Perlahan pria itu berjalan mendekat kearahnya.
"Direktur Eric," ucap Nella lirih.
Nella tercenggang saat melihat ternyata orang itu adalah Direktur Eric, ekspresi dingin yang diberikannya membuat Nella merasa takut, jantungnya berdegub kencang, Nella sangat bingung apa yang harus ia lakukan saat ini.
Teriak, Itu hal yang mustahil tempat ini pasti memiliki privasi yang begitu ketat untuk para pelanggannya berteriak sekeras apa pun tak akan ada bantuan seseorang untuk menolongnya.
Yaahh.. Yang ada hanya buang- buang tenaga saja. Direktur Eric berjalan mendekati Nella, kemudian menampakkan kakinya keatas ranjang dan mulai mendekat kearah Nella.
Tiba-tiba ia mendekap tubuh Nella, sangking terkejutnya, Nella sampai tak bisa berkata apa-apa kedua matanya melotot dan hampir meloncat keluar saat di dekap oleh seorang pria.
Dekapan Direktur Eric begitu kuat hingga Nella merasa sesak dibuatnya.
"Direktur Eric, apa yang anda lakukan tolong anda menyingkir, anda menyakiti saya," ucap Nella dengan nada bicara yang bergemetar.
"Direktur Eric hentikan, sadarlah," teriak Nella yang berusaha menyadarkan Direktur Eric yang terpengaruh oleh obat itu.
"Menurutlah!.. Aku akan memberikan apa yang kamu minta setelah ini, sebagai gantinya," ucap Eric.
"Memberikan apa yang aku inginkan!" jawab Nella
"Benar," sahut Presdir Eric.
Nella terdiam sejenak terus berpikir apa pria ini akan benar-benar menepati perkataannya jika itu benar, Nella akan segera mendapatkan biaya operasi ibunya.
Tubuh Nella mulai menerima apa yang dilakukan Direktur Eric saat ini, tidak memberontak hanya terdiam membisu, sekilas terlihat wajah bunda Nella di otaknya. Terlintas senyum bundanya yang begitu manis, namun apa daya sekarang bundanya kini terbaring lemah dirumah sakit dan membutuhkan banyak sekali biaya untuk melakukan operasi.
Demi ibunda orang satu-satunya yang paling dicintai itu. Selagi sang ibu masih bernapas apapun akan Nella lakukan, Bagaimana Nella bisa membiarkan sang bunda yang telah membesarkannya itu harus terus menderita yang berjuang antara hidup dan mati kini hanya bundanyalah orang satu-satunya yang Nella harapkan setelah ayahnya pergi untuk selamanya.
"Direktur Eric akan memberikan apa yang aku inginkan. Apa mungkin aku hanya mendapatkan uang dengan cara seperti ini, yang seharusnya aku jaga untuk suamiku di masa depan kelak, sekarang sudah hancur berkeping-keping," gumam Nella dalam hati.
Tanpa sadar, air matanya mengalir dengan hilangnya kesucian dalam dirinya.
"Demi sang bunda yah,,, demi bunda satu-satunya, menjual hal yang paling berharga untukku, menjual masa depanku, aku rela, aku rela melakukannya,...bu,.. tunggu Nella .. Nella akan segera kembali," gumam Nella dalam hati.
Nella mulai memejamkan matanya sejenak, membiarkan air matanya menggalir dengan sendirinya membasahi kedua pipinya, Nella tak berani mengeluarkan kata-kata.
Rasa sakit yang dirasakan olehnya, Nella hanya diam dan berusaha menenangkan dirinya, bahwa ini akan segera berakhir.
Lagi dan lagi, air mata menetes tak terbendung Nella hanya bisa menggigit kecil bibir bagian bawahnya sendiri, menahan rasa sakit, untuk pertama kalinya, melepas hal yang berharga baginya.
Hal yang selama ini selalu dijaga olehnya kini telah hilang sudah.
