"Kamu tidak boleh dan tidak akan kemana-mana."
Leo dengan sengaja menghambat langkah Dira yang akan kabur. Bahkan rok kebayanya sudah ia singsingkan hingga lutut demi memudahkan langkahnya untuk kabur.
"Minggir, aku nggak mau nikah!" seru Dira mendorong Leo di hadapannya. Tapi, tenaganya tak sebesar itu yang bisa membuat Leo beranjak dari tempatnya.
"Kamu yakin nggak mau nikah?"
"Ya," jawab Dira langsung. "Kamu jahat, Leo," ujar Dira memukul lengan Leo. "Kenapa memaksaku menikah dengan orang lain? Sementara kamu, yang katanya cinta sama aku, malah memilih wanita lain!"
"Hah?" Leo menunjukkan tampang bingungnya.
"Udahlah, nggak usah berlagak bingung gitu," ujar Dira hendak kembali melanjutkan langkahnya untuk kabur.
Dengan cepat, Leo menarik Dira kembali ke arahnya dan langsung menggendongnya secara paksa.
"Turunin aku!!!" teriak Dira histeris, saat berada dalam gendongan Leo.
"Ya ampun, kenapa kamu jadi salah paham begin
Cahaya mentari mulai menyusup masuk ke ruangan, dimana penghuninya masih berada dibalik selimut tebalnya. Seolah tak terganggu sedikitpun.Hingga sebuah panggilan telfonlah yang membuat salah satu di antara mereka bereaksi."Ck, ya ampun, siapa, sih, di jam segini sudah nelfon. Bener-bener nggak tau sopan santun sama sekali," ujar Dira dengan ekspressi malasnya, dan menyambar ponsel yang ada di nakas."Hallo,"ujarnya menjawab panggilan telfon.Tapi, tak ada jawaban apapun dari sana. Ia menatap ke layar ponsel. "Jelas saja tak ada respon, ternyata nyawanya sudah tamat," ujarnya bicara sendiri."Ya ampun, mata gue masih ngantuk," keluhnya kembali merebahkan badan. Saat ia hendak mengubah posisi tidur menjadi miring, tiba-tiba--''Astaga!" kagetnya sedikit terlonjak saat mendapati seseorang yang tidur di sampingnya dengan bertelanjang dada. Karena selimut hanya menutupi bagian pinggangnya kebawah. Ya siapa lagi sosok itu kalau bu
"Astaga!!!""Kenapa?" tanya Leo melihat ekspressi Dira.Ya, ternyata isi dari amplop itu adalah tiket perjalanan keliling Eropa. Karena Leo tau, cita-cita Dira adalah liburan dengan pasangannya nanti setelah menikah. Ia tak sengaja membaca keinginan Dira itu, saat ia sakit dan menginap di kamar Dira.Padahal Dira sudah berprasangka buruk, tadinya."Aku pikir kamu marah sama aku, dan ini adalah surat ..."Leo menghentikan perkataan Dia dengan meletakkan telunjuknya di bibir Dira. "Jangan di terusin. Aku nggak mungkinlah lakuin itu. Aku hanya becanda kok marahnya.""Aku kira beneran marah." Dira malah langsung memeluk Leo begitu saja."Aku tak seperti itu. Marah karena hal sepele. Jadi, gimana? Suka dengan hadiah dariku?" tanya Leo.Dira melepaskan diri dari pelukan Leo. "Aku suka, bahkan sangat suka. Itu adalah impianku, dulu. Tapi sekarang, itu sudah tak penting lagi. Berdua denganmu di rumah seperti ini saja, sudah ku anggap seb
"Ya, aku lebih dari itu. Apalagi masalah," Leo menunjuk ke arah kepala Dira. "Aku lebih pintar darimu," tambah Leo sambil tersenyum. "Ish, sombong," dengus Dira. Di saat yang bersamaan, ponsel Leo yang ada di atas tempat tidur berdering. Ia segera menyambarnya. "Dari siapa?" "Papa," jawabnya. "Kamu istirahat dulu, aku mau angkat telfon," ujar Leo pada Dira, dan di balas Dira dengan anggukan. "Tapi, beneran kan, perut kamu udah nggak apa-apa?" "Iya, kan barusan juga minum obat," jawab Leo. Leo menelfon dengan papanya di ruang tamu, sementara Dira melanjutkan tidurnya karena ini sudah tengah malam. Setelah 15 menit, Leo kembali ke dalam kamar. Di dapatinya Dira sudah tidur nyenyak sambil memeluk guling. "Enak aja si guling. Harusnya aku yang di peluk seperti itu," dengus Leo. Jangan bilang kalau saat ini ia lagi cemburu dengan bantal guling. Tapi, memang itulah kenyataannya. Leo menyingkirkan banta
