Lagi dan lagi Sandi seolah lupa daratan kalau sudah bersama Dinara Jeandra. Waktu itu di lift usai wisuda, di muka umum yang untungnya tidak disergap langsung oleh sang mama. Kali ini justru di dapur villa yang tiba-tiba dibuka duo upin ipin paling ember seantero sekolah pada zamannya. Malu! Dinara menarik diri dan membalik tubuhnya kembali menghadap wastafel. Sementara Sandi bergerak canggung sembari berdehem mengamati perubahan ekspresi di wajah dua kawannya itu. Dia dengan cepat memahami situasi, "Free Pass Sky High VIP minggu depan," ucapnya enteng. Nathan dan Kevin saling berpandangan saat mendengar nama klub mahal itu. Sandi sepertinya tahu saja jenis sogokan yang tepat untuk mereka. "Padahal kita gak niat kasitau siapa-siapa, ya kan? Udah pada gede masa hal kaya gini digemborin juga?" Kevin si munafik senyum-senyum dengan tampang tengilnya. Nathan mengangguk mengiyakan, "tapi karena udah lo tawarin, ya gak bisa diambil balik! Jangan lupa plus minum sama jatah rokok!" Nath
"Aku rasa kamu terlalu berlebihan."Sandi mengernyitkan alisnya saat sebuah kalimat merayap menyapa pendengarannya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi yang terletak tak jauh dari dapur dan taman tempat pesta sederhana teman- temannya berlangsung. Begitu berbalik badan, dia menemukan gadis yang cukup dikenalnya bersandar pada tembok sembari bersidekap di depan dada memandangnya dengan jenis tatapan aneh."Maksudnya?"Mau tak mau Sandi menghentikan langkahnya, memberi pertanyaan sekaligus raut tanya pada sang pelempar kalimat. Vela menghela nafas lalu berjalan mendekat, refleks membuat Sandi mundur karena tak mau terlalu dekat. Ingat sekali bahwa sekarang ada hati yang harus dia jaga, hehehe.Melihat Sandi mundur dua langkah membuat Vela otomatis mengembangkan seringaian tipis. Biasanya Sandi tidak pernah berlaku seperti itu sebelumnya. Laki- laki yang dikenalnya sedari remaja itu tipikal yang santai dalam pergaulan dengan siapapun. "Aku gak tau kalau selama tinggal di Jakarta kamu
Semuanya kembali duduk di taman dekat kolam renang. Memulai sesi makan cemilan santai, minum-minum dan sesekali meledek siapapun yang kebetulan menjadi sasaran. Adegan kekerasan berupa jewer menjewer bahkan menggeplak duo Upin Ipin yakni Kevin Nathan juga tak ketinggalan dilakukan oleh Julie yang seolah berperan menjadi Kak Ros. Mereka duduk melingkar di taman belakang, dekat dengan kolam renang yang bahkan belum sempat mereka jajal sama sekali selama berada disini. Obrolan dan gelak tawa kali ini juga pastinya tak lepas dari permainan tadi siang yang pada akhirnya mereka lanjutkan. Truth or Dare. Biarpun awalnya Kevin dan Nathan sempat berkomentar miring soal games yang sudah terlalu umum ini, pada akhirnya mereka semua bergabung dalam satu kesatuan. Bedanya, kali ini terdapat sanksi bagi mereka yang tidak menjawab atau melakukan dare. Minum dua gelas minuman beralkohol yang baru saja keluar dari koleksinya James. "Yaelah, niat banget ya lo pengen bunuh gue?" Nathan melengos s
"Mau sekali lagi?" Dinara seolah mati rasa. Begitu kalimat ambigu yang diucap oleh bibir seksi itu merayap menyapa rungunya, gadis itu mendadak punya tenaga lebih untuk loncat dari kasur empuk tempatnya berbaring tadi. Dia menarik selimut lalu duduk meringkuk di depan walk in closet sembari menggigit bibir gelisah. Ini tidak seperti yang terjadi pada film-film, kan? Tanah serasa bergetar, pun kepalanya masih pening serta perut rasanya seperti diobrak abrik. Dinara meringis saat merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Ditambah lagi kini netranya yang perlahan fokus seperti efek bukaan pada bokeh kamera baru semakin tajam. Dinara menggigit bibir bawahnya gelisah, apa yang Sandi Arsena lakukan diatas ranjangnya shirtless seperti itu? Laki- laki itu tersenyum bak iblis sembari menyangga kepalanya dengan tangan sebelah kanan, menatap Dinara bak om-om pedo yang hendak menyergap mangsa. "Good morning sweet heart! Feel better?" Sandi kembali berujar santai seolah tak ada yang salah dengan
Usai menyelesaikan sarapan hampir kesiangan dan merapikan aneka barang- barang di Villa Ubud, rombongan itu akan mulai bergerak menuju Pelabuhan Padang Bay guna menyebrang ke Nusa Penida. Tentunya mereka sudah mengkompress barang- barang menjadi lebih sedikit dari sebelumnya karena Kiran dibantu ciwi- ciwi sudah menyeleksi mana- mana saja yang benar- benar perlu dibawa. Sisanya dititipkan di Villa dan nanti akan bantu dikirim balik ke Jakarta oleh James. Kalo gak nyusahin, ya bukan Kiran namanya! Mereka semua bekerja keras menata barang masuk ke dalam mobil. Sementara perjalanan kali ini akan menggunakan dua mobil karena muatan mereka juga bertambah. Selain menggunakan mobil milik James, ada mobil Sandi juga yang akan bergerak menuju pelabuhan. Dinara masih menjadi objek utama bahan ledekan oleh teman- temannya yang pada akhirnya mengetahui fakta bahwa Dinara dan Sandi memang tengah dalam status hubungan. Sedikit memalukan baginya karena ternyata akibat alkohol sialan semalam Dina
Sedikit ricuh kala manusia- manusia rempong itu turun dari fastboat di Pelabuhan rakyat. Boat menurunkan penumpang di pesisir sehingga mereka harus sedikit nyebur sebelum bisa menapakkan kaki di pasir yang lebih kering. Untungnya mereka diwanti- wanti sebelumnya untuk menggunakan pakaian nyaman dan celana pendek sehingga drama ribet pakaian dan basah bisa diminimalisir. Khusus untuk liburan di Nusa Penida, barang- barang bawaan mereka sudah dikompres sedemikian rupa, dipilah sehingga tidak terlalu banyak. Biar bagaimanapun, para lelaki juga yang akan repot kalau ada terlalu banyak barang yang dibawa. Seperti sekarang ini, para gadis turun boat tanpa menjinjing apapun, sementara laki-laki membawa masing-masing tas ransel dan tas jinjing."Pusing banget ! Gak lagi-lagi deh naik fastboat!" celetuk Kiran yang merasa mabuk laut setelah empat puluh lima menit berada dalam terjangan ombak."Terus baliknya mau naik kapal besar? Tapi sampainya jadi agak lama tuh nanti," sahut Viviane. Biar
"Kamu kok wangi banget?" Dinara yang tengah duduk santai diatas sofa sempat kaget karena ada deru nafas yang tiba- tiba menggelitik kulit lehernya. Apalagi suara bariton lelaki yang mengalun tepat di telinganya tanpa ada aba- aba. Dia tidak tahu sejak kapan Sandi berdiri dibelakang sofa yang dia duduki dan mengambil posisi seolah mengukung Dinara dari belakang. Dia menggeser tubuhnya sedikit karena mendadak berdebar, bahkan setelah beberapa waktu berdekatan dan bersentuhan fisik pun dia masih saja sering gugup kalau berada terlalu dekat dengan laki- laki yang baru saja resmi jadi kekasihnya itu. "Namanya juga habis mandi, ya pasti wangi, lah!" Dinara berusaha menjawab dengan sedikit jutek—seperti dia biasanya. Sebenarnya sih hanya alibi untuk menyamarkan salah tingkahnya saja. Sandi kembali mengacak rambut kekasihnya dengan pelan sebelum memilih untuk duduk diatas sandaran sofa. Kaki panjangnya seolah tak perlu banyak usaha untuk menaiki sandaran sofa yang lumayan tinggi itu. D
Dengan semua aktivitas fisik yang telah dijalani seharian, semua anak itu jelas merindukan istirahat di kasur yang empuk. Tak terkecuali Dinara yang juga sudah tiduran dengan nyaman di kasur kamar—bersama dengan Kiran yang kembali jadi partner sekamarnya. Gadis disebelahnya sudah lelap mungkin sejak melemparkan tubuh sendiri diatas ranjang, sayang sekali Dinara entah mengapa tidak bisa begitu. Padahal tubuhnya sudah lelah sekali tapi tidurnya justru tak nyenyak. Entah berapa kali Dinara terbangun dan bahkan terus memaksa untuk menutup matanya karena sadar dia sangat butuh tidur. Hari-hari liburannya ini memberi banyak sekali warna baru bagi hidupnya. Dari kegalauan dan ketakutan untuk menerima cinta Sandi hingga pada akhirnya justru resmi menjadi kekasih. Dari ketakutan akan serangan fans gila hingga hampir tak peduli lagi dengan mereka. Efek siapa sehingga Dinara benar-benar jadi begitu labil sekarang?Dinara sudah melakukan beragam cara. Dia sudah minum susu hangat sebelum tidur, m