Hantaran Diminta Kembali Rizal memasuki kamar dengan wajah kesal. Hampir saja ia dan Lila menahan malu jika salah kostum saat mengikuti pesta kebun. Rizal sudah bisa membayangkan nyinyiran orang-orang pada mereka. Apalagi Selvi dan gang-nya ada di tempat itu. Rizal mungkin bisa saja santai, tapi ia tidak tahu bagaimana reaksi Lila nanti. Rizal begitu marah kenapa hanya ia yang tidak tahu tentang perubahan dress code itu diganti dengan tema lain. Kenapa tak ada yang memberitahu? Meskipun ada panitia dan koordinator pelaksana, mereka tetap akan berdiskusi pada Rizal untuk mencapai keputusan final. Kali ini di luar kebiasaan mereka. Rizal yakin ini cara seseorang yang ingin membuat ia dan Lila malu di depan umum. "Ayo, kita ganti baju!" ucap Lila.Wanita itu masih terlihat tenang mengulurkan satu stel baju kepada Rizal. "Kita tidak akan datang!" sahut Rizal tegas seraya melepas jasnya dan menggantung di kapstok. "Tapi, Mas, ini acara kantor. Acara ramah tamah dan-""Bukan acara
Hantaran Diminta Kembali"Karena ini ajang pertemuan keluarga, jadi saya ingin memperkenalkan Lila, istri saya, semoga kalian menerima Lila menjadi keluarga baru kita dan mendoakan yang baik untuk kami," ucap Rizal sambil menatap Lila. Rizal menatap wanita di hadapannya itu lekat. Lila hanya tersenyum manis. Semua orang yang menyaksikan ikut tersenyum, merasa ikut bahagia dan tak sedikit yang merasa iri. Sedangkan sebagian yang lain merasa heran. Mereka ada yang tidak mengerti kapan pernikahan terjadi, ada yang heran kenapa sampai Rizal bercerai dengan Selvi dan menikahi Lila, istrinya yang baru. Suara-suara itu menjadi bisik-bisik riuh rendah seperti dengungan lebah. Beberapa orang melirik ke arah Selvi. Sementara wanita itu berusaha bersikap wajar, meski mimik tegang di wajahnya tetap tak bisa disembunyikan.Dengan mantap dan tenang, Rizal mengumumkan wanita yang kini mendampinginya. Terlihat pria itu dengan bangga menggandeng wanita yang disebut sebagai isterinya itu. Tatapan
Hantaran Diminta Kembali"Sudah, aku enggak apa-apa!" ucap Lila sambil mengambil handuk yang dibawa Rizal. Rizal merebut balik, dan menyusut air yang membasahi wajah istrinya."Diamlah, aku akan membantumu!"kata Rizal sambil menyusut air kepala Lila. Ia juga membantu melepas cardigan basah itu. Pria itu fokus pada satu orang."Aku akan ke kamar mandi!"sahut Lila sambil berdiri. Lututnya terasa lemas karena menggigil. "Sudah, di sini saja, biar aku yang membantu," cegah Rizal sambil berdiri. Sedikit canggung Lila melepas satu persatu bajunya. Sesekali ia melirik pria yang terus menatapnya itu. Bukan tatapan yang bernafsu, tapi tatapan iba dan cemas. Apakah Rizal mengkhawatirkannya? Lila mulai mengenakan bathrope tebal itu. "Apa mereka mengganggumu?" tanya Rizal sambil menyimpulkan tali bathrope Lila."Aku tidak tahu!"jawab Lila singkat. Rizal menggamit lengannya dan mengajaknya ke tempat tidur. "Tidak usah ditutupi, siapa yang mendorongmu?"tanya Rizal sambil menyelimuti tubuh
Hantaran Diminta Kembali Sari sibuk mengemasi pakaian ke dalam kopernya. Tangannya sibuk mengemas pakaiannya dengan kasar.Sementara Dimas masih sibuk dengan ponselnya. Beberapa kali Sari melirik suaminya itu dengan tatapan penuh kemarahan.Peristiwa semalam masih terbayang di pelupuk matanya. Ia menyaksikan bagaimana Dimas dengan wajah panik berlari ke kolam dan menceburkan diri ke air dingin itu hanya demi menolong Lila. Sari melirik ketika mendengar suara helaan nafas berat Dimas. "Ponselku tidak bisa digunakan!" keluh Dimas sambil berdecak. Merasa sayang karena banyak file penting dalam ponsel itu. "Salah sendiri!" rutuk Sari kesal. "Ngapain kamu sok jadi pahlawan, nolongin mantan kamu itu!"seru Sari ketus. Dimas menatap Sari kesal. "Tentu aku menolongnya karena aku bisa dapat perkara karena ulah kamu mencelakkan istri bos!" seru Dimas marah.Sari terhenyak, ia tidak menyangka Dimas malah memarahinya. Kesabarannya sudah habis. Sari tak berhenti membuat ulah."Kamu me
Hantaran Diminta Kembali Lila keluar dari kamar ketika melihat Yuda juga keluar dari ruang kerja Rizal. Lila segera mengikuti langkah Yuda. "Kenapa, Non?" tanya Yuda tanpa menoleh ke arah majikannya. "Kau pasti tahu kenapa Pak Rizal berubah begitu?" tanya Lila langsung pada intinya. "Bapak kenapa?" sahut Yuda pelan. Kini ia menuruni tangga dan Lila mengikutinya. "Bosmu jadi pendiam, murung dan tak banyak berulah sejak dari acara liburan kemarin," sahut Lila cepat. "Family gathering?" sahut Yuda balik bertanya."Yah, apalah itu," jawab Lila cepat. "Anda istrinya, seharusnya anda lebih paham!" Yuda berkata tanpa bermaksud menyudutkan Lila. Lila mendengkus kesal. Ia dongkol setengah mati melihat reaksi datar yang ditunjukkan Yuda. "Daripada sibuk mencari penyebabnya, sebaiknya Non cari solusinya!"ucap Yuda ringan. Membuat Lila makin kesal sambil menatap Yuda yang terlihat santai itu. Ia rasanya begitu ingin memukul Yuda karena kesalnya. Namun Yuda malah beranjak meningga
Hantaran Diminta Kembali Lila mengambil piring di hadapan Rizal dan mengisinya dengan nasi. Tumben pria itu hanya diam saja, biasanya ia akan menolak dan mengambil sendiri makanannya. Lila menaruh sepotong rendang daging di atasnya. "Mau gulai ayam?" tanya Lila sambil melirik Rizal. "Boleh," jawab Rizal singkat. Ponsel itu tak juga lepas dari tangannya. Lila meletakkan piring di hadapan Rizal lengkap dengan garpu dan sendoknya. Kini Lila sibuk mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Lila mulai sibuk makan, ia melirik Rizal yang mengabaikan makan malamnya, sementara ponsel tetap di tangannya. "Makanlah dulu, taruh ponselnya!" ucap Lila pelan, ia menatap suaminya itu dengan lelah. Rizal tak menyahuti atau menarut perkataan Lila. Pria itu masih sibuk dengan ponselnya. "Makan dulu, Mas!" ucap Lila pelan. Lila meraih ponsel dari tangan Rizal. "Kamu apa-apan, sih!" seru Rizal marah, Matanya nyalang menatap Lila. "Sebaiknya kita tidak sibuk dengan ponsel saat makan," sar
Hantaran Diminta Kembali Lila dengan ragu mengetuk pintu ruang kerja Rizal. Tak ada sahutan. Ragu-ragu Lila membuka pintu itu. Lila menguak lebar pintu dan ia mengamati ruang luas itu. Tak ada seorangpun di sana. Lila menghela nafas berat. Padahal ia sudah bermaksud mengalah, ia ingin mengajak bicara Rizal agar kebekuan di antara mereka tidak berlarut-larut. Nyatanya pria itu malah pergi tanpa pamit. Entah pergi kemana? Mencari hiburan di luar sana atau kembali mengunjungi mantan istrinya itu. Lila melangkah cepat menuju kamarnya. Masuk ke dalam kamar dan menutup pintu rapat. LiIa merasa tak dianggap lagi di rumah itu. Hanya karena Selvi, justru ia yang mendapatkan amarah dan imbasnya. Lila menyesal, mengapa Rizal justru menumpahkan kekesalannya pada Lila. Ia salah apa?Bukankah Selvi yang seharusnya mendapatkan hukuman dari pria itu? Lila merasa disepelekan."Kau mau dianggap jadi apa Lila? Jadi ratu di rumah ini?" gumam Lila pada dirinya sendiri. "Ratu apa? Bahkan k
Hantaran Diminta Kembali Rizal masih menatap foto Lila diponsel itu. Satu-satunya foto Lila sendiri. Ada beberapa foto dirinya dan Lila di kebun teh itu. Foto dengan pose yang biasa saja. Rizal terkejut ketika men-scrol foto di album dari aplikasi hijau. Banyak sekali foto lama Rizal dan Selvi di ponsel Lila. "Selvi mengirim banyak fotoku dan Selvi pada Lila,"Cerita Rizal pada Yuda. "Pasti foto mesra, ya, pak!" sahut Yuda lagi. Kebanyakan foto mesra, berangkulan, saling memeluk, bahkan ada beberapa foto Rizal sedang mencium pipi Selvi. Foto yang berbeda dengan foto Rizal dan Lila di kebun itu. Foto yang terkesan kaku, tanpa ekspresi. Sementara ekspresi Lila banyak yang menunjukkan senyum manisnya. Berbanding terbalik dengan pria yang berdiri di sisinya. "Yulia! Lila punya teman yang bekerja di butik," seru Rizal tiba-tiba ingat sosok gadis mungil itu dan Rizal segera menelponnya. "Ya?!" Terdengar suara ragu gadis itu. "Aku Rizal, suami Lila," Rizal memperkenalkan diri