“Dakota Anderson?” ulang Laura. Ingatannya langsung tertuju pada wanita cantik berambut cokelat gelap, yang ditugasi membeli tiket saat pameran. Laura manggut-manggut pelan, seakan memahami sesuatu. “Apa kau tahu siapa wanita itu?” tanyanya, beberapa saat kemudian.“Setahuku mereka bersahabat. Entah pertemanan seperti apa, yang membuat suatu hubungan sampai kandas di tengah jalan. Ah, aku tidak bermaksud menakutimu. Namun, tak ada salahnya berhati-hati terhadap wanita itu.” Mara sedikit menjauh dari Laura, untuk mengamati gaun hasil rancangannya secara saksama. Setelah dirasa sempurna, transgender cantik tersebut kembali mendekat.“Lewis pria baik. Aku yakin dia tak akan melakukan kesalahan yang sama. Dari caranya memperlakukanmu, kurasa dia serius dengan hubungan kalian. Jadi, seharusnya tak ada masalah. Kau hany
“Hai, Sayang,” sambut Laura dengan wajah yang tiba-tiba ceria, saat menggendong Harper. Dia mencium gemas sang putri. “Terima kasih, Adelle,” ucapnya.Wanita bernama Adelle yang tadi membawa Harper ke sana, segera membalas dengan anggukan disertai senyum. Meskipun bertugas menjaga bayi itu selama pesta berlangsung, tetapi dia tak berani terus berada di dekat sang majikan. “Panggil saja jika sudah selesai, Nyonya,” ucapnya sopan, seraya undur diri.Laura mengangguk. Dia kembali fokus pada bayinya.“Apakah itu putri Anda, Tuan?” tanya Dawson basa-basi.“Um, iya,” jawab Lewis yakin.Namun, tidak dengan raut wajah Laura, yang kembali memperl
“Menyingkirlah, Dakota. Kau hanya membuat suasana hatiku makin tak nyaman.” Lewis segera melepaskan tangan Dakota, yang melingkar di perutnya. Pria itu merapikan jas, kemudian berlalu dari sana. “Tunggu, Lewis,” cegah Dakota. Lewis yang hendak keluar dari ruangan itu, menghentikan langkah. Namun, dia tak menoleh, apalagi sampai membalikkan badan. “Tak masalah bagiku jika kau membagi perhatianmu dengan Laura, asalkan —”“Aku ingin kau menjaga jarak denganku,” sela Lewis dingin. “Jangan lupa. Aku sudah menikah. Tak ada niat sedikit pun untuk mempermainkan ikatan suci yang telah terjalin bersama Laura. Alasannya sudah jelas. Aku jatuh cinta dan sangat tergila-gila pada wanita itu.” Lewis menegaskan, meski tidak sambil bertatapan langsung dengan Dakota. Akan tetapi, bukannya mengerti. Dakota justru menanggapi dengan tawa renyah. Wanita cantik berambut cokelat gelap tersebut berjalan mendekat, bahkan sampai menyentuh pundak Lewis. “Kau mengatakan hal yang sama tentang Sophia. Namun, bu
“Aku tidak mendengar jelas seluruh percakapan mereka, Nona. Aku hanya menangkap pembahasan, tentang anak yang diakui oleh Tuan Bellingham,” lapor wanita berseragam pelayan itu pada Dakota.Dakota tersenyum puas penuh kemenangan, setelah mendengar apa yang pelayan tersebut sampaikan. “Tidak apa-apa. Itu lebih dari cukup. Terima kasih.” Dia mengeluarkan beberapa dollar dari clutch bag, kemudian memberikannya pada si pelayan yang sudah memberikan informasi secara diam-diam.Wanita berambut cokelat gelap tersebut memperhatikan pasangan pengantin baru yang tengah asyik berdansa. Tatapan penuh kelicikan terpancar jelas dari sepasang matanya. Sahabat sekaligus mantan kekasih gelap Lewis tersebut, kembali menyunggingkan senyum sinis. “Jadi, itukah rahasia kalian berdua? Kenapa harus disembunyikan?” pikirnya tak m