Setelah efek obat itu menghilang dengan sendirinya Eric dan Nella pun tertidur pulas.
Keesokkan paginya, malam telah berlalu Nella terbangun lebih dulu, Nella melihat dirinya yang begitu menyedihkan dan penuh dengan bekas merah yang diberikan oleh direktur Eric semalam, ada bercak di kasur.
Nella melihatnya langsung, dan segera memalingkan wajahnya, tak lama kemudian Ericsson terbangun dan langsung membelakangi wajah Nella.
"Apa yang kau inginkan dariku katakan!" ucap Ericsson sembari membelakangi wajah Nella.
"Tidak ada jawaban? heeh,.. Aku tahu maksud wanita sepertimu, menikahlah denganku," ucap Direktur Ericsson tanpa basi-basi.
Perkataan itu sangat ringan keluar dari mulutnya, seakan-akan pernikahan itu adalah mainan baginya.
"200 juta," jawab Nella singkat. Kemudian berhenti sejenak, Direktur Ericsson terdiam.
"Heeemmm... 200 juta, kau menolak untuk menikah denganku?! Pikirkanlah kembali ini adalah kesempatan yang langka, apalagi untuk gadis biasa sepertimu," jawab direktur Ericsson dengan tenang.
"Tidak, tidak perlu pertanggung jawaban, berikan saja 200 juta," jawab Nella.
Dadanya terasa sakit saat mengatakan hal itu karena dirinya merasa seperti seorang wanita murahan, yang menjual tubuhnya demi uang.
Namun hal ini bukanlah hal yang di inginkan. Wanita mana yang rela kesuciannya di ambil oleh orang lain, yang tidak dikenalnya orang yang sama sekali yang bukan suaminya sungguh ironis bukan, sangat menyedihkan.
"Apa kau wanita semacam itu? Menjual diri demi uang! 200 juta memang tidak ada apa apanya bagiku, apa kamu pikir dirimu pantas dan semahal itu," jawab Direktur Ericsson dengan santainya berbicara remeh.
Nella hanya terdiam mengepalkan kedua tangannya dengan erat menahan semua hinaan yang dilontarkan pria itu untuknya. Tapi apa yang dikatakan pria itu tidaklah salah, yang seperti ini memang sudah seperti wanita murahan, yang tidur dengan pria yang tidak dikenal, yang hanya demi uang.
Awalnya Direktur Ericsson ingin memberi pertanggung jawaban, memberikan setatus yang jelas namun, ternyata Nella lebih memilih uang untuk bayaran tidur semalam.
"Yahhh terserah anggap saja saya seperti itu," jawab Nella singkat.
Direktur Ericsson yang mengenakan handuknya kembali lalu pergi ngambil cek dan menuliskan sejumlah uang yang disebutkan Nella tadi.Ambil ceknya dan pergi dari sini? Dan ingat jangan pernah muncul dihadapanku lagi, menghindarlah sejauh mungkin saat kau bertemu denganku," ucap Ericsson sembari melemparkan cek itu keatas kasur.
Kemudian Nella mengambil cek itu, Nella terkejut dengan jumlah yang dituliskan ternyata lebih dari jumlah yang Nella minta.
★★
"Tuuaann, Apa anda salah tulis, bukan kah ini terlalu banyak?" ucap Nella.
"Ambil saja sisanya jika kau hamil anakku, gugurkan saja dengan uang itu, aku tidak ingin kau mengandung anak dariku," ucap Ericsson.
Nella pun terdiam karena perkataan yang di ucapkan barusaja sangat menyakiti hatinya. Nella menangis dan mengenakan pakaiannya lagi lalu pergi dari kamar itu tanpa bicara apa-apa.
"Sudahlah Nella jangan menangis anggap saja ini adalah mimpi buruk, hindari bertemu dengannya tidak penting sekarang dibandingkan nyawa ibumu Nella," gumam Nella dalam hati berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Setelah mendapatkan uang itu Nella segera bergegas kerumah sakit untuk membayar operasi ibunya, sesampainya dirumah sakit dokter keluar dari dalam ruangan ibunya dengan wajah seperti orang yang sudah pasrah.
"Dokter, Ada apa dengan ibu saya?, apa terjadi sesuatu yang buruk pada ibu saya?" tanya Nella, sembari memegang tangan Dokter Nira dengan cemas.
"Nona Nella, ibu anda baru saja meninggal kami sudah berusaha semaksimal mungkin, dan melakukan operasi darurat, namun tuhan berkata lain, ternyata tuhan lebih sayang pada ibu anda, ibu anda tidak bisa diselamatkan," jawab Dokter Nira. Hati Nella hancur berkeping- keping bagaikan kaca.
"Dokter apa!! Jangan bercanda Dok! ibuku sudah tidak ada?!" tangis Nella.
Nella langsung duduk lemas di lantai saat mendengar kabar kematian ibunya, Nella menangis histeris dihadapan Dokter Nira.
"Nona kuatkan hati Nona mungkin ini adalah jalan terbaik untuk ibu anda, sang bunda sudah tidak merasa sakit lagi sekarang,'' bujuk Dokter Nira berusaha menenangkan Nella.
"Dokter.. Dimana ibu saya sekarang, Tolong bawa saya menemui ibu saya, tanya Nella dengan nada suara yang bergemetar."Lalu Nella mencoba berdiri dengan bantuan Dokter Nira.
"Ibu anda ada diruangan ini mari saya antar," jawab Dokter Nira.
Sembari berjalan membantu Nella membawa masuk kedalam ruangan sang bunda, sesampai didalam ruangan itu air mata Nella jatuh tak terbendung lagi.
Nella melihat ibunya yang terbaring diranjang pasien dengan ditutupi selimut rumah sakit disekujur tubuhnya. Nella mendekati ibunya, kemudian memeluknya dengan erat.
"Kenapa?! Kenapa Kesedihan datang padaku bertubi-tubi tuhan, apakah aku pernah membuat kesalahan besar didalam kehidupanku sebelumnya, hingga engkau merenggut orang yang kusanyangi dengan cepat," gumam Nella dalam hati.
Sembari menangis tersedu-sedu, sambil memeluk mayat ibunya, hingga Nella pun jatuh pingsan.
BERSAMBUNG,.....
Dirumah Nella...Setelah itu Nella membawa jenazah sang bunda pulang kerumah, dan segera mengurus pemakamannya ketika sang bunda sudah di makamkan, air mata Nella mengalir dengan deras mengiringi pemakaman sang bunda yang sangat dicintainya.Satu hari telah berlalu Nella terjaga, dan tidak tidur semalaman penuh ia hanya duduk tepat dihadapan foto sang bunda yang terpajang. Yang dihiasi rangkaian bunga disampingnya, Nella berdoa untuk kepergian bundanya semoga sang bunda tenang di alam barunya.Matanya membengkak karena menangis dan tak tidur semalaman. Nella masih tak menduga ibu yang sangat dicintainya itu telah pergi meninggalkan dirinya secepat ini. Keluarga satu-satunya kini juga pergi meninggalkan dirinya sendiri didunia ini.Ibu yang dicintai, yang selama ini telah membesarkan Nella dengan penuh kasih sayang kini sudah tiada. Memikirkan hal itu membuat hati Nella semakin sakit dan tak rela. Kedua mata Nella sembab karena menangis semalaman. Tidak ma
