Setelah mandi dan kembali berpakaian Geby segera berkemas. Geby sudah memesan tiket penerbangan untuk sore ini karena dia akan tetap pulang sendiri biarpun Jeremy tidak mengijinkan.Geby cuma membawa koper kecil karena memang tidak membawa banyak pakaian, ia langsung menyeret benda itu dan alangkah terkejutnya Geby ketika mendapati semua akses untuk keluar dari tempat tersebut di nonaktifkan. Jeremy mengunci semua akses keluar, Geby yang tidak pernah lepas kendali untuk menjaga etika sampai bisa menendang pintu seperti induk banteng gila."Jeremy!" triak Geby sambil kembali memukuli pintu. "Jeremy Loghan! pengecut, brengsek!" Seketika semua jenis makian tiba-tiba muntah dari mulutnya.Belum pernah sekalipun dalam seumur hidupnya Geby diperlakukan dengan sangat tidak berbudaya seperti ini.Berulang kali Geby coba menghubungi ponsel Jeremy tapi tidak juga dijawab meskipun Geby tahu ponselnya aktif."Jeremy...!" Geby kembali berteriak beberapa kali dan sudah lupa samasekali untuk menyerta
Jeremy bangun lebih dulu walaupun sebenarnya dia tidak sadar kapan mulai tertidur, ia juga baru sadar jika sudah tidur hanya dengan memakai jubah mandi. Ternyata Jeremy lebih terkejut lagi begitu melihat Geby yang sedang tidur meringkuk di sofa sambil memeluk bantal.Hari sudah gelap dan di luar sedang hujan. Ketika melihat jam di sudut layar ponselnya ternyata memang sudah cukup malam. Sepertinya mereka sama-sama melewatkan makan malam. Jeremy kembali meletakkan benda itu ke atas meja nakas di samping tempat tidur kemudian berjalan untuk mencari pakaian.******Geby tidur sampai pagi tapi ketik ia bangun ternyata sudah pindah di atas ranjang dan Jeremy sudah tidak ada. Geby ingat semalam mendengar suara hujan yang cukup deras sampai malas untuk bangun jadi tidak mungkin ia berjalan pindah sendiri ke atas ranjang.Saat Geby membuka tirai, pagi ini langit sudah kembali cerah meski udara masih beraroma tanah basah dan dingin. Geby ingat untuk buru-buru mandi dan turun sarapan karena sema
Jeremy memacu kuda Arab hitamnya ke arah utara naik ke arah perbukitan sementara hujan mulai turun dengan deras dan dia juga tidak sempat memakai jas hujan. Jeremy hanya memakai kemeja tipis dan tidak siap dengan pakaian berkuda, dia hanya menggulung lengan kemeja putihnya sebelum melomoat kepunggung kuda.Jeremy terus menghentak kudanya agar berlari lebih kencang. Belum sampai lima belas menit badan Jeremy sudah mulai basah kuyup karena hujan semakin deras disertai badai. Meki suara petir sudah tidak seperti tadi sebelum turun hujan, tapi Jeremy tahu jika kuda jenis thoroughbred sangat gampang stres dan panik. Jeremy khawatir bila kuda Geby akan panik dan berlari ke sembarang arah. Karena jika tidak terjadi sesuatu seharusnya Geby sudah kembali. Tidak mungkin Geby sengaja membiarkan dirinya masih berada di luar sementara tahu jika badai akan datang. Berbagai bayangan mengerikan mulai memenuhi kepala Jeremy.Jeremy terus menghentak kekang kuda Arabnya untuk menerjang hujan. Otot lengan
Geby mengingit bibir bawahnya sendiri untuk menahan nyeri saat Jeremy baru menaikkannya ke atas kuda. Pangkal paha Geby masih sangat sakit ketika harus duduk di punggung kuda apalagi jika nanti binatang itu mulai berjalan."Ini sakit!""Diamlah jangan terus bergeser!"Jeremy duduk di belakang Geby menempatkan wanita itu di antara dua pangkal pahanya yang terbuka. Jeremy mengapit pinggul Geby agar tidak terus berusaha menjauhinya lagi seperti anak-anak yang rewel. Jeremy juga melingkarkan satu lengan ke pinggang Geby untuk tetap menahannya agar diam selama membawa kudanya berjalan."Jangan bertingkah dengan menunjukkannya di depan semua orang. Ingat aku sudah menikahimu, Nona Harlot!" bisik Jeremy sambil menghisap ceruk hangat di sisi belakang telinga Geby yang kembali dibuat merinding. Pria itu telah melucuti seluruh harga dirinya hingga tak bersisa.Mereka sudah mulai memasuki halaman belakang rumah keluarga Loghan dan tentunya Jeremy tidak mau Geby memamerkan kebenciannya itu sepe
