Keputusan Yusuf untuk meninggalkan Leila serta keluarganya sudah bulat. Selama satu minggu lamanya dia terombang-ambing tak menentu, hanya mendatangi satu bar ke bar yang lain. Kebiasaan lamanya muncul kembali, mabuk dan mabuk, tiada hari dan tiada malam dia habiskan tanpa bermabuk-mabukan.
Sampai pada suatu malam dia kembali berjumpa dengan Aufar. Aufar yang bisa membaca kondisi frustrasi Yusuf tentu ingin membuatnya lebih terpuruk lagi.
“Woi, lu udah tau kan kalau sekarang Bella jadi adik ipar gue?”
“Nggak penting, jangan ajak gue ngomong, gue nggak berminat,” sahut Yusuf dingin.
“Ih, kok galak banget sih, Bang? Gitu aja pake acara ngambek~” Aufar menggoda sambil mencuil dagu Yusuf.
Yusuf mencengkeram tangan Aufar, nyaris dia perintil pergelangan tangannya. “Lu tulis?!”
“Aw! Aw! A
Pagi-pagi sekali di hari minggu, Bella yang perutnya mulai tampak membuncit telah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Bukan hanya membuatkan nasi goreng telur mata sapi kesukaan Agus, dia juga menyiapkan dua gelas jus jeruk serta salad buah untuk disantap bersama.“Mas Agus, ayo sarapan dulu,” ajaknya manis.“Iya.”Agus melipat kembali koran pagi yang dia baca dengan rapi kemudian ikut duduk di meja makan. “Omong-omong, gimana dengan rencana perayaan tujuh bulanan? Kamu udah ngomong sama mama kamu?”“Udah, Mas. Katanya keluarga aku nanti yang bereskan, kalau mama Mas? Udah dikasih tau juga?”“Iya, udah kukasih tau juga,” sahut Agus.Sambil mulai menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya, Agus berujar, “Nggak terasa juga ya ... kandungan kamu sudah mau tujuh bulan, udah bebera
Awalnya memang Bella ragu untuk memenuhi permintaan Erika dan Tiara. Sebelumnya dia sudah berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan mencoba membuka hati bagi Agus, bahkan Agus pun sudah percaya padanya, dan di satu sisi juga dia tak mau lagi bersinggungan dengan Yusuf maupun keluarganya.Namun belum tercapai keinginan hatinya itu, kini dia dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Hati kecilnya menolak untuk abai saja, dia tak tega, terlebih mengetahui situasi Leila saat ini.“Bel, menurut aku, kamu sebaiknya bantu aja mereka,” ucap Agus pada malam itu sebelum mereka pergi tidur.“Ah, biarlah, Mas. Aku udah bilang, kan? Aku nggak mau berurusan sama Yusuf lagi. Toh buat apa, sih? Kita lupakan aja.”Agus meraih tangan Bella. “Jangan kamu ragu karena aku. Aku pun setuju bukan karena aku suka kamu balikan sama Yusuf, tapi karena aku percaya sama kamu, aku tau k
Saking tak mampu menahan gejolak terhadap Yusuf, Bella sampai terlupa pada janjinya dengan Agus, namun siapa peduli? Cinta gilanya untuk Yusuf memang sudah tak terbendung lagi. Dia bahkan lupa bahwa misi utamanya adalah meminta Yusuf untuk menjumpai Leila. “Mas ...” bujuk Bella sambil memegang tangan Yusuf. “Ini adalah waktu yang pas buat kita. Akhirnya kita bisa bersama lagi, apa lagi yang Mas tunggu? Kita jangan buang-buang waktu, Mas. Akhirnya ... Mas juga bisa bersama dengan anak kita nantinya.” Yusuf menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ada satu beban yang memberatkan dia, yaitu Laras. “Seumur hidup aku selalu egois, Bel. Ini pertama kalinya aku nggak mau bersikap egois, aku nggak tega membiarkan Laras hidup sendiri.” “Mas kan bisa tetap ngasih dia uang, tanpa harus punya hubungan istimewa sama dia! Ya kan?” bujuk Bella belum menyerah. Dia pegang pipi Yusuf yang agak kasar. “Apa Ma
Lebih dari tiga bulan sudah Leila dirawat di salah satu kamar ruang rawat inap sebuah rumah sakit jiwa swasta. Kepergian Yusuf telah mengguncang hebat akal sehat dan jiwanya. Begitu kuat, begitu keras, hingga hanya nama Yusuf saja yang terus terucap dari bibirnya yang pucat.Ayahnya bahkan dikabarkan telah mengeluarkan miliaran rupiah untuk membungkam media, sehingga kabar tentang sakit nya tidak sampai keluar menyebar. Banyak yang bertanya di mana keberadaannya, terpaksa pihak keluarga Leila berdusta, mengatakan dia sedang menempuh pendidikannya kembali di luar negeri.Menurut pengakuan dokter yang menangani Leila, gadis itu kerap mengigau, meracau, merapal nama Yusuf disertai mantra-mantra mendayu. Kadang dia juga mengamuk, meminta Yusuf untuk dibawa kepadanya, sehingga perawat tak boleh sekali pun meninggalkannya. Beberapa perawat secara bergantian menjaga dan mengawasinya, memastikan dia tidak menyakiti diri sendiri, terlebih kandu
Hati Agus remuk sudah dibuat Bella, rusak segala kepercayaan dan rasa cintanya. Perempuan itu sebelumnya telah berjanji tidak akan kembali kepada Yusuf, tapi nyatanya dia ingkar. Dengan air mata membanjiri muka dan darah yang mendidih, Agus memporak-porandakan seisi rumah, dia hilang kendali.“Kamu janji sama aku kalau kamu enggak akan ninggalin aku, Bel! Tapi apa yang udah kamu perbuat?! Kamu merusak janji itu! Kamu hancurkan semuanya!”Prang!Prang!Piring demi piring, vas bunga demi vas bunga, semuanya hancur berantakan menabrak dinding dan lantai. Bella hanya bisa menangis sesenggukan, memohon dimaafkan. Di luar, Yusuf yang menemani Bella akhirnya turun dari mobil. Dia tak mau sampai terjadi sesuatu kepada kekasihnya lagi serta jabang bayi mereka.“Harusnya kamu jangan pernah menerima lamaran dari aku! Harusnya kamu nggak perlu kawin sama aku, Be
Rumah Bella gempar. Ibu dan ayahnya kompak saling tatap tak percaya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Bella.Belum genap lima menit yang lalu Bella berkata dia akan bercerai dengan Agus, dan baru saja dia tambah lagi dengan mengatakan bahwa anak yang dia kandung sebetulnya bukanlah anak Agus.“Kamu ini perempuan macam apa, Bella?! Apa kamu ini sundal?! Hah? Cewek murahan?!” teriak sang ayah murka.Ibunya tak kalah marah dan geram, tapi melihat emosi suaminya bagai gunung api yang siap meletus, dia berusaha menahan diri. “Yah ... Sabar dulu, tenang, kita dengar dulu penjelasan dari Bella,” bujuknya.“Penjelasan apa lagi, Bu?! Kamu sadar nggak, Bel?! Sekarang status kamu itu janda hamil! Janda bunting! Orang-orang akan mencemooh kamu, mencemooh ayah dan ibu kamu! Diceraikan saat hamil aja udah malu-maluin, sekarang kamu bilang lagi, kalau an
“Mas Yusuf betul-betul jahat! Kejam! Mas Yusuf emangnya mau aku jadi anak durhaka?!”Baru selangkah masuk rumah mereka, Bella sudah mengomel. Yusuf yang juga masih kesal mengingat penolakan ayah Bella, membuka satu lagi kancing atas kemejanya untuk mengurangi hawa panas yang mendera.“Bukan waktunya buat bahas kamu anak durhaka atau bukan! Jangan ngaco kamu, Bella!” gerutu Yusuf. “Kamu nggak paham apa situasi kita sekarang? Kamu mau ngorbanin lagi usaha kita hanya karena ayah kamu yang senewen itu?!”“Tapi harusnya kita tadi memohon dulu, Mas. Kita kan salah, harusnya kita memohon, kita minta ampun, bukannya malah melawan—““Udahlah, Bella! Aku muak dengar ocehan kamu! Kalau emang kamu mau balik sama ayah kamu dan pilihannya si Agus udik itu, ya udah! Sana balik, jangan pernah datang temui aku lagi, biarin aku hidup sama Laras da
Berhari-hari lamanya Bella merajuk. Diajak bicara apa pun oleh Yusuf, dia nyaris tak pernah menyahut. Dari pagi sebelum berangkat kerja, sampai malam setelah Yusuf pulang kerja, tak pernah lagi ada sapa manis dari Bella, Yusuf sampai kebingungan dibuatnya.Meski merajuk, Bella masih tetap membuatkan sarapan, memasak makan malam, dan menyiapkan pakaian kerja untuk Yusuf. Pernah satu waktu, Yusuf memberanikan diri mengajak Bella bicara saat dia menyajikan sarapan pagi, tapi Bella masih tetap bungkam, satu patah kata pun tak keluar dari mulutnya.Yusuf akhirnya menyerah menjelang genap satu minggu aksi mogok bicara yang dilakukan Bella. Malam itu Bella baru hendak menuju tempat tidur saat Yusuf memeluknya mesra dari belakang. Bella tegang, kaku, sekaligus merasa aneh.“Sayang ... Kamu masih marah?” tanya Yusuf sambil menaruh dagu di atas pundak Bella. Suara dan helaan napasnya yang lembut menya