"Oh sial!" pekik Geby ketika berdiri di depan cermin. "Apa ini?"
Geby melihat jejak kemerahan di sepanjang sisi lehernya dan mustahil untuk ia tutupi karena dia hanya mengenakan baju berleher rendah.
"Aku tidak bisa keluar seperti ini!" tegas Geby ketika berpaling pada Jeremy.
Tanpa bicara apa-apa Jeremy mengambil kemejanya untuk ia pakaikan kepada Geby. Geby juga cukup diam ketika pria itu bantu mengancingkan kemeja tersebut dan merapikan rambutnya sebelum dia ajak keluar.
Begitu keluar dari kamar Geby langsung memeluk Tobias yang benar-benar sudah nyaris bosan menunggu mereka berdua.
"Terimakasih."
Geby juga mencium sepupuny
YUK VOTE DULU^.^
Geby langsung tersenyum begitu melihat Jeremy yang terlihat tampan. Jeremy benar-benar datang dengan setelan rapi layaknya menantu yang baik, dan kali ini sedang mencium punggung tangan sang bibi yang menyambutnya di depan pintu. Walaupun terkejut dengan kedatangan pemuda itu, tapi Jeremy Loghan tetap lah pria yang karismatik. Dia muda, tampan dan pastinya kaya raya. Pesona yang sulit untuk di tolak apalagi ketika dia sedang ingin bersikap manis. Geby tahu jika pria itu sedang berusaha untuk menjadi menantu yang baik untuk keluarganya. Geby masih berdiri di tengah anak tangga ketika Jeremy mendongak dari punggung tangan sang bibi dan langsung menatapnya dengan sepasang netra birunya yang seperti kombinasi langit cerah yang cemerlang tapi juga dalam, netra biru yang indah. Jeremy sudah berjanji pada Tobias untuk datang menjemput Geby l
Jeremy memang memperlakukannya dengan lembut di bawah sana, tapi tidak dengan bibirnya. Pria itu tetap keras penuh keinginan seolah tubuh Geby adalah sesuatu yang bisa dia nikmati dengan ditelan. Dalam kondisi matanya yang masih tertutup Geby hanya bisa merasakan tiap tangkupannya yang basah dan mendengarkan suaranya yang berdecak penuh nikmat, bukan hanya dari bibir Jeremy tapi juga dari bibirnya sendiri. Semuanya sedang sangat panas dan kacau tanpa dapat dipilah lagi dari mana sumbernya. Jika saja kulit Geby bisa dikelupas untuk bisa melebur dengan tubuh lelakinya maka ia pun rela, rela meresap hingga ke tulang rusuknya. Tubuh Jeremy semakin bergetar, meraung-raung seperti citah jantan yang sedang menaungi tubuh buruannya yang nikmat, tubuh yang sedang tidak boleh asal ia koyak meskipun rasa lapar itu sudah semakin membabi buta.
Geby sudah duduk di kursi pesawat memperhatikan Tobias Harlot dari jendela, pemuda itu masih melambai setelah tadi memberi begitu banyak pesan agar Geby berhati-hati menjaga kondisi kehamilannya. Kali ini kandungan Geby baru memasuki bulan ke tiga, usia yang masih sangat rawan untuk kehamilan yang juga sangat beresiko. Walaupun mereka menggunakan jet pribadi dengan fasilitas dokter dan sangat nyaman namun Jeremy tetap Khawatir ketika membawa Geby dalam penerbangan panjang. Jeremy merasa tetap harus membawa Geby pulang ke Yorkshire karena tahu Geby mencintai tempat itu sama halnya seperti dirinya. Sebenarnya Jeremy juga suka tinggal di Yorkshire, meskipun bukan tanah kelahirannya tapi Jeremy juga tumbuh dan dibesarkan di sana. Jeremy ingin kelak anak-anaknya juga bisa dibesarkan di rumah tersebut, dan lima anak sekaligus pastinya juga akan segera membuat rumah keluarga Loghan kemba
Napas Geby memang ikut tersengal dan sesak tapi dirinya tidak apa-apa Jeremy langsung meraup tubuhnya yang masih berlutut di lantai dan memeluknya erat-erat. "Tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa, " gumam Geby agar Jeremy tidak merasa terlalu bersalah dan cemas. Meskipun ini bukan kali pertama Jeremy membuat Geby hampir tersendak karena harus menelan cairan kental ke tenggorokannya, tapi sekarang kondisi Geby sedang hamil dan masih rutin muntah setiap pagi. Mestinya Jeremy memang harus lebih bisa menahan diri, karena itu juga salah satu pelajarannya sebagai calon orang tua, sama halnya dengan pelajaran 'bersabar'. Jeremy mengangkat tubuh Geby untuk ia ajak berendam di jacuzzi yang sudah diisi dengan air hangat. Setelah melepas pakaiannya pelan-pelan Jeremy benar-benar mulai memberikan p
Jeremy langsung mencari tahu mengenai Cecilia Harlot dan ternyata dia adalah ibu Geby, adik dari Mr. Harlot yang dulu juga menjadi sekretaris ayahnya. ***** Hari masih pagi ketika Geby turun untuk mencari Lily yang biasanya bangun lebih dulu dan sudah menunggunya untuk sarapan. Tapi kali ini meja makan masih kosong dan tidak ada satu pelayan pun yang Geby lihat berkeliaran. Karena penasaran Geby memutuskan pergi sendiri ke dapur untuk mencari bibi Beatris. Ternyata Geby malah menemukan mereka semua sedang berkumpul di sana, para pelayan dan pengurus taman. Mereka duduk berkerumun mengitari meja makan yang biasanya memang diperuntukkan bagi para pelayan. Kedengarannya mereka sedang membahas sesuatu yang menarik karena Geby mendengar beberapa masih berkelakar serta tertawa. Geby tidak tahu apa yang mereka tertawakan sampai seseru
Di antara cahaya hangat dari lampu nakas yang meremang keemasan, nampak dua insan yang saling bergumul nikmat di atas ranjang. Jeremy Loghan sedang memompakan pinggulnya dengan dorongan konstan, terus mendesak lembut ke dalam tubuh wanitanya yang juga sedang bergolek penuh gairah. Tubuh Geby benar-benar seperti magma yang dipanaskan di atas tungku pembakaran, meluap-luap untuk diraih dan ditengelami. Layaknya dua pasangan yang sedang memadu kasih, mereka juga sedang saling mabuk kepayang oleh gairah. Rasanya polos sekali untuk diakui jika persetubuhan mereka sedang sangat begitu nikmat. Sudah ratusan kali Jeremy membawa wanita itu bercinta tapi belum pernah rasanya sepedih ini walaupun kenikmatannya luar biasa. Geby sedang berdenyut-denyut oleh pelepasannya yang lembut dan hangat, ikut menyelubungi Jeremy dengan rasa yang begitu nikmat.
Terdengar suara klik dari kunci pintu yang baru diputar Jeremy. Setelah mengunci pintu Jeremy kembali berjalan dengan langkah kakinya yang terdengar mengerikan di telinga Mr. Papkins yang sedang sangat ketakutan hingga melirik atau berpaling pun dia tidak berani. Jeremy Loghan kembali duduk di kursi kakeknya sambil menatap Mr. Papkins yang masih berdiri bergetar di hadapannya. Mr. Papkins tahu jika pemuda itu tidak akan melepaskannya. Jeremy Loghan bukan jenis orang yang akan berbelas kasihan pada mereka yang berani mengusiknya. Buku-buku Mr. Papkins yang semula kebas kali ini mulai menggenggam kencang untuk menahan ketakutannya yang luar biasa. Jeremy mengambil sesuatu dari dalam laci meja nakas di sebelahnya dengan tanpa berpaling dari Mr. Papkis. Hanya dengan cara pemuda itu menatapnya saja seluruh darah di nadi pria tua itu serasa
Masalah anak haram sebenarnya bukan hal baru lagi di keluarga Loghan, apalagi untuk keluarga bangsawan yang masih sangat kolot seperti mereka, tapi ternyata Jeremy tetap terkejut ketika mengetahui kakeknya juga memiliki putera yang lain. Sebenarnya waktu itu Mr.Papkins juga melihat ketika Sir.William Loghan menyetubuhi seorang pelayan di gudang anggur. Hari masih pagi di pertengahan musim gugur cuaca sudah mulai dingin sama seperti kali ini. Mr. Papkins baru hendak mengambil anggur merah untuk menemani di meja makan ketika ia mendengar suara rintihan pelan dari lorong lemari rak penyimpanan anggur. Bagian lemari yang terdorong itu ikut menciptakan suara dentingan dari botol-botol anggur yang tertata di rak. Semakin lama semakin jelas jika itu adalah suara rintihan wanita, wanita yang sedang kesakitan. Karena penasaran Mr. Papkins berj