Pagi ini, masih seperti kemarin, cuaca sangat tak bersahabat untuk melakukan aktifitas di luar rumah. Tapi, sangat cocok untuk pengantin baru seperti Leo dan Dira. Mereka seolah tak mau beranjak dari balik selimut.Leo terbangun dari tidurnya, karena saat hendak mengubah posisi tidur, ternyata sebelah tangannya berada di balik tengkuk Dira."Ra, tanganku kram," ujar Leo membangunkan Dira yang ada di sampingnya.Dira tak membuka kedua matanya, hanya saja ia seperti tau perkataan Leo dan langsung mengubah posisi tidurnya menjadi memeluk Leo."Belum mau bangun, hmm?" tanya Leo."Bentar lagi, ini masih terlalu pagi. Lagian, kita nggak akan kemana-mana karena di luarpun lagi hujan," terang Dira."Apa itu merupakan kode buatku?"Dira yang tadinya tidur-tiduran berbantalkan dada Leo, langsung mendongakkan kepalanya menatap Leo."Kode apa?"Bukannya menjawab, Leo malah menaik-turunkan alisnya dengan senyuman mesumnya."Is
Mulai hari ini, Leo akan kembali dengan pekerjaannya sebagai dosen. Sementara Dira dengan status barunya sebagai istri dari Leo.Dira menyiapkan pakaian yang akan di kenakan oleh Leo. Ia ingin suaminya itu terlihat rapi, dan ganteng seperti seperti biasanya. Tapi, ada sedikit rasa yang menghantui Dira."Kenapa bengong?" tanya Leo yang sudah keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan kaos putih dan boxer."Nggak," elak Dira."Aku yakin kalau kamu pasti memikirkan sesuatu," ucap Leo tak yakin dengan jawabannya Dira.Leo mengambil kemeja yang sudah di siapkan oleh Dira, dan mengenakannya. Begitupun dengan Dira yang membantu Leo memasang kancing kemejanya."Nanti di kampus, pasti akan banyak mahasiswi baru," ujar Dira."Tentu saja. Ini kan tahun ajaran baru. Dan masalahnya?""Aku yakin, mereka pasti menyukaimu," tambahnya lagi.Leo menahan tangan Dira yang sibuk memasang kancing kemejanya. Ia merangkul pinggang Dira membua
"Astaga, Dira!!!""Omaigat!" Dira kaget saat menyaksikan seseorang yang tergeletak di lantai dengan kondisi yang menyedihkan. "Kamu ngapain tiduran di lantai?" tanya Dia yang membantu Leo untuk berdiri."Dengan tanpa dosanya kamu masih bertanya," dengus Leo dengan kesal.Dira tertawa melihat ekspressi kesal Leo. Tampangnya sangat lucu."Maaf, aku pikir kamu siapa. Habisnya, kamu tiba-tiba menyentuh tubuhku. Ya sudah, cara menyelamatkan diri memang seperti itu," jelas Dira."Ganas sekali."Leo membuka kemejanya, dan meninggalkan kaos berwarna putih yang menutupi tubuhnya."Gimana hari ini di kampus?""Biasa aja. Nggak ada yang istimewa," jawab Leo."Nggak ada cewek cantik atau--""Sayang, aku ke kampus, ya ngajar, bukan buat seleksi gadis mana yang cantik, dan bukan,'' ujar Leo."Bedanya dari tahun kemarin, apa?""Sama saja, bedanya ya kita. Tahun kemarin kita tak punya hubungan apa-apa. Tapi sekarang
"Itu berarti kamu ..."Leo tak melanjutkan ucapannya, tapi malah langsung memeluk Dira."Aku hamil?" Dalam pelukan Leo, Dira masih bertanya dengan ekspressi bingung."Itu semua sudah membuktikan kalau kamu benar-benar hamil," ujar Leo.Dira bisa melihat dengan jelas ekspressi wajah Leo saat itu. Ia bisa memahami perasaan Leo yang sangat ingin mempunyai bayi. Semoga saja apa yang Leo harapkan benar-benar terjadi."Kita ke dokter?""Harus?""Tentu saja. Agar kita bisa membuktikan kebenarannya, bahwa di rahimmu sudah ada calon anak kita," jelas Leo sambil menyentuh perut datar Dira. "Mau, kan?""Iya, aku mau," jawab Dira setuju.Dira dan Leo segera menuju ke sebuah Rumah sakit. Di perjalanan pun, Dira masih mual-mual. Tapi ia berusaha menahannya. Ia tak ingin Leo malah menjadi repot kalau-kalau ia sampai muntah di dalam mobil.Setelah mengisi formulir, Dira dan Leo segera menuju ruang dokter yang akan memeriksa Dira.
"Surprise!!!" teriak Dira heboh. "Jadi?" Kening Leo berkerut dengan reaksi Dira. "Ini kejutan untukmu di Anniversary pernikahan kita yang ke tiga bulan," jelas Dira. "Itu berarti sekarang kamu, hamil?" Dira mengangguk. "Saat ini aku sedang mengandung anakmu. Anak yang kamu harapkan segera mengisi hari-hari kita. Ia sudah ada di sini," jelas Dira sambil membawa tangan Leo menuju perutnya yang memang masih datar. Leo tersenyum haru saat mendengar penjelasan Dira. Tanpa ragu, ia kembali merangkul Dira ke pelukannya. "Kenapa membohongiku dengan cara seperti ini?" "Aku ingin memberimu kejutan." Taukah apa yang terjadi? Yap, Leo meneteskan air mata. "Kamu menangis?" tanya Dira hendak melepaskan diri dari pelukan Leo. Tapi Leo menahan Dira agar tak lepas darinya. "Tetaplah seperti ini dulu. Aku nggak ingin kamu melihatku menangis, dan beranggapan kalau sebagai cowok, aku begitu cengeng," jelas Leo. Dira