"Oh ya, ada hal penting apa yang buat Bapak dan Ibu datang kesini?"
"Jadi begini, Ibu mertua saya di Hangzhou mulai sakit - sakitan. Beliau meminta Istri saya untuk pulang kesana, yah seperti yang kamu tau kalau saya sendiri disini sudah tidak ada Orang tua. Jadi saya memutuskan untuk pindah ke Hangzhou.""Lalu bagaimana dengan pekerjaan Bapak disini?""Itu yang buat saya datang kesini menemui kamu secara pribadi. Pekerjaan saya dialihkan di Kantor Beijing, dan posisi saya sementara kosong. Jadi pada saat rapat direksi nanti, saya ingin mengajukan kamu sebagai kandidat. Tapi --""Ada apa Pak?""Ada pelatihan Directorship program di Beijing selama satu tahun.""Ehem.. Kenapa Bapak memilih saya sebagai kandidat?""Karena kamu mampu menggantikan saya.""Kenapa Bapak yakin dengan hal itu?""Saya tau kinerja kamu selama ini, terlebih kamu manajer terbaik di Perusahaan itu.""Saya ulangi kembali PakSatu bulan kemudian"Hati - hati dijalan Nduk. Jangan lupa ibadahnya, kalau ada apa - apa disana langsung hubungi Ayah Bunda atau Kakak kamu." Farida memeluk Putri bungsunya.Saat ini Keluarga Burhan termasuk Zafir dan Istri tengah berada di Bandara untuk mengantar kepergian Mazaya ke China. Setelah melakukan perdebatan alot dengan batin dan pikirannya, ia telah mendapatkan jawaban tentang tawaran menjadi Direktur di Perusahaan tempat ia bernaung. Terlebih pihak Direksi setuju dengan kandidat yang diajukan oleh Irawan. Tentu saja mereka menyetujui hal itu, pasalnya Mazaya merupakan kandidat terkuat diantara yang lainnya. Dari awal ia bekerja di Perusahaan itu, prestasinya dalam memilih sumber daya manusia tidak diremehkan lagi. Setiap tahun berturut - turut ia selalu saja menjadi karyawan terbaik di perusahaan besar itu."Hati - hati dijalan Bu Bos, jangan lupakan kami." Satu persatu tim nya kecuali Rendy memeluk Mazaya."Jangan bandel,
Setelah meninggalnya Ratih, Keluarga Mufid sudah jarang sekali untuk berkumpul. Daffa menyibukkan diri, sedangkan Mufid memilih untuk tidak membahas mengenai perjodohan kembali. Rasa - rasanya ia telah bersalah melakukan hal itu dan didukung oleh sang Pencipta yang tidak berkehendak seperti yang ia inginkan."Daf Umi denger dari Ibu - Ibu pengajian anaknya Mbak Farida ke China ya?" Maryam menghampiri putra sulungnya sembari membawa nampan berisikan minuman hangat."Iya Mi." Kata Daffa sembari menyesap minuman yang tersaji diatas meja."Memangnya siapa Mi yang berangkat ke China?" Tanya Mufid."Itu loh Mazaya.""Ada urusan apa disana? Jadi TKW apa gimana?""Hus ngawur Abi ini kalo ngomong, lulusan S2 Psikolog kok jadi TKW. Isunya diangkat jadi Direktur, di Cabang China dia melakukan pelatihan gitu loh.""Oh begitu, kok Umi bisa tau banget sih sama berita ini.""Sebenernya Ibu - ibu pengajian cuma taunya Mazaya ke
Jakarta Dua minggu kemudian"Ada dua puluh tim medis yang akan kami kirim kesana. Terutama Psikiater, Ortopedi, Penyakit dalam, dan Dokter Bedah. Selama disana kami sudah mempersiapkan Apartement untuk para Dokter dan tim medis lainnya.""Ada yang mau ditanyakan?""Tidak." Jawab mereka serempak."Persiapkan diri kalian, untuk berangkat tidak diharuskan bersamaan. Yang pasti ditanggal dan hari yang telah ditetapkan, kalian sudah siap bekerja. Terima kasih."Setelah para profesor meninggalkan tempat itu, Dokter yang berada di Ruangan tersebut tidak langsung keluar Aula."Yah gak bisa liat Dokter Daffa buat cuci mata deh." Celetuk salah satu perawat yang mendapat balasan senyum manis dari Daffa."Masih ada Dokter Marcell, tenang aja." Kata yang lain."Tapi gak seramah Dokter Daffa." Balasnya dengan bibir mengerucut."Dokter Daffa sudah siap? Mau berangkat kapan?""In shaa Allah dua hari
