JANGAN LUPA KLIK VOTE UNTUK MENDUKUNG KEMAJUAN CERITA INI
Kamar mereka masih gelap dan Geby benar-benar dalam kondisi tidak siap ketika tiba-tiba Jeremy sudah menungganginya dengan memaksa dan terburu-buru.Jeremy memang sedang menyerang intinya tapi kenapa nyawa Geby yang rasanya sedang terancam oleh perbuatan laki-laki itu.Geby takut, takut bagaiman jika ternyata dia juga menyukainya, 'menyukai perbuatan pria yang menyentuhnya seperti monster!' Karena sepertinya Geby juga ikut mengaitkan kaki ke pinggang Jeremy Loghan sampai menjelang pagi.Geby meraba kembali bibirnya yang masih terasa membengkak dan badannya lengket oleh sisa persetubuhan mereka yang panas seperti tungku pembakaran. Samar-samar Geby juga masih ingat seperti apa rasanya ketika tubuh mereka saling bergelut, bergesekan dan tindih-menindih untuk saling mendesak tanpa ada yang mau mengalah. Kulit Jeremy terasa panas menguapkan aroma sex yang kuat dari sekujur tubuhnya yang meregang maskulin. Menikamkan siksaan yang sedang mencengkram kejantanannya untuk terus diterima dan
Rumah keluarga Loghan kembali terlihat damai, kepergian Jeremy dan Ovelia perlahan ikut membawa atmosfer kembali ke peradabannya. Burung-burung kecil pun sudah tidak enggan lagi untuk berkicau. Pagi-pagi para pengurus rumah serempak membuka semua tirai dan jendela.Setelah musim dingin yang panjang di tutup dengan tingginya curah hujan kali ini sepertinya musim semi akan benar-benar tiba. Semua daun jendela direntangkan membiarkan cahaya melimpah dari matahari pagi ikut menghangatkan lantai marmer yang sempat ikut membeku di sepanjang musim dingin. Beberapa minggu ini rumah keluarga Loghan juga sudah tidak memerlukan penghangat lagi. Musin semi akan ikut membawa serta serbuk bungan membumbung memenuhi udara. Bunga-bungan di perbukitan akan segera bersemi menjadi musim terindah yang selalu membuat Geby tidak bisa berhenti mencintai tempat ini.Geby kembali memejamkan mata sejenak menghirup udara untuk memenuhi paru-parunya hingga dadanya ikut mengembang. Geby bisa kembali merasakan kele
Di salah satu gedung pencakar langit yang paling menjulang di pusat kota New York, Jeremy Loghan telah mengalihkan semua kantor pusat kerajaan bisnisnya dan mengakuisisi seluruh kepemilikan Loghan Group di bawah naungan perusahan miliknya sendiri. Jeremy Loghan tidak hanya kaya raya tapi dia juga memiliki kekuasaan yang dapat membeli apapun, termasuk rahasia militer atau pun senjata nuklir sekalipun.Dengan wajah karismatiknya yang juga mencekam, Jeremy Loghan jelas bukan orang yang bakal memiliki kemurahan hati pada kebodohan siapapun yang telah berani mengusiknya. Pria itu sedang duduk di atas singgasananya mencengkram ujung sandaran tangan kursinya ketika menyimak hasil temuan baru yang dilaporkan oleh orang suruhannya.Jeremy sudah bisa membaca kemana arah permainan ini selanjutnya.Sejak awal Jeremy sudah yakin jika kecelakaan yang menimpa James juga ulah dari mereka, mereka yang sepertinya juga terlibat dalam kecelakaan kedua orang tuanya.Sekarang Jeremy sudah memegang semua buk
Geby langsung terkesiap tegang dan waspada ketika Jeremy Loghan membuka pintu dan langsung berjalan menghampirinya.Geby masih duduk di ujung ranjang mengepalkan tangan ke dadanya seperti sedang berdoa karena yakin pria itu tidak hanya sekedar marah dan Geby bersumpah tidak akan pernah mau dipaksa lagi dengan cara apapun.Ternyata Jeremy justru tidak bicara apa-apa dia hanya langsung meraih tangan Geby yang mengepal, meregangkannya pelan-pelan dan memasukkan kembali cincin tersebut di jari manisnya. Tidak tahu kenapa sepertinya Geby jauh lebih takut dari saat pria itu datang dan langsung menjerat pinggangnya."Maaf." Geby merasa tetap layak untuk meminta maaf karena bagaimanapun hari ini dia sudah membuat semua orang ikut susah."Sudah kukatakan padamu jangan pernah melepasnya lagi!"Suara Jeremy terdengar dingin, dia juga segera berjalan pergi sambil seperti mengibaskan jari tangannya yang kaku.Geby pikir Jeremy memang akan benar-benar pergi sampai tiba-tiba dia kembali kembali berp
Geby terbangun dengan rasa malas yang luar biasa, semua tulang dan ototnya seperti masih mencair. Matahari sudah cukup tinggi, bias cahayanya menerpa tirai jendela yang masih tertutup hingga ikut berpendar terang. Geby tidak sepenuhnya ingat kapan dirinya mulai tertidur dan entah mimpi buruk apa yang menimpanya malam ini karena saat terbangun dia menemukan tubuhnya hanya bergelung dengan selimut dan tidak memakai apa-apa. Beberapa jejak kemerahan terlihat semakin jelas dalam cahaya yang benderang. Walau sudah tidak terlalu terkejut lagi ketika mendapati dirinya terbangun dalam kondisi mengerikan dan ditelantarkan, tapi kali ini sepertinya Geby justru terkejut oleh suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang artinya Jeremy belum pergi. Geby langsung turun dari ranjang menarik selimut untuk membungkus tubuh polosnya tanpa sempat berpakaian karena ingin buru-buru memastikan.Pintu kamar mandi yang tidak sepenuhnya tertutup membuat suara air dari shower terdengar kencang dari luar.
