Sudah seminggu Aliika tinggal di rumah orangtuanya. Sagara berusaha menghubungi Aliika namun ponsel wanita itu tidak pernah aktif. Sagara juga mencoba datang ke rumah Aliika namun gerbang rumah Aliika selalu tertutup untuk Sagara. Dan hal itu berhasil membuat Sagara merasa frustasi.Seperti saat ini. Sagara sedang menatap layar laptop namun pikirannya becabang. Ia tak lagi bisa fokus bekerja. Padahal banyak sekali yang harus ia selesaikan.Tok tok tokSuara pintu ruang kerja Sagara yang diketuk dari luar. Tak ada sahutan dari Sagara karena pria itu sedang melamun.Beberapa saat kemudian pintu itu terbuka. Muncullah Soraya dari balik pintu. Soraya masuk begitu saja dan memperhatikan Sagara yang memandang layar laptop dengan tatapan kosong.Hal itu membuat Soraya sedih tentu saja. Karena ia tahu alasan Sagara seperti itu adalah Aliika. Dan ini adalah salah satu bukti bahwa Sagara mencintai Aliika.“Sagara..” panggil Soraya sambil memegang lengan Sagara.Sagara langsung menoleh dan terke
Aliika membulatkan mata sambil tangannya membungkam mulut yang sudah terbuka lebar. Jemari Aliika gemetar memegang benda yang ada di tangannya saat ini.Tok tok tok“Sayang… masih lama!” teriak Syifana dari luar kamar mandi yang ada di kamar Aliika.Aliika mengerjapkan mata beberapa kali. Ia kembali merapikan pakaian. Sebelum keluar kamar mandi, Aliika menarik nafas dalam dan menghembuskannya beberapa kali.Setelah dirasa siap, ia keluar dari kamar mandi. Saat membuka pintunya, Syifana langsung bergegas mendekati Aliika dengan wajah penuh antusias.“Gimana?”Aliika tersenyum, “Positif Bun.”Syifana membungkam mulutnya yang terbuka lebar, “Oh astaga.. bunda seneng banget. Bunda akan segera jadi nenek.” Ucap Syifana dengan riang. Sedangkan Aliika hanya tersenyum.Ia memberikan ketiga testpack itu kepada Syifana. Kemudian Syifana langsung membawa benda itu keluar. Entah kemana dan Aliika bergegas mengikuti.Syifana masuk kedalam ruang kerja Rama. Dimana disana ada Andrian juga yang sedan
“Udah diminum vitaminnya?” tanya Sagara.Aliika menggeleng, “Belum, ini baru mau minum.”Aliika duduk di pinggiran ranjang. Sagara membantu Aliika membuka kemasan vitamin itu, kemudian memberikannya pada Aliika. Tak lupa Sagara juga menuangkan air ke gelas untuk Aliika. Aliika menerimanya dan segera meneguk vitamin.Aliika menghela nafas, “Akhir-akhir ini sering ngerasa capek. Padahal nggak ngapa-ngapain.” Keluh Aliika.Sagara mengangkat tubuh Aliika dan membaringkannya di ranjang. “Itu tandanya dia ga mau kamu melakukan aktivitas yang berat.” Sagara ikut naik keatas ranjang.Mereka mendekatkan tubuh satu sama lain. Aliika tidur menggunakan lengan Sagara sebagai bantalan namun dengan posisi Sagara memeluk dari belakang.Sebelah tangan Sagara yang tak digunakan bantalan, menyingkap sedikit kaos yang digunakan Aliika. Kemudian dengan lembut ia mengusap perut Aliika yang masih rata itu. Seketika kenyamanan dirasakan oleh Aliika.“Dia sudah berusia tiga minggu dan kamu baru tahu? Emang ka
Matahari cukup terik menyinari bumi. Membuat beberapa orang terlihat berjalan terburu-buru dibawah cahaya itu karena panas yang menyengat. Ada juga yang memakai payung, topi dan juga kacamata sebagai pelindung diri.Sebuah mobil BMW berwarna hitam pekat telah terparkir di depan lobby kantor milik Sagara. Tak lama seorang pria lengkap dengan setelan jas rapi dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancung nya keluar dari mobil itu.Pria itu sedikit merapikan jas berlengan panjang itu kemudian berjalan memasuki gedung kantor Sagara. Semua mata tertuju padanya. Tanpa diberitahu pun, semua tahu jika pria itu bukan lah orang sembarangan. Pasti orang yang memiliki jabatan tinggi dan bergelimang harta.Pria itu berjalan ke arah resepsionis untuk menanyakan apakah Sagara sudah berada di kantor atau belum.“Maaf sebelumnya, apa anda sudah membuat janji terlebih dahulu dengan Pak Sagara?” tanya resepsionis itu.“Katakan saja padanya, saya Rama Pamungkas ingin bertemu dengannya.”Resepsion
‘Halo Sayang aku udah didepan toko kue, belokan depan butik kamu.’ Ucap Sgara di telepon.‘Kamu ngapain ke toko kue Kak?’ bales Aliika sembari memasukkan beberapa barang kedalam tas.‘Mama minta di pesenin brownies buat besok’‘Siapa yang ulang tahun?’‘Lerry’‘Lerry siapa?’‘Anjingnya Mama’‘Astaga lerry adik kamu ulang tahun. Aku baru ingat kalau kamu punya adik’‘Al, tolong lah. Ga usah ketularan Mama oke’‘Oke-oke. Yaudah aku jalan kesana ya’‘Eh enggak-enggak. Kamu tunggu situ. Aku tinggal pesan kok. Terus ke butik kamu’‘Yaudah kalau gitu. Aku tunggu didepan ya’‘Iya Sayang’Sambungan telepon selesai. Aliika meraih tasnya kemudian keluar dari ruang kerja.Sedangkan Sagara sedang memesan kue. Saat ditanya mengenai reservasi ternyata anjing Miranda diberi nama dengan terdapat unsur nama Sagara.Sagara mengelus dada. Bisa-bisanya nama anjing Miranda sama dengan namanya. Sepertinya Miranda benar-benar ingin menjadikan lerry sebagai anak angkat.Aliika berdiri di pinggir jalan. Ia se
Aliika duduk di kursi tunggu depan IGD Rumah Sakit. Aliika terus menangis sambil mengusap perutnya. Rasanya sakit dan gelisah. Aliika sampai tidak tahu dan bingung harus bagaimana.Radit mendekat ke tempat Aliika duduk. Mencoba menyemangati dan membuat Aliika tenang. Aliika hanya mengangguk. Sulit untuk menerima kenyataan.“Semoga Daddy baik-baik saja ya sayang…” lirih Aliika sembari mengelus perutnya. Radit yang melihat dan masih bisa mendengar ucapan Aliika tersenyum tipis.Aliika memang wanita yang sangat lembut dan penyayang. Sangat tulus mencintai Sagara. Bahkan setelah apa yang terjadi, Aliika masih mau memaafkan Sagara dan mempertahankan hubungan mereka. Pantas jika Sagara sampai hampir gila saat dijauhkan dari Aliika.Syifana yang juga sudah berada disana mengelus pelan punggung Aliika dan menyandarkan kepala putrinya itu di pundaknya.Rama mendekati kedua wanita itu. Mengusap puncak kepala Aliika dengan lembut. Aliika beralih memeluk Rama yang tentu dibalas oleh pria paruh ba
Rama mendekati Sagara. Memegang bahu Sagara dan menepuknya pelan, “Cepatlah sembuh. Aku yakin kau pasti ingin cepat-cepat membawa putriku pulang lagi ke rumah mu.” Ucap Rama kemudian pergi.Aliika dan Sagara diam dengan wajah cengo. Mereka masih sama-sama mencerna perkataan Rama.“Apa itu tandanya aku boleh kembali ke rumah kita?” tanya Aliika.“Aku rasa iya.” Balas Sagara“Wahh akhirnya..” Saking antusiasnya Aliika bahkan sampai mencengkram lengan Sagara. Membuat Sagara meringis sakit.“Eh maaf, aku lupa.” Aliika langsung melepaskan tangannya.“Kuku kamu itu langsung nancep di kulit aku.” Ucap Sagara sembari mengusap lengannya.“Kalau gitu aku potong aja deh kukunya.”“Eh jangan.”“Kenapa?” Aliika bingung.“Biarin aja panjang. Kalau kena lengan emang sakit. Tapi kalo di punggung kan sensasinya beda. Jadi tambah gimana gitu kalau kita lagi olahraga.” Ucap Sagara dengan mata menggoda.Aliika mendelik, “Ish Kak Sagara mesum!” Aliika kembali mencengkram lengan Sagara kesal. Namun kali in
Hampir seminggu lamanya Sagara berada di Rumah Sakit. Bosan dan lelah sudah dirasakan laki-laki itu. Meskipun istri dan keluarga selalu mendampinginya, namun siapa yang betah berlama-lama di ranjang Rumah Sakit? Apalagi tipe orang yang selalu sibuk seperti Sagara.Tetapi hari ini Sagara dapat bernafas lega. Karena ia sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter dan tentu dengan beberapa peraturan agar kondisinya cepat membaik.Aliika yang melihat Sagara sedang dinasehati Dokter menggeleng pelan. Terlihat jika Sagara sangat tidak berminat dengan pembicaraan Dokter itu. Tentu saja, karena Sagara harus ini itu dan dilarang ini itu. Sagara saja terbiasa memberi peraturan bukan diberi peraturan oleh karena itu ia nampak lesu menjawab semua perkataan Dokter.“Baiklah Dokter, akan saya pastikan suami saya melakukan semua perintah anda.” Aliika menatap tajam Sagara. Sedangkan Sagara langsung membuang muka.Lihatlah keadaan sudah berbalik. Jika dulu Sagara yang selalu menatap tajam Aliika, kini Alii