Kiara segera mengangkat ponselnya. Sebelum Kiara menjawab sambungan telepon berhenti. Hal itu membuat Kiara sedikit lega. Namun, kelegaan itu tidak berlangsung lama. Karena setelah itu, ponsel Kiara kembali berbunyi. Beruntungnya, yang menghubungi Kiara adalah Ghea. Jadi dengan segera Kiara mengangkat sambungan telepon tersebut.“Halo, Ghe.” Kiara menyapa Ghea di seberang sana.“Kak, apa kamu tadi jadi berbelanja?”“Jadi, tadi aku sudah beli beberapa bahan makanan yang kamu tuliskan.”“Syurlah kalau begitu. Ini kebetulan aku juga di supermarket. Mau mencari kebutuhan Rivans. Bisakah aku minta untuk cek sampo Gemma, Kak. Aku lupa masih ada atau tidak.”“Baiklah, aku akan cek.” Kiara segera berdiri. Kemudian menuju ke kamar Gemma. Kiara mengecek apa yang diminta oleh Ghea. “Ghe, sampo Gemma sudah habis.” Dia memberitahu Ghea.“Baiklah, Kak. Terima kasih. Kalau begitu aku beli sekalian.”“Sama-sama.” Kiara segera mematikan sambungan telepon.Baru saja sambungan telepon terputus, tiba-tib
“Pelan-pelan, Fi.” Winda yang melihat anaknya tersedak langsung mengambilkan minuman. Kemudian memberikan pada Kafi.Kafi segera meminum minuman yang diberikan oleh mamanya. Beruntung makanan yang dimakan Kafi tidak masuk ke saluran napas. Jadi tidak terjadi hal yang buruk.“Kami ini, hanya ditanya tentang makan apa saja sudah tersedak.” Winda merasa anaknya berlebihan sekali. Baru ditanya seperti itu saja sudah tersedak.“Mama mengagetkan aku. Bagaimana aku tidak tersedak?” Kafi benar-benar kesal dengan sang mama.Winda segera mendudukkan tubuhnya di kursi. Melihat apa yang dimakan oleh anaknya. Tampak sang anak sedang asyik makan makanan yang berada di tempat makan.“Itu bekal murid kamu, Fi,” tuduh sang mama.“Enak saja. Bukan, Ma.” Kafi langsung mengelak.“Lalu dari mana kamu dapat?” tanya Winda yang penasaran.“Dari seseorang.” Kafi mengula
Sejenak Rowan mengingat apa yang dikatakan Gemma. Tadi anaknya itu mengatakan jika Kafi mencicipi masakan sang mommy. Jadi Rowan menebak jika Kiara pasti membuat makanan untuk Kafi juga.Kiara yang melihat Kafi menyerahkan goddie bag padanya merasa begitu terkejut sekali. Jika beginilah ceritanya bisa jadi Rowan akan tahu.“Terima kasih. Kamu harus repot datang ke sini hanya untuk mengantarkan ini saja.” Kiara merasa harusnya Kafi bisa memberikan kotak bekal itu nanti saja saat masuk.“Tidak apa-apa. Aku juga sedang tidak sibuk.” Kafi memang sengaja datang. Apalagi jika bukan karena ingin bertemu Kafi.Kiara mengulas senyum tipis. Dia sebenarnya suka melihat Kafi. Hanya saja, dia merasa takut dengan Rowan.“Apa aku mengganggumu?” tanya Kafi.“Tidak. Aku juga sedang tidak sibuk.” Kiara menggeleng.Kafi senang sekali berada di dekat Kiara. Apalagi melihat wajah Kiara.“Daddy.” Gemma yang keluar dari kamar langsung memanggil sang daddy.Rowan merasa anaknya datang di saat yang tidak tepa
“Tidak ada. Mama sedang pergi.” Kafi memberitahu Kiara jika sang mama sedang tidak ada di rumah.Kiara bersyukur jika orang tua Kafi tidak ada di rumah. Jadi paling tidak dia tidak akan merasa tidak enak pada mama Kafi.“Baiklah, tidak apa-apa.” Kiara setuju.Akhirnya Kafi melajukan mobilnya untuk mencapai rumahnya. Saat sampai di sana memang mobil sang mama tidak ada. Jadi jelas sang mama sudah pergi.“Ayo turun dulu, tidak ada siapa-siapa selain asisten rumah tangga.” Kafi membuka pintu sambil mengajak Kiara dan Gemma.Kiara sebenarnya ragu, tetapi karena Kafi mengatakan tidak ada orang di rumah, dia merasa tidak masalah jika turun juga.“Ayo, Sayang.” Kiara mengajak Gemma untuk keluar dari mobil.“Ayo.” Gemma begitu bersemangat sekali. Dia segera turun bersama sang mommy.Kafi mengajak Kiara dan Gemma untuk masuk rumah. Saat masuk, mereka melihat rumah yang cukup besar. Sama persis dengan rumah yang mereka.Kiara dan Gemma menunggu di ruang tamu. Kafi sedang pergi ke kamar. Mengamb
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir