan apa Bapak sekalian mendatangi aku?” tanya Gian disertai pandangan tajam mengawasi gerak-gerik kedua pria gagah di depannya.“Bagaimana kalau kita berbincang dulu di dalam agar enak dan nyaman?” Komjen Hanung masih menghiasi wajahnya dengan senyum.Meski waspada, tapi Gian tak yakin kedua orang di depannya ini bisa melakukan sembarang tindakan padanya. Maka, dia mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu kamar hotelnya.“Silahkan bicara.” Gian tak ingin banyak berbasa-basi.“Adik Gian sungguh orang yang lugas.” Entah apakah ini pujian atau bukan dari Komjen Hanung. Sembari tersenyum kecil, dia berbicara, “Begini, Adik Gian, tentunya pembicaraan ini sehubungan dengan beberapa negara yang sudah menghubungi Adik.”Gian teringat dengan pihak Amerika, Rusia, China, dan Jerman. Dia b
Gian lekas mempersiapkan dirinya begitu terdengar bunyi pintu kamar hotelnya didobrak dengan tidak sabar.Sudah pasti, pendobraknya tidak ingin menunggu koordinasi dengan pihak hotel terlebih dahulu.Alhasil, belasan orang berseragam pakaian karet dari ujung kepala sampai kaki sambil menenteng peluru karet sudah memenuhi ruang depan kamar hotel Gian.Baru saja Gian menjejakkan kakinya di ruangan itu dari kamar tidur, dia sudah disemprot air sabun oleh beberapa orang. Jelas sekali bahwa mereka ingin melemahkan kekuatan elektrokinesis dia.Tapi, Gian tidak hanya bergantung pada kekuatan eletrokinesis dia saja dan tetap merangsek maju.Namun, betapa kagetnya dia ketika dia mendapati beberapa peluru bius yang biasa digunakan untuk gajah sudah menuju ke arahnya.Dia menghindari semua peluru itu menggunakan kekuatan supernya. Itu karena Gian belum yakin seberapa tangguh tubuhnya melawan peluru bius jenis berat begitu.Di hati Gian, hanya ada satu kalimat pegangannya, bahwa dia tidak boleh t
Anggota pasukan khusus itu tak berdaya ketika senjata mereka diambil paksa dari tangan menggunakan sulur listrik. Ada juga yang langsung melepaskan senjatanya begitu sulur listrik menempel di senjatanya seakan dia ngeri apabila tersetrum.Anggota pasukan yang baru saja datang, hendak menyemprotkan air sabun lagi ke Gian untuk melemahkan remaja itu, namun pistol khusus orang itu sudah dirampas terlebih dahulu oleh Gian.“Kenapa kalian begitu berhasrat padaku? Kenapa kalian malah sibuk ingin menangkapku padahal aku sudah membereskan urusan Gunawan?” Ada kemarahan di sorot mata tajam Gian ketika dia menyingkirkan satu demi satu senjata pasukan khusus.“Lekaslah menyerahkan dirimu, Nak Gian!” Seorang anggota pasukan masih bisa berteriak meski senjatanya baru saja dirampas.“Menyerahkan diri? Enteng sekali lidah kalian menggulirkan kalimat itu!” Makin marah, Gian menangkap tubuh-tubuh pasukan khusus di depannya menggunakan sulur listrik sehingga itu terlihat seperti sebuah jaring menyebar.
Dalam beberapa hari ini, Gian tidak menampakkan diri secara frontal di publik dan dia lebih banyak memesan makanan secara online saja agar tidak terlalu banyak berada di luar.Awalnya, para kurir makanan itu heran karena titik pengantaran berada di sebuah rumah kosong, mengira mereka sedang dikerjai atau ini pemesanan dari makhluk mistis seperti yang banyak viral di antara mereka.Namun, saat Gian keluar dari rumah itu dan membayar dengan benar, barulah para kurir itu percaya mereka tidak bertemu makhluk mistis sejenis hantu atau jin. Mereka juga tidak mengenali Gian yang memakai masker ketika menerima pesanan.Selama satu minggu penuh, Gian mendekam diam di rumah kosong. Kadang beberapa hari sekali dia akan berpindah ke rumah kosong lainnya ketika merasa sudah tidak aman.Saat ini, Gian ingin menyembunyikan diri dulu dan tak ingin berkonfrontasi dengan pihak mana pun.Kemudian, setelah 8 hari berlalu, Gian mendapatkan telepon dari orang Rusia. “Tuan Gian, kami sudah berada di kota An
Seringaian di wajah Gian makin kentara setelah dia membuat keputusan hendak membalas ke pihak mana.Kostum anti air dia pakai di bawah pakaian biasa dia. Seluruh tubuhnya terbungkus dari ujung kepala sampai ujung kaki, namun karena dia ingin keluar dari persembunyian, dia melepas penutup bagian kepalanya.“Ayo, Elang! Kita bersenang-senang dulu!” Gian meraih ransel dan mengemasi barang-barangnya. Dia tidak akan tinggal lagi di rumah kosong itu setelah ini.Kemudian, Gian berjalan santai tanpa menggunakan kendaraan apapun karena motornya pasti sudah diamankan polisi sejak seminggu lalu. Dia malas membeli lagi.Berjalan gontai, Gian menuju ke sebuah tempat. Markas polisi terdekat.Dia masuk ke area halamannya dan menyapa polisi yang dia temui. “Halo, bukankah ini hari yang cerah untuk bermain?”Polisi yang melhat wajah Gian, sontak saja terkesiap. “K—kau! Kau!”“Ya, ya, ini aku.” Gian menyahut sambil memutar bola matanya seakan bosan. Kemudian, dia melilitkan sulur listrik ke tubuh poli
Gian tidak ingin mengambil resiko dari apa yang dia belum paham dengan baik. Mana tahu apabila kostum dari Rusia akan tahan peluru setajam jarum atau tidak, lebih baik dia mengantisipasi saja.Maka dari itu, Gian mengelak cepat dan dia menembakkan sulur listriknya ke sebuah tiang bendera tak jauh dari sana.Pasukan khusus yang tersisa masih mengejar pergerakannya menggunakan peluru bius tajam yang memang sudah dimodifikasi untuk menangani Gian yang memiliki fisik super.Karena hal tersebut, Gian bergerak lagi dengan melompat ke tiang listrik di depan markas kepolisian menggunakan sulur listriknya, benar-benar seperti jagoan di film superhero yang terkenal.Sesampainya dia di tiang listrik, segera saja Gian menghantarkan listrik kuatnya di sana sehingga trafo besar di tiang itu mulai memercikkan api dan kemudian memiliki ledakan-ledakan kecil.“Kalian begitu berhasrat ingin menangkapku, heh? Begitu ingin menundukkan aku?” Gian berteriak dengan nada pongahnya, melompat ke arah atap mark
Kenapa Gian tidak menghubungi adiknya, Cheryl? Karena dia yakin sang adik pasti tidak dberitahu mengenai alamat Melinda yang baru dikarenakan Cheryl sudah ‘dibuang’ ibunya semenjak membela Gian di live show televisi malam itu.Oleh karena itu, lebih mudah melacak dari orang-orang yang sekiranya memiliki keterkaitan dengan Melinda dan kedua kakaknya saja.Untuk hal itu, Gian memilih mendatangi kantor Carlen yang kecil ketimbang kampus Zohan.Saat ini, para karyawan di kantor itu gemetar ketakutan dan mereka mulai berjongkok di lantai sambil bersikap tak berdaya. Ada yang terisak lirih karena saking takutnya disakiti Gian.Mendapati itu, Gian terkekeh dan berkata, “Hei, aku tidak sejahat yang kalian bayangkan! Ayolah, tak perlu ada yang menangis, itu terlalu berlebihan! Aku hanya ingin tahu di mana Carlen saat ini atau alamat barunya. Jangan katakan di Alam Seroja Indah, karena aku sudah ke sana lebih dulu.”Orang-orang itu menatap takut-takut pada Gian.Sehingga, Gian berbicara lagi, “