Bunga-bunga semak di perbukitan sudah mulai bermekaran. Cuaca yang lebih hangat dan tanah yang stabil membuat kaki kuda dapat berlari semakin kencang. Siang hari juga lebih berangin, tidak terlalu panas dan sangat pas untuk berkuda. Tapi nampaknya bukan itu tujuan Jeremy kali ini. Dia tidak berkuda untuk menikmati perbukitan.Jeremy Loghan membawa kuda hitamnya menyebrangi sungai di bagian Utara yang airnya semakin dangkal dan akan terus menyusut sampai akhir musim panas. Walaupun usianya sudah cukup besar ketika pertama kali dibawa ke Yorkshire tapi bagi Jeremy tempat ini lebih seperti tempat kelahirannya. Setelah memacu kudanya melalui jalanan setapak dengan tanah yang lebih kering, akhirnya Jeremy sampai di halaman sebuah rumah berdinding batu merah dengan cerobong asap tua yang sepertinya sudah dialih fungsikan sebagai tempat mesin disel. Rumah tersebut terlihat sepi karena memang jauh dari perkampungan manapun.Seorang wanita paruh baya terlihat sedang meneriaki anak laki-lakinya
"Tidak aku tidak akan pergi kemanapun, dan kau tidak bisa terus memaksaku!" tegas Geby yang masih berdiri di samping rak buku dan sama sekali tidak mau mendekati Jeremy. "Kita sudah punya kesepakatan dan kau tidak menepatinya sama sekali!"Jeremy menutup pintu di belakangnya dan berjalan menghampiri Geby yang sudah kembali waspada."Aku tahu kau mencintai tempat ini karena itu aku memberikannya kepadamu, dan aku juga bisa memberikan apapun padamu.""Aku hanya menginginkan kebebasanku!""Lalu apa kau akan kabur dengan menunggangi kuda?" sarkas Jeremy ketika sudah berdiri di depan Geby."Ya!" Geby balas menatap Jeremy Loghan dengan tatapan dinginnya yang tetap tidak mau kalah.Geby memang tidak pernah sadar dengan semua yang dia ucapkan ketika dalam pengaruh obat terkutuk yang diberikan Jeremy tempo hari tapi bukannya Geby tidak sadar jika pria itu telah memanfaatkanya dan tidak akan pernah segan mengambil keuntungan darinya."Aku akan berterus terang padamu," ucap Jeremy. "Aku tidak aka
Jeremy kembali menjatuhkan tubuh Geby ke atas rumput dan menindihnya lagi, mengais lenguhan wanita itu dengan lidah dan bibirnya yang saling terbuka untuk merasakannya bersama.Bibir dan lidah Jeremy Loghan terasa panas bercampur dengan lenguhan Geby yang juga semakin berat dan dalam untuk menanggungnya. Benar-benar sebuah pergulatan yang pekat, Geby tidak hanya dicumbu tapi juga merasa diserang. Rasanya sangat gila, pria itu bukan hanya seperti monster yang telah berhasil memburunya di lereng bukit, tapi dia juga mahluk tanpa belas kasihan yang dapat membelenggunya tanpa pengampunan.Jeremy Loghan baru saja melepaskan Geby dan ikut berbaring menghempaskan punggungnya ke atas rumput bersama sisa napasnya yang masih memberat."Aku tidak bisa seperti ini!" tegas Geby sambil berinsut membenahi pakaiannya.Jeremy hanya menoleh pada wanita di sampingnya tapi tidak bicara apa-apa, dadanya masih panas dan berdebar. Rasa yang mengejutkan untuk bisa dirasakan lagi oleh pria seperti dirinya."