Keesokan harinya, hari ini bagi Nella harus membuka lembaran yang baru, Nella berusaha tetap menjalankan kehidupannya yang baru dan berusaha tidak terhanyut dalam kesedihan yang begitu lama. "Nella, Hari ini rencana kamu mau melamar kerja dimana?" Tanya Reni sambil mengoleskan lipstik dibibirnya didepan cermin besar yang ada dikamar. "Entahlah,...."Jawab Nella yang masih terlihat bingung. "Kemarin aku sudah bilang padamu kan, diperusahaan Lars Magnus Ericsson, ada lowongan yang cocok untukmu, nanti kamu bisa pergi kesana, dan langsung interview kalau kamu mau, kamu langsung datang saja yah??" ucap Reni. "Yaaahhh,.... Aku akan mempertimbangkan nya," jawab Nella sembari menyiapkan dokumen-dokumen yang harus ia bawa untuk melamar pekerjaan. "kalau begitu aku berangkat ke kantor dulu yah,.... daaaa,.... Semoga sukses," ucap Reni sembari melambaikan tangan dan keluar dari pintu kamarnya. Setelah semuanya selesai, Nella pun bergegas pe
"Mengapa? apa kamu sangat membenciku?" tanya Rangga.Sembari mengepalkan kedua tangannya, Nella hanya terdiam saat Kak Rangga bertanya padanya."Baiklah aku tidak akan memaksamu. Aku tidak akan menanyakan apa pun padamu saat ini. Aku tahu mungkin kamu butuh waktu untuk menerimaku Nella. Tapi aku akan berusaha memenangkan cintamu. Dan berusaha agar kamu bisa menerimaku, Nella izinkan aku untuk mengejar cintamu," ucap Rangga sembari memberikan senyum hangat seperti biasanya.Sembari mengenggam kotak cincin yang hendak ia berikan pada Nella, Dengan sangat erat."Kak Rangga, maaf,... Aku sungguh minta maaf," ucapan Nella berulang kali meminta maaf pada Rangga, sembari menatap wajah pria itu.Lalu menundukkan kepalanya, dalam hati walau pun sangat ingin menerima lamaran dari Kak Rangganya itu, tetap saja, Nella tidak bisa mengatakannya, Nella merasa dirinya sangat menyedihkan dan tidak pantas untuk bersanding dengan Kak Rangga."Kenap
Mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Jhordi, Ericsson tiba-tiba merasa kaget. "Eric, aku sungguh melihat sendiri dengan mata kepalaku, aku berani bersumpah jika gadis itu ada disini, tidak mungkin aku salah lihatkan," ucap Jhordi sembari mengangkat jari kelingkingnya dihadapan Eric. Eric, yang duduk dengan santainya dan di kelilingi oleh wanita-wanita cantik dari golongan kologmerat, maupun selebriti itu hanya diam dan meminum anggur saja ketika ia mendengar Jhordi berkata itu padanya. Ericsson sama sekali tak mengubris, apa yang dikatakan Jhordi. Tak lama kemudian,.. Lowhan dan Lishen baru saja datang, kedatangan kedua pria itu, tentunya menarik perhatian semua orang, yaahh.. Namun seperti biasa kedua pria itu tidak terpengaruh sama sekali pada mereka. Bagi keduanya,seperti ini sudah sangat biasa, kemudian Lowhan dan Lishen menyapa Ericsson dan Jhordi yang tengah duduk sembari menikmati anggurnya yang ada diatas meja. "H
Tuan Sang terpental hingga ke lantai kepalanya terbentur dan berdarah, tendangan itu sangat keras, tepat sasaran, membuat Tuan Sang, tidak bisa mengelaknya. "Dasar, keparat!" ucap presdir Eric. Sembari menatap kearah Tuan Sang, dengan tatapan mengerikan. "Sialan, siapa kamu, jangan ikut campur dengan urusanku, apa kamu tidak tahu siapa saya, hah," teriak Tuan Sang marah, tanpa melihat si pemukul itu. Presdir Eric hanya berdiri melihat Tuan Sang, yang tergeletak di lantai, dengan tatapan mengerikan, iya hanya memberikan tatapan tajam, pada Tuan Sang yang masih tergeletak di lantai itu. "Aku beri kamu pelajaran," ucap Tuan Sang dengan kesal. Kemudian Tuan Sang berbalik badan dan ingin sekali melihat siapa yang punya nyali untuk memukulnya itu.Kemudian Tuan Sang berbalik nampak begitu terkejut, seseorang berbadan tinggi dan kekar yaitu Presdir Eric, tiba-tiba menatapnya dengan tatapan mengerikan. Iyah, tat
