Hamil di Malam Pertama
Bab 53 : Harus Tegar
“Bagaimana pun caranya saya mau mendapatkan hukuman yang seringan-ringannya! Saya akan membayarmu berapa pun, dan andai kamu bisa membuat saya lepas daru jerat hukum ini, itu lebih bagus lagi!” Willy menatap tajam sang pengacara berambut jarang itu.
“Tenang saja, Pak Willy, saya akan mengusahakan semampunya tapi untuk bebas dari segala tuntutan ... itu sangat tidak mungkin, yang saya hanya bisa membuat hukuman menjadi lebih ringan saja,” jawab Sang Pengacara.
“Baiklah, lakukan semuanya dengan baik! Masalah uang, itu tak masalah.” Willy menggenggam jemarinya, ia jadi sakit hati dengan Vaulin yang telah menjebaknya sehingga membuatnya mengakui semua ini. Ia akan membuat perhitungan nanti, apalagi putrinya ada
Hamil di Malam PertamaBab 54 : Masalah BertubiZaki dibawa para nelayan itu ke kampung mereka dulu, sambil mencarikan info untuk bisa pulang ke Kota xxx, kota kelahirannya, di mana anak dan istrinya berada. Ia menarik napas lega saat sudah tiba di kampung yang sedikit lebih maju dari Pulau yang dihuni Neha dan Pak Kadir, sebab ia melihat ada beberapa tower di sana, berarti di sini ada sinyal ponsel.“Pak, apakah di kampung ini ada sinyal ponsel?” tanya Zaki saat sudah tiba di salah satu rumah nelayan yang mau menampungnya sekarang.“Ada, Nak, pakai ponsel saya saja kalau mau menelepon keluarganya. Nomornya ingat, gak?” Pria yang mengaku bernama Pak Amir, pria paruh baya sang pemilik kapal tadi memberikan ponsel jadulnya kepada Zaki.
Hamil di Malam PertamaBab 55 : Ditinggalkan“Jadi, kita akan meninggalkan Yuta sendirian di sini, Pa?” Utama menghembuskan napas berat.“Tiga pengacara sudah cukup untuk mengurusnya di sini, kita tak perlu ikut andil lagi. Dia sudah dewasa, jadi ... biarkan dia sendiri yang menanggung akibat dari kelakuan tak punya otaknya itu!” bentak Aulian masih dengan emosi yang meluap-luap.Aulian beranjak menuju kamarnya, sedangkan Utami masih berdiri mematung di dekat putranya. Ia dilema saat ini, antara mengikuti suaminya atau tetap bersama putranya.“Utami, kalau kamu mau tetap tinggal di sini, maka aku akan berangkat seorang diri saja!” ujar Aulian sambil membalikkan badan, melihat raut bimbang di wajah istrinya i
Hamil di Malam PertamaBab 56 : Kembali“Permisi, kami dari tim basarnas ingin mencari korban pesawat Lion JT-007 yang kemarin ada menelepon dari wilayah ini.” Tedengar suara rombongan tim basarnas di depan rumah Pak Amir, nelayan yang menampung Zaki sudah beberapa hari ini.“Ya.” Istri Pak Amir melangkah ke depan pintu.Zaki yang saat itu sedang berada di belakang rumah, langsung ikutan keluar.“Zaki!” teriak Malik senang saat melihat anak angkatnya itu.“Papa!” Zaki tersenyum haru saat melihat pria yang paling berjasa dalam hidupnya itu berdiri diantara tim berpakaian serba orange itu.“Nak, alhamdulilla
Hamil di Malam PertamaBab 57 : Makan CintaTiba-tiba, terdengar suara yang keluar dari perut Zaki."Kak, itu bunyi perutmu? Lapar kok nggak bilang-bilang sih?" Vaulin menahan tawa."Kirain bisa kenyang makan cinta, nyatanya masih lapar aja .... " Zaki tertawa kecil sambil memegangi perutnya."Ayo, Kak, kita makan dulu! Habis itu istirahat. Oh iya, udah ketemu Fatin belum?" Vaulin menggandeng Zaki menuju pintu."Hmm ... Fatihah, Dek, bukan Fatin!" bantah Zaki."Fatin aja deh, enak nyebutnya!" sanga Vaulin."Enak aja ngubah-ngubah nama putrinya kakak!""Isshh ... makanya ngas
