Melahirkan Anak Ular
Bab 8
Taxi melaju tanpa arah, Endah hanya memerintahkan untuk jalan lurus ke depan saja. Pikirannya semakin kalut, ia tak menyangka kalau berita bayinya yang bersisik begitu cepat menyebar. Ia menyesalkan keusilan para tetangga yang tak pernah ia usik selama ini, namun begitu keterlalun kepadanya. Manu terlahir bersisik adalah suatu aib baginya, sehingga tak perlu disebarluaskan. Endah menggigit bibir menahan tangis, hatinya terasa sangat sakit.
“Endah, kita mau ke mana ini?” tanya Lucky nyaring karena dari tadi pertanyaan sang suami tak ia dengar karena sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Eh, iya, apa, Mas?” Endah tergagap sambil mengusap air mata di pipinya.
“Kita mau ke mana ini? Udah satu jam mutar-mutar tak jelas kita, kamu ini bagaimana sih?” ketus Lucky.
“Hmm ... ke penginapan yang murah sajalah kalau gitu, besok pagi baru kita cari kontrakan. Sekalian juga besok, Mas sewa p
Melahirkan Anak UlarBab 10Endah memutuskan untuk menginap di sebuah hotel, ia tak mau pulang ke rumah Anjani sebab ia tak berniat untuk serius meninggalkan Lucky. Ia hanya ingin suaminya itu menyadari kesalahannya.Masalah uang, memang benar kata Lucky, uang tabungan Endah masih sangat banyak di rekeningnya. Hanya untuk membayar sewa kamar selama seminggu, itu tak masalah untuknya. Selama ini ia sudah berusaha untuk sehemat mungkin, dengan maksud agar suaminya itu mau mencari pekerjaan.Ditatapnya bayi Manu yang sedang bergeliutan di atas tempat tidur. Pikirannya mulai menerawang jauh membayangkan kehidupan putra bungsunya itu suatu hari nanti. Air matanya langsung menetes, ia tak mau Manu terus merayap seperti ular, ia harus bisa mengajarinya untuk berjalan.Endah meraih Manu dan mendudukannya dengan menyandarkan pada bantal tapi tubuh Manu yang lentur dan seolah tak memiliki tulang itu membuatnya selalu terbaring lagi. Ia berharap, hal ini hany
Melahirkan Anak UlarBab 11“Katakan pada Jani, Mama sekarang ada di mana?” tanya Anjani dengan nada memaksa.Endah langsung mematikan ponselnya dan tak mau Anjani tahu keberadaannya. Ia berdecak kesal, bingung juga harus melakukan apa. Kalau Anjani sampai menemuinya ke sini, ia pasti akan dipaksa untuk pulang dan tentunya akan dipaksa untuk menceraikan Lucky juga.Wanita yang sudah tak muda itu makin dilema, ia bagai ABG yang sedang galau. Level bucinnya semakin menggila semenjak bersuamikan Lucky yang usia memang terpaut jauh darinya itu. Endah seperti menjadi sosok yang berbeda semenjak menikahi mantan seles hama tanaman itu. Jiwa muda Lucky seolah telah menular kepadanya. Dulu, semasa masih berumahtangga dengan papanya Anjani, ia tak sebuncin ini karena papa Anjani sosok pendiam dan tak romantis.Endah kembali mengaktifkan ponsel dan memblokir nomor Anjani agar putrinya itu tidak ikut campur dengan urusan rumah tangganya. Dibukanya
Melahirkan Anak UlarBab 12Lucky membuka mata saat ia merasa kesulitan untuk bernapas, ia meringis kesakitan. Kini seluruh tubuhnya telah dililit ular pyton sepanjang 2,5 meter itu. Ia berusaha untuk tidak panik dan tetap mengontrol pernapasannya.Dengan kesusahan, Lucky berusaha untuk bangun lalu mengamati lilitan Si Siti. Ia sedang mencari ekor ular pyton berwarna cokelat itu, sebab kunci dari belitan itu ada di ekor, ia sangat paham dengan sifat ular yang bisa membunuh dengan cara melilit ini.Napas Lucky semakin ngos-ngosan, saat lilitan itu terasa semakin kencang. Sebelum tulang-tulangnya remuk, ia harus segera menangkap ekor Si Siti. Ia masih berusaha untuk tenang. Mau berteriak minta tolong pun, takkan ada yang akan mendengarnya sebab rumahnya tunggal dan tak memiliki tetangga.Lucky semakin kesulitan untuk bernapas, walau kini tangannya sudah berhasil menemukan ekor si ular. Padahal, kalau ia sudah berhasil melepaskan lilitan p