“Rahasia mereka?” ulang Christian, seraya menaikkan sebelah alis. “Aku tidak tertarik —”“Tidak mungkin Anda tidak tertarik, Tuan Lynch. Aku akan memberitahukan sesuatu tentang ….” Dakota tidak sempat melanjutkan kata-katanya, berhubung Dawson datang menghampiri. Niat wanita itu untuk mengungkapkan kebenaran tentang status Harper yang tidak Christian ketahui, terpaksa diurungkan.“Pesta ini akan berlangsung sampai malam. Apa kau ingin pulang sekarang?” tanya Dawson.Christian mengangguk setuju.“Hai, Tuan Sherman. Aku merupakan salah satu penggemar beratmu.” Dakota menyela perbincangan dua sahabat tadi.“Oh, terima kasih. Ja
“Harper?” Christian menyebutkan nama bayi yang dilahirkan Laura. “Ya.” Dakota membenarkan. “Nama lengkapnya Liz Harper. Itu yang kuketahui dari pelayan di rumah Lewis,” terang wanita cantik itu. Rasa percaya dirinya kembali, saat melihat ekspresi Christian yang menunjukkan ketertarikan atas pembahasan mereka. Christian terdiam beberapa saat. Dia tak mengenal betul wanita di hadapannya. Pemilik Lynch Company tersebut tak tahu apakah motif dari Dakota memberitahukan semua itu. “Bukankah kau sahabat dekat Lewis Bellingham? Apa alasanmu melakukan ini?” tanya Christian penuh selidik. Dakota yang awalnya telah percaya diri, tiba-tiba kembali terlihat tak nyaman. “Um, aku …. Ada urusan pribadi antara diriku dengan Lewis. Sesuatu yang tak bisa kujabarkan secara detail —”“Aku harap Anda tidak mengusik ketenangan Laura,” sela Christian tenang, tapi penuh penekanan. Dia seakan tengah memberikan peringatan pada Dakota, yang segera menggeleng. Menolak apa yang Christian duga. “Tentu saja tida
Christian duduk dengan setengah membungkukkan badan, sambil menopang kepala menggunakan dua tangan. Sesaat kemudian, pria tampan itu meraup kasar rambut gelap yang masih dalam kondisi acak-acakan khas bangun tidur. Kegelisahan tampak jelas, dari bahasa tubuh sang pemilik Lynch Company tersebut.Pria tampan tiga puluh enam tahun tersebut beranjak dari tepian tempat tidur. Dia menatap Mairi, yang terlihat nyaman karena telah dibersihkan dan berganti pakaian. Bayi cantik itu tengkurap di tempat tidur, sambil terus mengoceh. Sesekali dia berbalik, sambil terus memegang mainannya.Jam digital di meja dekat tempat tidur, sudah menunjukkan angka delapan tepat. Christian harus segera bersiap-siap, berhubung jadwal penerbangan ke Inggris sekitar dua jam lagi. Namun, Delila belum juga datang ke kamarnya untuk mengambil Mairi.Christian meraih telepon genggam yang diletakkan dekat jam digital. Baru saja akan menghubungi Delila, istri Alfred tersebut telah lebih
“Christian Lynch di sini,” sahut Christian, setelah memasang earphone. “Ada apa, Nyonya Wright?” tanyanya.“Bagaimana kabar Chelsea? Kudengar pihak panti rehabilitasi akan memindahkannya ke rumah sakit jiwa.”“Ya, itu benar. Aku baru pulang dari sana.”Ibunda Chelsea terdiam beberapa saat, sebelum kembali bicara. “Kau membiarkan hal itu? Apakah putriku benar-benar gila?” Dia melayangkanpertanyaan bernada protes.“Pihak panti jauh lebih paham akan penanganan paling tepat untuk Chelsea, Nyonya Wright. Kita berd