Geby tidak tahu apa Jeremy kembali ke kamar mereka malam itu karena saat hari kembali pagi Geby mendapati dirinya masih meringkuk di sisi ranjang yang sama dengan selimut yang juga tidak terusik sama sekali. Kamarnya juga terasa sunyi karena memang hanya ada dirinya seorang diri, 'Entah kemana Jeremy Loghan?'Walaupun setelah hujan semalaman ternyata pagi ini matahari cukup cerah dan terik. Serabut cahaya itu terlihat menyisip dari sela gorden dan memantul di lantai. Sepertinya Geby juga mulai rindu hari yang cerah dan berharap Walker akan mau pulang sendiri. Segera dia berjalan mendekati jendela untuk membuka tirai ketika ia malah melihat Jeremy Loghan yang sedang berkuda.Jeremy berputar-putar mengelilingi halaman belakang, memacu kencang kuda Arab hitamnya seperti orang yang sedang marah. Jeremy Loghan memang seperti pria yang selalu dipenuhi kemarahan, dingin tanpa hati tapi darahnya panas seperti darah kuda liar yang sedang dia tunggangi.Meski hanya seper sekian detik tapi Geby y
Pagi sedang cerah, hari yang sempurna untuk keluar dari rumah dan mendapatkan sinar matahari pagi setelah beberapa hari terkungkung dalam kelembaban hujan. Halaman belakang keluarga Loghan juga terdengar lebih ceria dengan kicauan burung-burung kecil yang melompat dari dahan pohon cemara di sekitar jalanan berpaving menuju istal. Ada jalanan melengkung dari beranda belakang bangunan kastil tersebut yang langsung tersambung ke istal. Sepertinya dari dulu sang pemilik rumah memang sangat menggemari kegiatan berkuda dan berburu. Bahkan ada tempat khusus di rumah bangsawan tersebut yang digunakan untuk menyimpan hewan buruan yang sudah di awetkan serta berbagai jenis senapan dari lintas generasi yang masih terjaga seperti di museum.Di pagi yang cerah itu Geby sedang duduk di tepi kolam air mancur menemani Lily yang sedang ingin menggambar ikan, sementara Jeremy duduk di berada sambil menekuni surat kabar digital yang sedang membahas fluktuasi saham beberapa perusahaan pesaingnya yang anjo
Geby dan Jeremy masih berendam di jacuzzi tapi Geby masih belum mau menghiraukan Jeremy. Geby sama sekali tidak bergeming ketika Jeremy membalurkan buih sabut lembut beraroma lavender ke seluruh tubuhnya mengunakan spon. Geby sangat benci karena apapun yang ia lakukan tidak akan dihiraukan juga oleh pria itu. Sekeras apapun ideologi Geby untuk menentang perlakuan Jeremy tapi nyatanya dia tetap akan kalah.Geby duduk memunggungi Jeremy yang berada tepat di belakangnya. Sesekali pria itu mencium serta menghisapi kulit bahu serta sisi lehernya. Kadang juga membuat mengigitan kecil untuk membangkitkan gairah, menerbitkan rasa bergelayar hingga ke puncak buah dada Geby yang secara alami akan mengeras kembali saat di raba. Jeremy juga tidak bicara apa-apa dia hanya menikmati reksi fisiknya, menyentuhnya pelan dengan pusaran lembut. Menikmati teksturnya yang semakin menegang.Geby merintih lembut pinggulnya berpusar gelisah. Bukanya berhenti Jeremy justru menghisap jari kelingking Geby yang s
Ruang makan keluarga Loghan terletak di lantai dasar tepat di samping tangga melengkung dari lantai dua. Ada chandelier kristal besar yang menggantung di tegah ruangan super luas dengan jendela-jendela berbingkai tinggi. Semua gorden berwarna merah senada dengan beludru bermotiv sulur bunga mawar di sandaran kursi yang sedang Geby duduki. Ada sepuluh pasang kursi di sepanjang meja makan persegi panjang tersebut tapi kali ini hanya ada Geby dan Lily yang sedang duduk di sana mencium aroma dari daging asap dan sup jamur kesukaan Lily yang baru disajikan oleh para pelayan.Jika melihat Lily rasanya kemarahan Geby segera surut kembali karena ingat dia lah alasannya untuk tetap berada di rumah ini. Demi James yang juga selalu memberinya semangat tak perduli di manapun pria itu sekarang telah berada. Geby kembali melihat Lily, satu-satunya kenangan James yang masih tertinggal untuknya karena semua sudut di rumah ini sudah menjadi milik Jeremy Loghan bahkan tubuhnya pun tidak luput ikut diram