#Melahirkan_Anak_UlarPart 13Sudah seminggu, Endah menempati rumah barunya, tinggal berdua saja dengan Manu. Di sini ia merasa nyaman, selain suasananya sepi, para tetangga juga ramah dan tak usil. Ia harus bisa membiasakan hidup tanpa Lucky, yang menurutnya tak ada gunanya terus dikasih hati.Pagi ini, Endah sedang duduk bersantai di depan rumahnya, di bawah pohon mangga yang memang tersedia kursi dan meja dari kayu. Manu ia dudukkan di dalam stroller sambil sesekali disuapin makan, bayi berusia satu tahun itu begitu lahab sekali makannya walau tubuhnya tidak terlihat montok, hanya semakin bertambah tinggi saja.Dari sebelah rumah Endah, keluarlah seorang pria dengan pakaian setelan kemeja putih dan celana hitam dengan menenteng sebuah tas kerja warna hitam juga jas putih. Dia tersenyum tipis sambil menganggukan kepala saat mata mereka beradu pandang. Endah mengeryitkan dahi, ia seperti pernah mengenal pria paruh baya itu yang mungkin umurnya sebaya den
#Melahirkan_Anak_UlarPart 14Pagi ini, seperti biasa, Endah mengajak Manu untuk bersantai di depan rumahnya. Putranya itu terlihat sangat senang, walau hanya sekedar dibawa berputar-putar di halaman rumah yang cukup luas itu.“Assalammualaikum.” Sebuah suara mengagetkan Endah.Endah langsung menoleh, lalu menjawab, “Waalaikumsalam.”Tetangga sebelah rumah, kini sedang menatapnya dari tembok pembatas rumah yang hanya setinggi pinggang itu.“Endah Puspita ‘kan?” tanya pria berkacamata itu.Endah menautkan alis lalu mendekat, ia sedang mengingat-ingat pria di hadapannya. Mungkinkah mereka teman lama?“Kamu benar Endah ‘kan?” tanya pria itu sekali lagi.Endah mengangukkan kepala, lalu berujar, “Apa kita saling kenal? Maaf ... saya pelupa.”Pria itu tersenyum miring, lalu berkata, “Hmm ... kita pernah satu SMA waktu masih muda dahulu. Te
#Melahirkan_Anak_UlarPart 15Endah dan Lina kembali ke rumah saat hari sudah beranjak sore. Perjalanan ke kota sungguh menyita waktu seharian.“Mbak Lina gak apa-apa nemami aku sampai seharian begini?” Endah meletakan segelas jus di depan tetangganya yang baik itu. “Apa suaminya nggak marah dan nggak nyariin?”Lina tersenyum lalu menjawab, “Suamiku kerja di luar kota, pulangnya sebulan sekali. Anakku ada tiga, yang pertama sudah menikah dan ikut suaminya. Yang nomor 2 kuliah di kota sebelah, dan yang nomor 3 masuk pesantren. Aku tinggal berdua sama asisten rumah tangga saja.”“Oh begitu.” Endah memasukkan Manu ke dalam roda dan mengajarinya untuk berjalan menggunakan kaki, tapi Manu malah tak bereaksi, ia hanya diam saja dan tak mau menggerakkan kakinya.“Eh, Mbak Endah, Dokter yang tadi itu ... kayaknya Dokter Gibran tetangga sebelah rumah Mbak Endah deh. Aku itu tahu dia dokter di ruma
#Melahirkan_Anak_UlarPart 16“Hay, sedang apa?” sapa pria dengan setelan kemeja putih dan celana hitam itu, kedua lesung pipi menghiasi senyumnya.Jantung Endah langsung berpacu cepat, ia membenci hatinya yang begitu mudah goyah jika bertemu pria tampan, padahal udah tua juga dan bukan saatnya lagi untuk berbunga-bunga jika ketemu mantan. Gibran dan Almarhum Jaylani memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu sama-sama mempunyai lesung pipi namun sifat keduanya sungguh bertolak belakang. Mendiang papanya Anjani orang yang serius dan jarang tersenyum, dia juga pendiam, berbeda dengan Gibran yang suka bercanda namun tak berani menyatakan cinta. Itulah sebabnya PDKT sampai dua tahun lamanya. Dia mengutarakan isi hatinya juga karena dipaksa Endah yang tak digantung dalam hubungan tanpa nama.“Hey, kok bengong?” Dokter Gibran menggerakkan tangannya di hadapan Endah.“Eh, maaf .... “ Endah merasakan wajahnya memanas.&
#Melahirkan_Anak_UlarPart 17Malam ini, dengan perasaan tak tenang, Endah memaksakan matanya untuk tertidur. Besok ia akan berencana untuk menghubungi Lucky kembali atau juga dia akan pulang sebentar, walau ia belum berkeinginan untuk benaran pulang.“Mas, semoga kamu tetap baik-baik saja walau tanpa aku dan Manu.” Endah membatin sambil menarik selimut lalu memejamkan mata.Saat adzan subuh sudah berkumandang, Endah langsung membuka mata dan akan menunaikan sholat subuh. Akhir-akhir ini, ia sudah mulai menjalankan sholat lima waktu dan mulai mengaji walau dengan sambil melirik tulisan latin sebab ia tak mampu mengingat hurup hijaiyah yang kadang selalu ia lupakan karena daya ingat yang semakin merosot.Setelah selesai sholat subuh, Endah mengambil Al-Qur’an juga buku tuntunan doa yang kemarin ia beli sambil duduk di samping Baby Manu yang masih tertidur. Dipandangnya sang putra lalu tersenyum tipis. Ia mulai melantunkan Sur