Tak berbeda dengan pria itu, Laura pun sama terkejut. Sepasang mata biru wanita cantik tersebut seakan berbicara dan memberi isyarat, pada si pria yang tak lain adalah Lewis Bellingham.
“Bagaimana tadi?” tanya pria yang menjadi lawan bicara Lewis, berhubung perbincangan mereka harus terjeda karena kehadiran Laura yang menyuguhkan minuman.
Lewis tersadar. Dia yang awalnya menoleh mengikuti langkah kecil Laura kembali ke bar counter, terpaksa mengalihkan perhatian pada pria di hadapannya. “Ah, maaf,” ucap Lewis, diiringi senyum kikuk.
Pria yang menjadi lawan bicara Lewis tersenyum, seraya mengarahkan pandangan ke bar counter, di mana Laura tengah berdiri. “Wanita berambut pirang memang selalu terlihat menawan. Benar, kan?” candanya. Sebagai sesama
Laura memaksakan diri berjalan meniti undakan anak tangga, lalu masuk ke bangunan beberapa lantai yang menjadi tempatnya bernaung dalam beberapa hari terakhir. Meskipun tak kuat menahan pusing, tetapi dia tetap berusaha naik ke lantai dua. Setelah tiba di depan pintu flat yang ditempati Kenneth, wanita itu segera membuka kunci. Dia bergegas masuk, lalu mengempaskan tubuh ke sofa.Laura tak kuat berjalan sampai ke kamar. Dia bahkan tidak melepas mantel serta sepatu. Tas pun diletakkan begitu saja di lantai. Laura memejamkan mata, demi menghalau rasa pusing yang membuat kepalanya seperti berputar kencang. Tak berselang lama, wanita cantik itu tertidur tanpa meminum obat terlebih dulu.Beberapa jam berlalu. Kenneth telah kembali dari tempat kerja. Dia heran karena pintu flatnya dalam keadaan tidak terkunci. Kenneth langsung masuk. Pria tampan itu terke
Seseorang berperawakan tinggi tegap serta berpenampilan semi formal mendekat ke ambang pintu. Pria tampan rambut cokelat tembaga dengan raut wajah yang terlihat ramah itu berdiri di sebelah Nyonya Collins. Dia melihat ke dalam flat sederhana yang ditempati Kenneth. “Laura!” panggil pria yang tak lain adalah Lewis Bellingham.Laura terkejut bukan main, mendapati kolega bisnis sang suami ada di sana. Dia yang baru selesai minum obat, memaksakan bangkit dari tempat duduk. “Tuan Bellingham?” sebutnya pelan.Namun, seperti ada gelombang kuat yang menyampaikan suara pelan Laura ke telinga Lewis. “Syukurlah. Akhirnya aku menemukanmu.” Senyum kalem mengiringi tatapan penuh cinta yang dilayangkan Lewis terhadap Laura.Sementara Laura hanya berdiri terpaku dengan sorot tak
Laura terkejut bukan main mendengar ucapan Lewis yang begitu lugas. Dia tak pernah menyangka pria tampan tersebut berani menyuruhnya meninggalkan Christian. Laura tak segera memberikan jawaban. Dia hanya menatap lekat pengusaha berparas rupawan tersebut.“Apakah itu terlalu berat untukmu?” tanya Lewis, yang seakan memahami makna tatapan Laura. “Aku menawarkan sesuatu, lebih dari apa yang diberikan Christian padamu,” ucapnya serius.“Haruskah? Kenapa?” tanya Laura lirih.“Jawabannya karena kau berhak mendapat seseorang bisa menghargaimu.”“Dari mana kau tahu bahwa Christian tak pernah menghargaiku?”Lewis tersenyum simpul, lalu mengajak L
“Laura!” Lewis terkejut. Dia sigap menahan tubuh wanita itu agar tak jatuh ke lantai. Tanpa pikir panjang, Lewis membopong tubuh Laura. Membawanya ke kamar. Setelah tiba di sana, Lewis membaringkan di kasur.“Laura, sadarlah.” Lewis menepuk-nepuk pelan pipi wanita itu. Dia segera memanggil dan menyuruh Miranda agar menghubungi dokter pribadi, berhubung dirinya tengah berusaha menyadarkan Laura yang terus terpejam.“Dokter Wilson O’Neal akan segera kemari, Tuan,” lapor Miranda, setelah menghubungi dokter.“Bagus,” sahut Lewis tanpa menoleh, berhubung perhatiannya terus tertuju pada Laura. “Apa kau melihat ada yang aneh tadi?” tanya pengusaha tampan tersebut.“Tidak ada, Tuan. N
“Kenapa?”Lewis terdiam sejenak tanpa mengalihkan pandangan dari Laura yang tetap terlihat cantik, meskipun baru bangun tidur. Dia meraih tangan wanita berambut pirang itu, lalu menggenggamnya erat. “Jujur saja aku sangat terkejut dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dr. O’Neal. Aku bahkan memikirkan itu hingga larut malam dan hampir tidak bisa tidur. Namun, akhirnya satu keputusan didapat. Aku ingin kau tetap di sini. Bersamaku. Jangan kembali pada Christian, meskipun kau tengah mengandung darah dagingnya.”Laura tak percaya atas apa yang Lewis katakan. Dia belum terlalu lama mengenal pria itu. Namun, Lewis bersikap sangat berbeda dengan Christian.Sepasang mata biru Laura mulai berkaca-kaca, saat menatap pria tampan di hadapannya. “Sebegitu besarkah kau menginginkank
“Henry dipenjara?” Emma terbelalak tak percaya.Jamie hanya menanggapi dengan menaikkan sepasang alis, lalu kembali tersenyum mencibir. “Christian bergerak lebih cepat dariku. Entah bagaimana dia bisa dengan mudah menjebloskan pecundang itu ke penjara. Padahal, kekasihmu masih memiliki sisa utang padaku. Ck!” Jamie berlalu sambil menggerutu pelan.“Bukankah dia sudah mencicil utangnya?” Emma membalikkan badan, mengikuti gerak Jamie dengan tatapan. “Baru sebagian, Sayang. Masih ada sisa sekitar enam puluh persen lagi. Si bodoh itu lebih dulu menghilang. Saat kutemukan kembali jejaknya, dia tidak memiliki uang sepeser pun. Hidup kekasihmu benar-benar menyedihkan. Aku heran karena kau masih mengharapkannya.” Rona kecewa tergambar jelas di paras tampan J
Di saat Christian terus dilanda kegalauan, Laura justru merasa sebaliknya. Walaupun belum benar-benar menikmati kedekatannya dengan Lewis, tetapi dia berusaha menunjukkan rasa nyaman. Apalagi, Lewis bersikap sangat baik serta perhatian padanya.Usia kandungan Laura sudah menginjak lebih dari enam minggu. Untungnya tak seperti Chelsea, yang mengalami awal kehamilan dengan buruk. Laura terlihat baik-baik saja, meskipun tak jarang merasa mual dan lesu.“Ini adalah susu dengan harga paling tinggi di antara yang lain. Semoga tidak membuatmu muntah lagi,” ucap Lewis, seraya mengaduk susu khusus ibu hamil yang akan diberikan kepada Laura.“Sepertinya mual dan muntah biasa terjadi pada awal kehamilan,” ujar Laura menanggapi. Ingatan wanita itu tertuju pada Chelsea. Namun, dengan seg
Laura memejamkan mata, saat merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Namun, yang hadir di benak wanita cantik tersebut justru paras tampan Christian dan segala keintiman antara mereka berdua. Mungkin itulah yang membuatnya begitu menikmati adegan ciuman tadi.Lain halnya dengan Lewis. Selama beberapa waktu tinggal bersama Laura, baru kali ini membiarkan dirinya kehilangan kontrol. Dia seolah tak ingin menghentikan pertautan itu, padahal Laura harus berganti pakaian.Setelah beberapa saat berlalu, barulah Lewis tersadar. Begitu juga dengan Laura. Kedua insan itu saling pandang.Lewis tersenyum kalem, seraya membelai lembut pipi wanita di hadapannya. Ada rasa tak percaya bahwa dirinya baru selesai mencium Laura. Sesuatu yang selama ini hanya ada dalam bayangan, benar-benar dirasakan. “Bagaimana j