Hanna dan Bintang tengah berjalan bersisian. Rencananya, mereka juga mau pergi ke kantin. Setelah menyelesaikan dua mata pelajaran yang lumayan menguras otak, kini kedua gadis itu membutuhkan asupan yang bergizi. Setidaknya, dengan begitu, otak mereka akan kembali segar ketika menempuh tiga pelajaran lainnya yang akan berlangsung sehabis istirahat nanti.
"Eh, Han, sebentar deh!" tahan Bintang menghentikan langkah Hanna tiba-tiba.
Sontak, yang ditahan pun menoleh ke sisi kirinya, "Apaan sih, Bin?"
"Itu...." Telunjuk Bintang mengarah lurus ke satu titik, "Itu Kak Dev, kan?" lirik Bintang tanpa menurunkan telunjuknya.
Lantas, pandangan Hanna pun ikut tertarik pada fokus yang Bint
Dev bersembunyi di balik tembok putih, perhatiannya tidak dapat dialihkan sedikit pun dari dua orang yang kini tengah bercanda tawa tak kenal tempat. Sudah hampir setengah jam, ia merelakan kakinya kesemutan saking lamanya berdiri terus di tempat persembunyiannya hanya demi agar ia bisa mengintip apa-apa saja yang Hanna dan sosok cowok asing itu lakukan di kedai bakmie sana. "Bos!" panggil Panca sekaligus menepuk pundak Dev yang langsung terkejut.Si pemilik pundak pun lantas menoleh sambil menatap kesal, "Lo ini, bisa gak sih gak sambil kagetin gue kayak gitu?" omel Dev tanpa ragu.Panca pun hanya tercengir sembari menggumamkan kata 'maaf' di tengah kegiatan ia mengusap tengkuknya asal."Gimana? Lo dapet info apa dari tukang bakmie di sana?""Gak dapat info apapun, Bos. Dia malah bilang, kalo berani ya datengin aja langsung orangnya. Jangan malah nanya-nanya kayak wartawan, gak tau apa
"DEVANO ABRAHAM, KELUAR LO!"Si pemilik nama yang awalnya sedang duduk bersantai di atas ranjang sambil bermain game online di ponselnya spontan beranjak begitu saja ketika sebuah teriakan menggelegar memanggil namanya dari arah bawah sana.Mengernyit bingung, cowok berpakaian santai serba pendek itu lantas melangkahkan kedua kaki telanjangnya memasuki balkon.Hal pertama yang ia lihat saat pandangannya tertuju ke bawah adalah, Milo beserta genknya, kini sedang berada di depan gerbang rumahnya entah ada urusan apa."Kak Deva, Kak,"Perhatian Dev teralih ke arah pintu kamarnya yang sudah dibuka sang adik. Tak lama kemudian, Zola berlari kecil menghampiri cowok itu dengan raut panik bercampur bingung."Ada apa, Dek?" tanya Dev menatap adiknya.Zola memutar bola matanya sejenak, "Seharusnya aku yang nanya sama Kakak. Kak Deva bikin ulah apa lag
"Jangan rindu, berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja,"Hanna menghela napasnya ketika melihat cuplikan movie berjudul Dilan 1990 yang tidak lama lagi akan tayang di bioskop. Dia bergeleng kepala, tidak habis pikir dengan teori yang diucapkan Dilan.Memangnya iya ya kalau rindu itu berat? Padahal, ada yang jauh lebih berat dibanding rindu. Yaitu, membuktikan janji yang sudah diikrarkan pada seseorang karena sudah menjalani segala tantangannya.Mengingat itu, Hanna jadi merasa dongkol setengah mati."Arght!" erang Hanna sambil mematikan televisi dan menyimpan remotenya ke atas meja.Wajahnya terlihat begitu masam sekarang. Lalu, Hanna pun membaringkan tubuh pendeknya di sofa panjang yang sejak tadi didudukinya."So, what? Ini hari terakhir gue ngejalanin tantangan yang lo kasih. Dan lo lihat sendiri, kan? I did it, Mrs Dev
"Jadi, yang tadi itu keluarga gebetan gak jadi lo?" Hanna melirik tajam saat pertanyaan itu tercetus dari mulut cowok menyebalkan yang sejak tadi berjalan di samping kirinya. Tapi yang dilirik, malah terkekeh geli sambil sesekali melayangkan tatapannya ke atas langit. "Kasihan, dia pasti langsung jauhin lo selepas lihat adegan romantis kita tempo hari," ujar Dev mengerling jahil, membuat Hanna langsung memalingkan wajahnya ke arah lain dengan muka yang memerah. Warna merah di kedua pipinya, bukan disebabkan oleh rasa tersipu malu atau tersanjung akan lontaran kalimat yang berasal dari mulut Dev. Tapi, Hanna menahan emosinya ketika harus diingatkan kembali dengan momen yang tak diharapkannya itu. "Sabar ya, Mrs Devil. Mungkin, Tuhan gak mau lo berjodoh sama dia. Jadi, Tuhan ngutus gue deh buat pisahin lo sama si cowok wayang itu," celetuk Dev kembali, kali ini menarik perhatian
Zaman sekarang, pernikahan itu tidak memandang usia ya? Buktinya, banyak pasangan di bawah umur yang sudah dinikahkan orangtuanya secara terang-terangan. Demi Tuhan, ini adalah fakta mencengangkan yang membuat Hanna tidak bisa tidur sampai dini hari begini."Dunia ini udah mulai pikun, ya? Kok belum punya KTP udah maen nikah aja," gumam Hanna kritis.Gadis itu meremas rambutnya hingga tak berbentuk.Semenjak pulang dari rumah Bintang yang juga ternyata rumah orangtua Adam--antek-anteknya bandit Bimantara--tidak sedikit pun Hanna bisa menghilangkan perasaan terkejut serta rasa tak percayanya.Seorang Bintang Galiandra yang semula Hanna anggap sebagai gadis berwajah lugu, ternyata tanpa diduga, dia sudah menyandang status istri dari Adam Sinclair yang notabene dikenal sebagai kakak kelasnya di sekolahan.Bagaimana bisa? Maksudnya, apa pernikahan di usia yang belum seharusnya itu dianggap sah
Si kembar duduk berseberangan di antara meja makan yang hanya diisi dengan sendok dan garpu, menunggu kakak perempuannya yang masih sibuk berkutat di dapur membuatkan nasi goreng andalan untuk makan siang mereka.Kebetulan Milo belum pulang, jadi Hanna hanya membuat tiga piring nasi goreng bercampur toping sosis kesukaan si kembar Bara-Barie."Kak HanHan, nasi gorengnya udah jadi belum? Bara udah laper banget nih," seru Bara tak sabar."Sebentar ya, nasi gorengnya lagi Kakak pindahin ke piring dulu," sahut Hanna dari dapur."Punya Bara agak banyakan ya, Kak. Kenyangnya biar awet sampe malam...." celetuk Bara teramat polos.Dari dapur, Hanna tergelak. Bara itu sangat lucu, sering sekali membuat Hanna terhibur dengan lontaran polos nan menggemaskannya.Setelah tiga piring terisi nasi goreng yang Hanna alihkan dari wajan, gadis itu pun memindahkan ketiga piringnya ke atas nam
Hanna berlari dari kejaran tiga cowok berseragam putih merah kotak-kotak. Kondisinya sudah tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Hanna butuh tempat bersembunyi. Gadis itu nyaris kehabisan tenaga setelah melawan tiga orang yang menyerangnya tiba-tiba.Seakan mimpi mendapatkan lemparan granat dadakan, tahu-tahu Hanna dikepung oleh tiga cowok asing saat sedang menunggu taksi di ujung komplek perumahannya. Salahkan Milo yang selalu berangkat lebih awal dan orang tuanya yang memiliki kantor tak sejalur dengan sekolahan barunya. Hanna jadi harus menggunakan jasa taksi demi mencapai ke sekolahnya.Dan si tiga cowok asing itu, bukannya diawali dengan tegur sapa baik-baik, Hanna justru langsung dipaksa untuk ikut mereka. Tidak terima atas perlakuannya, Hanna melawan dan terjadilah perkelahian sengit satu lawan tiga. Kebetulan, Hanna butuh pelampiasan untuk meluapkan sakit hatinya pasca mengetahui Arjuna memiliki--entah pacar atau gebetan baru. Tapi
Diego Malik Pranaja, cowok bertubuh jangkung yang rela mengubah karakteristiknya hanya demi untuk membalaskan dendam pada sosok yang selalu mengganggunya di masa lalu.Siapa lagi kalau bukan Dev? Hanya dialah yang berani mengolok bahkan mempermalukan Diego di depan semua orang. Kejadian itu memang sudah berlalu lama, akan tetapi, bayangan itu seakan masih tercetak jelas dalam ingatannya."Lihat! Si cupu datang!" seru seseorang memberitahu.Tentu saja hal itu menarik Dev keluar dari sarangnya, menelengkan pandangan ke arah si cupu, Dev bergegas mengajak dua kawannya untuk menghampiri teman sekelasnya yang berkacamata tebal itu. "Heh cupu! Tumben lo baru dateng? Biasanya sebelum gue masuk kelas lo udah stand by aja di sudut kelas. Kesiangan, huh?" tegur Dev sesampainya di depan si cupu Diego.Cowok itu menunduk takut, ingin sekali menghindar tapi terasa sulit dilak