Empat jam perjalanan ditempuh dari Beijing ke Guangzhou melalui perjalanan udara. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, Mazaya mampir ke Pusat perbelanjaan di Kota tersebut untuk membeli buah tangan dan kado untuk Kung Kung dan langsung melanjutkan perjalanan ke Kediaman Keluarga besar Yunita."Assalamu'alaikum." Mazaya masuk kedalam Rumah dan disambut hangat oleh Keluarga itu.Mayoritas Keluarga Yunita adalah seorang muslim, jadi Mazaya tidak canggung lagi jika melakukan ibadah bersama mereka atau sekedar mengucap salam karena itu kebiasaannya."Wa'alaikum salam." Mereka menjawab kompak dan terpana saat menatap seorang pria yang berdiri dibelakang Mazaya. "Ah ini --" Mazaya melirik kearah Daffa."Wah, selamat datang di Rumah keluarga besar Istri saya Dokter Daffa." Potong Riawan saat Mazaya bingung untuk menjelaskan, ia segera menghampiri Daffa dan berjabat tangan dengan pria muda itu."Jadi semakin rame nih ada Mazaya sa
Setelah pulang bekerja dan kembali ke Apartement, Mazaya dikejutkan dengan keberadaan beberapa orang tengah mengobrol menggunakan bahasa. Bahkan saat berada di Elevator pun ia menjumpai sekelompok orang dengan koper dan ransel menuju lantai yang sama.Beberapa dari mereka terlihat menyapanya meski hanya menganggukkan kepala dan tersenyum ramah. Elevator pun berhenti dilantai unit miliknya, ia keluar dari benda kotak itu dan masuk ke dalam unit.Sedangkan sekelompok orang itu bertemu dengan seorang pria berbadan tegap dan berwajah tampan yang baru saja keluar unit."Dokter Daffa, saya tadi liat wanita berhijab cantik banget. Apa jangan - jangan orang Indonesia juga ya? Atau orang Malaysia?" Kata seorang pria yang berprofesi sebagai perawat dengan antusias."Sama kayak kita." Jawabnya singkat."Wah beneran? Tapi Dokter kok bisa tau?""Ini kunci kalian, masing - masing unit diisi tiga orang. Terserah siapa mau satu kamar sama siapa." Setelah memberikan kunci kepada rekan tim medis, Daffa
"Beliau mengubah sudut pandangnya tentang kamu sekarang. Kamu percaya kalau kebaikan akan membawa keberkahan buat diri kita?""He em.. Kenapa emang?""Ada kebaikan yang kamu lakukan dan buat Abi mengubah sudut pandangnya tentang kamu.""Ih maksudnya gimana sih?""Zay, waktu kamu pulang umrah. Ada Bapak - Bapak yang kamu tolong.""Bapak - Bapak? Ah ya inget, Mas tau darimana?""Bapak - Bapak itu Abi saya Zay.""Pak Mufid?""Hmm.. Bahkan kamu ingat namanya.""Iya ingat. Aku tau suatu kebaikan akan membawa berkah, tapi dalam konteks pembahasan kita ini berkah yang kayak gimana?""Abi minta saya buat ngejar kamu, Abi gak nuntut saya lagi buat nikah sama orang - orang yang beliau jodohkan. Zay, saya serius sama kamu. Kamu mau melanjutkan hubungan kita yang sempat terhenti?""Tapi Mas --""Kamu bisa pikir - pikir dulu." Daffa berdiri hendak meninggalkan unit Mazaya, namun dengan cepat wanita muda itu menahan pergelangan tangan Daffa. Tatapan sendu wanita itu membuat Daffa mengurungkan niatn
"Pak Burhan, Bu Farida. Saya Daffa Khafid Irsyad ingin meminta izin Bapak dan Ibu untuk meminang Mazaya Eiliya Syakib menjadi Istri dunia akhirat saya. Apa Bapak dan Ibu berkenan?" Daffa mengatakannya dengan bersungguh - sungguh, dan pastinya ia menatap kearah Mazaya dengan tatapan teduh.[Abi : Nak Daffa, jawabannya saya serahkan ke Mazaya. Tapi hanya satu permintaan saya ke Nak Daffa kalau Mazaya menerimanya. Tolong jaga dan bahagiakan dia seperti kami menjaganya selama ini.]"Baik Pak, In shaa Allah akan saya penuhi permintaan Bapak.""Mas aku belum jawab loh." Kata Mazaya."Jawabanmu apa Zay?""Bismillah.. Karena aku pernah nazar buat nerima seseorang yang ajak aku nikah, jadi aku gak akan nolak kamu kalau memang kamu sungguh - sungguh sama aku Mas. Aku harap memang kamu laki - laki yang sudah Allah tetapkan buat aku, anggap kedua orang tuaku seperti orang tuamu sendiri. Begitu juga sebaliknya, aku akan anggap Abi dan Umi sebagai kedua orang tuaku." Jawab Mazaya dengan kemantapan
Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar