Tiga hari waktu yang sangat cepat untuk Audy lalui. Audy tidak menyangka dia harus benar-benar menikah dengan Gerlad. Sepertinya semua ini sudah terencana dengan sangat matang. Dengan waktu tiga hari semua sudah siap, meskipun pernikahan dilakukan dikediaman Purnama.
Audy menarik nafas dalam-dalam, ia menatap dirinya dalam pantulan cermin. Riasan tebal penuh make up telah menyatu sempurna dengan wajah bundarnya. Tak lupa pula gaun putih bertabur kristal telah Ia kenakan. Ini adalah gaun kedua yang ia pakai setelah gaun pertama untuk acara akad.
Beberapa jam lagi acara resepsi akan segera dimulai. Sambil ditata riasannya, ia mengenang kembali bagaimana dia telah sah menjadi Nyonya Purnama. Hatinya berdebar saat untuk pertama kali Gerald menyentuhnya.
"Audy, apa kamu sudah siap? Acara sudah akan dimulai." Ucap Della memberi tahu. Ada rasa getiran aneh dihatinya, bagaimana mungkin? anak angkatnya sekarang sudah menikah dengan mantannya bahkan sempat akan menjadi suami
Gerald yang Sudah sampai didepan pintu kamarnya mengisyaratkan agar Audy membuka pintu. Bukannya Gerald tidak ingin menurunkan Audy, tapi karena kedua keluarga itu masih melihat mereka hingga sampai dikamar.Gerald membawa tubuh Audy masuk kedalam kamar, terlihat disana ranjang king zize yang sudah dihias dengan bunga mawar berbetuk love. Tak lupa mereka juga memberikan aroma terapi dalam ruangan tersebut.Gerald merebahkan tubuh Audy dengan sangat lembut. Ditatapnya manik Audy yang masih menatapnya karena Gerald tak kunjung melepaskan pegangannya.Kedua mata mereka saling beradu pandang, hal ini sukses membuat jantung Audy berdetak keras.Gerald semakin mendekatkan dirinya diatas tubuh Audy hingga tak berjarak walau sesenti. Dirinya bahkan perlahan menindih tubuh itu dengan sedikit tekanan."Yak, Gerald apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Audy memalingkan wajahnya saat Gerald hampir saja mendaratkan ciuman dibibirnya.&
Mommy Mika memandang koper yang sudah tersusun rapi. Setelah membantu membereskan baju, kini waktunya mommy Mika melepaskan Audy. Untuk orang tua Audy, mereka sudah pulang setelah sarapan pagi selesai, karena Hendra ada meeting mendadak."Ger, kalian tinggal saja disini ya?" Rengek mommy Mika tiba-tiba tidak ikhlas Gerald dan Audy pergi. Ia memegang lengan Audy erat, seolah takut kehilangan."Bukannya Mommy tadi sudah setuju?""Iya, tapi setelah seharian bersama Audy, Mommy jadi tidak ingin berpisah dengannya.""Astaga Mom. Bukankah dulu Mommy juga biasa saja saat belum mengenal Audy? kenapa sekarang jadi manja sekali dengannya?""Bersama Audy membuat Mommy merasakan punya anak perempuan. Apalagi Audy gadis yang menyenangkan, Mommy menjadi tak kesepian.""Sudahlah Mom. Biarkan mereka pergi!" Sahut Robert menengahi."Iya, mom. Nantikan Audy bisa maen kesini atau gak Mommy yang kesana. Lagian
Pagi hari kembali menyapa, pagi kedua untuk Audy setelah sah menjadi nyonya Purnama.Audy bangun terlebih dahulu dibandingkan dengan Gerald, matanya masih mengantuk badannya terasa remuk padam, karena tidur di lantai untuk dua malam ini.Matahari malu-malu menampakkan sinarnya dari ufuk timur, Audy memaksakan tubuhnya untuk beranjak, melipat kembali badcover dan selimut yang menjadi tumpukan tidurnya semalam. Malas, iya itu yang dirasakan Audy. Namun, Audy memaksakan diri mencuci muka lalu akan melakukan rutinitas paginya menjalankan kewajibannya sebagai istri yang baik."Ck, kau bilang akan menjadikan ku pembantu. Tanpa kau minta aku akan menjalankan, hanya saja aku belum bisa menerima ucapan mu secara terang-terangan." Gumam Audy menatap tubuh lelaki yang masih tertidur pulas di atas ranjang yang empuk dengan berbalut selimut menutupi tubuhnya.Bagi Audy, meskipun menikah karena terpaksa dan harus terlibat dalam perjanjian
Sejak dari supermarket hingga kini perjalanan pulang, Audy masih diam seribu bahasa. Ia merasa, jika berbicara dengan Gerald hanya akan membuang tenaganya. Karena sudah bisa dipastikan, akhir dari pembicaraan itu adalah sebuah perdebatan yang akan menambah luka di hatinya.Begitu tiba di rumah Audy langsung menuju dapur untuk menata bahan belanjaannya. Gerald terus mengikuti langkah Audy, mengamati bagaimana cekatannya wanita itu dalam memindahkan bahan - bahan makanan ke dalam kulkas. Gerald nampak kagum, wanita yang selalu dikatain sebagai gadis manja itu ternyata bisa melakukan hal seperti ini!"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Audy yang menangkap basah Gerald sedang memandanginya."Aku melihat belanjaan yang sudah kita beli, dan memastikan tidak ada yang terlewat. Lagi pula aku juga ingin memasak."Suasana di dapur semakin menjadi kian memanas. Keduanya tak ada yang mau mengalah.Audy meninggalkan
Tring ... Tring .... TringAudy dibuat kelabakan dengan suara alarm itu. Suara alarm yang sengaja ia pasang karena tidak ingin kesiangan. Namun, karena Gerald terus saja mengoceh tidak ada hentinya dan membuat ia susah tidur. Terpaksa ia menggunakan handset.Audy teringat kembali tindakan konyolnya semalam, ia baru saja melanggar perjanjian yang tidak akan ikut campur masalah masing-masing."Kau mau kemana malam-malam seperti ini?" t1anya Audy yang melihat Gerald sudah rapi dan terlihat sangat tampan seperti biasanya."Bukan urusanmu.""Baiklah, pergi sana. Aku bisa tidur nyenyak malam ini. Pulanglah hingga pagi menjelang." Ujar Audy sambil merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk dua hari tidur dilantai, membuat badannya terasa ngilu."Tanpa kau suruh akan kulakukan. Melihat ibu hamil yang satu itu akan membuat mood booster ku kembali normal." Ucap Gerald dengan penuh semangat, ia mengambil kunci mobilnya dan sudah siap untuk pergi.
Gerald baru saja keluar dari kamar mandi, dia terkejut dengan pemandangan yang ada didepannya. Pandangan Gerald langsung fokus pada Audy yang sudah mengenakan baju kerja, ia memakai kemeja dengan setelan celana katun panjang yang membentuk kaki jenjang wanita itu. Sungguh, Audy terlihat lebih cantik dengan fashion seperti itu, ia menunjukkan jika wanita itu benar-benar wanita Karir yang tegas dengan pembawaannya."Gerald, buruan mandinya sudah siang ini." Teriak Audy lalu memiringkan badannya sekitar 90 derajat menatap Gerald yang masih mematung didepan pintu kamar mandi. "Aku tunggu dibawah. Ayo, sarapan." Ujar Audy saat tidak ada jawaban dari Gerald. Ia langsung turun kebawah menuju meja makan.Audy menyajikan menu sarapan yang sudah ia masak sebelumnya. Tak lama Gerald pun turun. Audy mengambil sepiring nasi goreng untuk dirinya. Lantas memakan dengan lahap. Tidak peduli dengan tatapan Gerald yang seolah mengintimidasinya, Audy terus mengunyah dengan ten
Sementara itu Gerald yang sudah sampai di perusahaannya segera menanyakan jadwalnya pada sekertarisnya. "Jadi apa jadwal ku?""Nanti siang kita ada rapat dengan CEO perusahaan RH Grub. Selebihnya tidak ada jadwal.""Perusahaan RH grup?""Ya Presdir, mereka yang bertanggung jawab untuk bidang kontraktor dan penyedia bahan-bahannya, untuk pendirian mall baru kita.""Bagaimana dengan desain mall kita yang baru?""Untuk masalah itu, mommy Mika yang mengurusnya.""Baiklah, aku ingin kamu mempersiapkan semua. Buat perjanjian dengan sejelas-jelasnya, aku tidak ingin ada Kesalahan." Ujar Gerald pada pria yang terbilang lebih tua darinya, ia pun mengangguk hormat sebelum keluar dari kantornya."Apa ini takdir atau musibah untukmu Audy? Bersiaplah akan ku buat kau lebih menderita." Gumam Gerald, dengan pandangan penuh arti.🍁🍁🍁🍁🍁🍁Suasana kantor semakin memanas. Puluhan karyawan mulai dari office boy & gril hingga ja
Audy melirik punggung Gerald sekilas. Dari gesture tubuhnya saja bisa ditebak jika laki-laki itu berusaha menguping."Bagaimana Audy? apa kau keberatan?" ulang RakhaAudy cepat menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak. Suatu kehormatan bisa makan siang bersama dengan Anda." Jawab Audy mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Gerald.Rakha tertawa keras. "Ayolah, Audy. Jangan begitu. Bukankah kita sudah berteman sejak lama? ini terlalu berlebihan." Ucap Rakha santai. Meski dia adalah bos di perusahaan, Ia tetap menganggapnya sebagai teman bukan karyawan.Langkah Gerald terhenti. Ia tercengang mendengar kata teman lama yang dilontarkan Rakha. Seorang gadis manja dan polos bisa berteman dengan seseorang lelaki terlebih lelaki itu kaya? Bagaimana mungkin?."Jadi ini yang kau maksud untuk mengantri jadi kekasihmu?" Gerald tersenyum geli dalam hati. Ia masih ingat bagaimana bangganya Audy saat mengatakan banyak yang