Hamil di Malam PertamaBab 58 : Kangen-kangenanZaki langsung merentangkan tangannya saat Vaulin membalikkan badannya hendak berbaring dengan posisi di tengah-tengah. Fatihah di samping kanan, sedangkan Zaki di samping kirinya."Kakak kangen banget sama kamu, Dek." Zaki langsung meraih Vaulin ke dalam pelukannya."Sama, Kak, aku juga kangen banget sama kamu." Vaulin membenamkan kepalanya di dada suaminya, hatinya begitu terharu sehingga air mata langsung meluncur begitu saja.Zaki mendaratkan kecupannya di dahi Vaulin dan langsung mengangkat wajah istrinya itu saat mendengar isakan pelan."Kok malah nangis lagi?" Zaki menghapus air mata di wajah istrinya."Air mata bahagia ini, Kak, terharu banget ... akhirnya bisa memelukmu lagi .... " jawab Vaulin."Udah ah, jangan nangis gitu! Ayo, tidur!" Zaki membalikan tubuh Vaulin untuk menghadap ke arah Fatihah yang sudah tertidur pulas dengan memeluk boneka hello kitty hadiah dari Will
Hamil di Malam PertamaBab 59 : Sah!Hari pernikahan pun tiba juga. Kali ini tak hanya ada Pak Penghulu dan dua saksi saja yang hadir, tapi semua tetangga, kerabat juga rekan bisnis. Malik dan Della tak merasa malu lagi atas cibiran para tetangga, lagipula Vaulin dan Zaki juga hanya saudara angkat yang memiliki ikatan darah, jadi sah-sah saja untuk menikah.Acara ijab kabul berlangsung khidmat, acara resepsi juga berlangsung meriah. Semua anggota kelurga bersuka cita dan mendoakan untuk kelanggengan pernikahan Vaulin dan Zaki."Zaki, Vaulin, ini kunci kamar hotel kalian. Dan ini tiket pesawat untuk besok, nanti langsung berangkat saja," ujar Malik saat acara resepsi sudah selesai."Ahhaaa ... yahyahh ... Bun ... bun .... " oceh Fatihah di gend
Hamil di Malam PertamaBab 60 : Malam Pertama“Kena!” Vaulin menyentuh tangan kakaknya dan segera berlari masuk ke kamar.“Jahil banget sih, Dek!” Zaki menghembuskan napas kesal.Terdengar tawa puas dari arah kamar mandi. Zaki melengos lalu tersenyum atas ulah nakal istrinya itu kemudian melangkah menuju lemari untuk mencari pakaian. Mau tak mau, ia harus menunggu istrinya selesai mandi, barulah ia wudhu kembali.Beberapa saat kemudian, kedua sudah selesai melaksanakan sholat subuh berjamaah. Vaulin mengulurkan tangannya ke arah sang suami.“Semoga jadi istri sholeha, dan Bunda yang baik untuk anak-anak kita.” Zaki mengecup dahi istrinya
Hamil di Malam PertamaBab 61 : HukumanHmm ... pasti ketinggalan pesawat ini, gara-gara keasyikan bermalam pertama?” Della menahan tawa.Zaki menahan malu karena ledekan sang mertua.“Kangen Fatihah, Ma, makanya kita putuskan untuk bulan madu di rumah saja,” jawab Zaki sambil memindahkan Fatihah ke dalam gendongannya dan melangkah meninggalkan dua mertuanya.“Kak, tungguin!” Vaulin mengejar suami dan anaknya.Della dan Malik hanya bisa geleng-geleng kepala saja dengan tingkah anak dan menantunya itu. Keduanya saling lirik dan melangkah masuk pula.“Fatihah udah bobo, Dek?” tanya Zaki saat istrinya itu sudah naik ke atas tempat tidur.