Keesokan paginya, suara ponsel Nella berdering terus menerus, Nella terbangun karena suara ponselnya itu. Pantulan sinar matahari mulai menyinari dirinya. Seketika itu Nella tersadar dia tidak ada dirumahnya atau, pesta jamuan. Kamar yang mewah membuat Nella terpana sekaligus takjub."Dimana aku, aduhh..kepala ku pusing," gumam Nella lirih sembari memegang kepalanya yang masih terasa pusing.Nella terkejut ketika melihat dirinya sudah berganti baju dengan sendirinya, kemudian Nella mengingat kejadian kemarin malam, Nella mengingat kembali apa yang terjadi kemarin malam."Kemarin saat aku baru selesai dari kamar mandi, aku bertemu dengan seorang Pak tua brengsek, kemudian aku disuruh minum-minuman yang dibawanya secara paksa, lalu jika tidak salah ingat, Presdir Eric. Oohh iya dia menolongku, astaga apa aku sudah melakukan hal yang tidak senonoh, kemarin malam hingga aku, sudah berganti baju dengan sendirinya. Kenapa aku sedikit melupakan yang terjadi
Di kediaman keluarga Eric , tepatnya diruang makan, setelah Nella berganti baju, dan turun menuju meja makan, untuk sarapan sebelum pergi. Dan itu sesuai yang di perintahkan oleh Presdir Eric, Nella turun tanpa mengenakan alas kaki dan mengenakan gaun yang cantik. Seperti tuan putri. Rambut yang panjang teruri sehingga Nella begitu terlihat cantik dan anggun ketika berjalan menuruni tangga."ganti baju saja lama sekali cepat kemari dan makanlah," ucap Presdir Eric yang bosan menunggu Nella begitu lama saat berganti baju."Emmm,... Iya maaf," ucap Nella sembari duduk dimeja makan yang menghadap kearah Presdir Ericsson."Kenapa duduk disitu, kemari duduk disampingku," ucap Presdir Ericsson."Ahh,...Ee..ooo.. Tidak usah duduk disini saja sudah enak kok," jawab Nella spontan yang menolak presdir Eric yang memintanya duduk disampingnya."Aku bilang kamu duduk disampingku, aku tidak suka mengulang perkataan yang sama," ucap presdir Ericsson,
Keesokan harinya.....Sarapanlah dahulu sebelum berangkat bekerja, sambil mengenakan sepatu kerjanya."Memangnya kamu sudah masak, hari ini aku bangun kesiangan jadi tidak sempat masak," Teriak Reni dari dalam kamar mandi."Tentu saja sudah, aku memasak banyak makanan tadi dan aku bangun sangat pagi hanya untuk bisa memasak sarapan kita berdua, aku sudah makan duluan tadi, aku sekarang sudah selesai. Reni kamu jangan lupa makan dulu ya sebelum berangkat kerja. Aku berangkat dulu ya,,.. Byee..." Pamit Nella terburu-buru yang baru saja selesai mengenakan sepatunya dan segera keluar rumah."Iya,,iya,,iya,, hati-hati dijalan," sahut Reni dari dalam kamar mandi dengan suara keras.Hari ini adalah hari pertama Nella berangkat kerja Nella sangat bersemangat, ia bangun pagi-pagi sekali agar cepat sampai diperusahaan lebih awal, bagaimana tidak Kak Rangga akan menjemputnya hari ini suasana hatinya sangatlah senang, ketika orang yang ia sukai datang un