Ghea dan Rowan keluar dari Rumah sakit. Mereka berdua masuk ke mobil. Untuk sesaat Rowan tidak segera melajukan mobilnya. Justru terdiam di dalam mobil untuk waktu sesaat. “Kenapa?” tanya Ghea yang mendapati Rowan tidak bergerak sama sekali. “Kenapa kamu mengatakan akan membawanya pulang?” Rowan masih belum mengerti kenapa Ghea memikirkan hal itu.“Dengar, dia tidak punya semangat hidup. Apa kita akan biarkan begitu saja? Jika dia tinggal dengan kia. Aku yakin pasti akan ada perkembangan. Kamu tidak bisa terus menaruhnya di sini. Itu justru membuatnya kesepian.” Ghea masih punya harapan jika kakak Rowan bisa sembuh nanti.“Lalu bagaimana jika Gemma melihatnya?” Rowan tidak habis pikir bagaimana bisa Ghea melakukannya. “Gemma sudah tumbuh besar. Dia akan kita beritahu perlahan-lahan. Aku yakin dia mengerti. Justru jika Gemma bisa memberikan kasih sayangnya, Kak Kiara pasti akan jauh lebih baik. Yang dimiliki sekarang hanya Gemma, siapa tahu dengan dekat dengan Gemma dia bersemangat.
Tiga hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa besok Ghea harus pulang sesuai dengan permintaan orang tuanya. Rencananya besok Ghea akan dijemput oleh kakaknya. Sebelum pulang dan tidak bertemu selama tiga hari, Ghea dan Rowan memanfaatkan untuk bersama-sama menikmati makan malam. Mereka menikmati makan malam bersama di restoran. Gemma begitu asyik bermain di taman bermain yang ada di dalam restoran sambil menunggu hidangan datang. Ghea yang melihat itu tersenyum. Berbeda dengan Ghea, Rowan tidak tersenyum sama sekali. Dia justru menekuk bibirnya sepanjang datang ke restoran. “Kamu kenapa? Tampak tidak senang.” Ghea yang menyadari akan hal itu pun langsung bertanya. “Bagaimana aku bisa senang jika kalian akan pergi besok.” Rowan mendengus kesal. Sungguh membuatnya tidak tahu harus berkata apa-apa lagi ketika ditinggal tiga hari oleh Ghea dan Gemma. Rencananya anaknya itu akan ikut karena Ghea tidak tega meninggalkannya. Sayangnya, hal itu membuat Rowan merasa kesepian. Ghea te
Ghea, Bian, dan Gemma sampai di rumah. Di rumah sudah ada Mommy Shea dan Daddy Bryan. “Lihat aku sudah bawa calon pengantin pulang.” Dengan bangganya Bian mengatakan itu. Tadi sang daddy dan mommy-nya tidak percaya jika Bian akan sampai karena Bian belum pernah ke sana.“Bagus, Daddy pikir kamu nyasar.” Daddy Bryan pun tersenyum. Kemudian beralih pada Gemma. “Halo, Sayang,” sapanya. “Halo, Grandpa.” Gemma membalas sapaan Daddy Bryan dengan tersenyum. “Aku nyasar jika ada wanita cantik. Sayangnya, di sepanjang jalan tidak ada wanita cantik.” Bian menghampiri sang mommy dan mendaratkan kecupan di pipi sang mommy. “Jangan macam-macam dengan wanita.” Mommy Shea menepuk pipi Bian lembut. “Tenang, Mom, aku tidak akan macam-macam.” Bian tersenyum manis. Senyumnya itu membuat siapa saja terpesona.“Tidak macam-macam, nanti anak orang hamil.” Ghea tertawa.“Bi, kamu tidak melakukan hal itu ‘kan?” Mommy Shea langsung menatap tajam pada anaknya. “Aku tidak akan menghamili wanita, Mom. Jang
Di rumah Ghea mencoba menghubungi Rowan. Menanyakan apakah Gemma dan Bian sudah pulang. Sedari tadi adiknya itu sulit sekali dihubungi, membuatnya gemas sekali. “Gemma sudah pulang baru saja dengan Bian.” Rowan yang ditanya keberadaan anaknya pun menjelaskan. “Dari tadi Bian tidak mengangkat teleponku, jadi aku khawatir.” Ghea meluapkan kesalnya. “Tadi, dia mengobrol denganku.” “Pantas, dia tidak mengangkat sambungan telepon.” Ghea pun akhirnya tahu jika ternyata adiknya tidak mengangkat teleponnya. “Kamu sedang apa?” tanyanya. “Sedang tidur di tempat tidur yang besar.” Rowan yang memesan presidential suite. Merasa tempat tidur begitu besar. “Sayang tempat tidur ini terasa kosong karena hanya aku yang menempati.” “Besok kamu tidak akan sendiri lagi, aku akan menemanik,” ucap Ghea malu-malu. Rowan tidak menyangka jika Ghea akan menjawab seperti itu. “Baiklah, aku akan menunggumu menemani.” Ghea merona. Dirinya begitu berani mengatakan hal itu. “Aku tutup dulu teleponnya. Sampa
Ghea melihat dirinya dari pantulan cermin. Dia tampak begitu cantik. Matanya begitu indah dihiasi bulu mata yang begitu lentik. Bola matanya yang berwarna biru tampak begitu indah dari sorot matanya. Bibir dengan sapuan lipstik pink pun menambah kecantikan dari Ghea. Benar-benar sempurna untuk hari yang spesial. “Lihatlah kamu begitu cantik.” Cia yang berada di kamar sedari tadi memerhatikan temannya itu. “Jarang melihat Ghea memakai make up tebal, terasa beda sekali,” ucap Shera. “Pasti Rowan akan terpesona melihatmu.” Freya yang melihat adik iparnya dari pantulan cermin pun merasa jika adik iparnya itu begitu cantik. Ghea tersenyum. Dia memang tidak pernah berdandan berlebihan. Maka dari itu tampak sekali berbeda dari biasanya.“Silakan ganti dengan gaun.” Penata rias yang menyelesaikan merias Ghea pun mempersilakan Ghea untuk berganti gaun.Ghea mengangguk dan kemudian mengganti bajunya dengan gaun pernikahan yang dibelinya seminggu yang lalu. Freya, Cia, dan Shea membant
Mommy Selly dan Daddy Regan yang sibuk mendandani para junior bridesmaid, masuk ke kamar Ghea bersama dengan mereka junior bridesmaid. Ada Anka yang akan berpasangan dengan kakaknya Rigel, ada Kean yang akan berpasangan dengan Gemma, dan ada Lean yang akan berpasangan dengan Lora. Mereka yang memakai setelan jas dan gaun begitu tampak mengemaskan. Sudah seperti pengantin versi kecil. “Ghea, kamu cantik sekali.” Mommy Selly langsung menghampiri keponakannya itu. Memeluk erat gadis kecil yang selalu menjadi rebutannya itu. Sejak kecil Mommy Selly adalah orang yang selalu memanjakan Ghea. Hal itu kadang membuatnya harus berdebat dengan adik iparnya. “Makasih, Mom.” Ghea mengeratkan pelukannya. “Tidak menyangka jika akhirnya kamu menikah.” Mommy Selly begitu terharu melihat Ghea. Gadis kecil yang selalu diculiknya pulang itu kini sudah besar dan akan menjadi istri. Sesaat Mommy Selly datang, El, Al, dan Bian datang dengan menuntun nenek dan kakek mereka. Nenek Liana duduk di kursi rod
Perasaan lega seketika meliputi hati Ghea dan Rowan. Kini keduanya sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua keluarga pun merasakan bahagia karena akhirnya Ghea dan Rowan menikah. Kisah cinta lama yang akhirnya bersemi kembali itu pun akhirnya bisa bersatu kembali.Ghea menatap Rowan. Senyum tipisnya menghiasi wajah cantiknya. Dia begitu bahagia akhirnya bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Pria pertama yang dicintainya. Pria yang ditemui di sekolah saat mereka masih memakai seragam putih abu-abu. Rowan tersenyum mendapati tatapan wanita yang kini menjadi istrinya itu. Semua masih serasa mimpi. Karena ternyata akhirnya mereka dapat menikah. Rowan tidak pernah menyangka jika dia akan mendapatkan Ghea lagi setelah bertahun-tahun sudah berpisah.Ghea dan Rowan berdiri mereka melanjutkan kembali serangkaian acara. Mereka melanjutkan memasangkan cincin pernikahan. Cincin yang mereka beli kemarin, mereka pasangkan di jari masing-masing. Rowan memasangkan cincin di jari tengah
Shera membulatkan matanya. Dalam keadaan panik, menenangkan anaknya, suaminya justru bercanda. Al pun tersenyum. Kemudian menggendong anaknya. “Lihat, wajah Anka basah. Cantiknya berkurang.” Anka masih sesenggukan. “Anka mau mommy plinces.” “Baik, besok kita foto dengan mommy princess.” Al pun memberikan janjinya. “Jangan suka berbohong,” bisik Shera. “Aku tidak berbohong, besok kita ke studio foto untuk berfoto dengan baju pernikahan.” Shera tersenyum mungkin itu adalah cara yang tepat. Kembali dengan pemandangan sepasang suami istri yang sedang membuat semua orang iri, akhirnya mereka berdua selesai berdansa. Mereka pun menemui para tamu undangan yang ada, serta beberapa keluarga yang belum memberikan ucapan selamat. “Cepat berikan aku keponakan,” ucap El menepuk bahu Rowan. “Tentu saja. Aku akan segera memberikanmu keponakan, Kak.” “Berikan aku yang tidak cerewet seperti Kak Ghea.” Bian yang berada di sebelah Ghea pun tersenyum. “Aku akan memberikamu keponakan