Mau balik marah, tapi Arya masih punya sopan santun. Mulut cabe tante Alissa benar-benar membabat otak Arya dan bikin pedih di mata. Duh, kalau ngomong gak bisa difilter dulu ya, Tan?
"Om, aku males pulang!" rengek Aksara.
Alissa sudah menarik tangan cucu-cucunya untuk segera masuk. Jelas ada kebencian di mata wanita itu, baginya Arya seperti teman makan teman.
"Nenek, jangan narik tangan Aurora kekencengan dong!" tolak gadis kecil yang ketakutan melihat kesangaran neneknya.
Mau bagaimana lagi? Arya memang bukan siapa-siapa, apalagi hari sudah makin gelap. "Saya pamit dulu, Tan. Assalamualaikum. Pamit ya, princess pangeranku! Aksara harus jadi jagoan!"
Melihat pria hero mereka pergi, Aksara hanya bisa berharap akan ada hal baik terjadi pada mereka. Ya, semoga saja.
"Kalian kalau dekat sama orang harus izin dulu sama Nenek atau nggak ayah, kalian gak tahu om Arya orangnya kayak apa," titah Alissa.
Bagi mereka, Ar
Ternyata mendapatkan restu tak sesulit yang dibayangkan Arya. Pria itu dengan gagahnya datang ke Jakarta dan mengungkapkan niatnya untuk mempersunting Sinar Mentari. Ia harus lebih gesit sebelum terselip dengan calon-calon yang mungkin saja sedang mengejar wanita idamannya."Aku kelihatan payah nggak sih kalau ke rumah orang tua Sinar ngajak temen?"Yudis mengangkat bahunya, ia mana tahu karena belum punya pengalaman melamar anak orang. Masih mengumpulkan banyak biaya mempersunting Gebby Rastanty."Menurutku nih, Mas.. kayaknya gak deh. Soalnya jarak Bandung menuju Jakarta kan lumayan jauh, pasti orang tua mbak Sinar pahamlah kalau menyetir sendirian pasti membosankan. Pasti mereka sudah menduga aku adalah teman Mas Arya biar gak gabut-gabut amat dalam perjalanan."Keterangan sang barista ada benarnya juga. Sebentar lagi mobilnya akan sampai di rumah orang tua Sinar dan saat ini tak ada yang bisa mengendalikan detak jantung Arya ka
Satu hal yang pasti, Sinar tidak mungkin menyukai dua pria dalam satu waktu. Ia menolak suapan dari atasannya yang masih terus menyuapinya. "Saya nggak enak karena udah mengotori kemeja anda, Pak Sam. Maaf,"Pria dengan lensa mata berwarna coklat kehitaman itu menatap Sinar sekali lagi. "Aku kan udah bilang enggak apa-apa, hanya saja sepertinya aku begitu baju ganti deh,"Aduh! Sinar sama sekali tidak memiliki pakaian ataupun kemeja yang sesuai badan Sam Malik. Ah, ia ingat! Bukankah ia membawa hoodie yang kebesaran untuk jaga-jaga seandainya udaranya dingin.Akhirnya Sinar pun bangkit dan mengambil sesuatu dari kopernya. "Sebenarnya saya tidak memiliki apa pun yang bisa anda pakai, tapi sepertinya ini cocok atau saya pesankan dari layanan kamar?"Tanpa diduga, pria bernama Sam langsung membuka kemejanya yang tadi tersemprot bubur yang sudah ditelan oleh Sinar dan langsung memakai hoodie tersebut. Siapa sih yang nggak jantungan lihat roti sobek pr
Benar apa kata Gebby kemarin, ternyata Sam Malik adalah pria yang terbiasa mengincar wanita cantik yang sedang tidak memiliki hubungan dengan siapapun. Beruntung Sinar sudah menyadarinya saat berpapasan dengan pria itu yang sedang menggoda Vanya di lift."Sekarang udah tahu kebenarannya kan? Lagian nih ya, gak ada pria tampan yang benar-benar baik kalau berpapasan dengan wanita cantik. Vanya itu aktris yang sedang naik daun, jelaslah atasan kita langsung oleng dan lu kalah jauh, Sinar.""Ya maaf, doain aja gue bisa ketemu sama jodoh gue."Ini adalah hari terakhir Sinar di Sumba, mungkin nanti malam atau besok keberangkatan menuju Bandung. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan si kembar."Lu itu sebenarnya udah hampir deket banget sama jodoh lu, cuma ya nggak lu sadarin aja sih. Gue lagi bete tahu, dari semalam Yudis sama sekali nggak bisa dihubungi. Awas aja kalau di sana dia punya gebetan baru!"Sinar hanya mengumbar senyum lalu kembali m
Sinar meyakini kalau Gebby dan Yudis pasti sekarang sedang mengajak si kembar ke hotel agar dirinya bisa berduaan dengan Arya di pantai. Pantai ini memang sepi karena lokasinya yang agak sulit dijangkau oleh wisatawan."Tapi kamu pasti juga kedinginan, kemeja kamu aja tipis begini," Sinar agak kaget karena refleks menyentuh lengan Arya dan menyadari kalau lengan pria itu sangat mantap dan kokoh.Ia harus segera menyingkirkan otak gilanya yang merespon baik pada lengan milik Arya Sagara."Aku terbiasa hidup di Bandung dan sering naik gunung waktu muda, cuma kayak gini udah biasa banget, Sinar."Baiklah, Sinar tak perlu merasa bersalah karena memakai tuksedo milik pria yang rela menyusulnya ke Sumba. Tentu pria itu akan bertingkah so sweet agar Sinar luluh hanya kepadanya. Tatapan mereka bertemu lagi, dan ini sudah kedua kalinya jantung Sinar berpacu kencang. Ya Tuhan, tolong kuatkan iman."Sepertinya mulai
Arya memang sudah berjanji akan membahagiakan Sinar juga si kembar selama di Sumba. Seperti sekarang, setelah mendapatkan menu yang akan dijadikan menu makan malam, Arya memanggil salah satu pelayan untuk memesankan sesuatu. Cinta, udah terima. Kenapa gak sekalian aja bikin Sinar tambah baper sejatuh-jatuhnya?"Pesan apalagi sih? Jangan minum di sini, ada anak-anak.""Enggak, Sayang. Aku gak perlu itu karena malam ini aku sudah mabuk kepayang karenamu."Gebby yang mendengar gombal receh lima ratusan dari Arya ingin mengeluarkan lagi minumannya yang barusan diteguknya. Ini mereka kesambet setãn di pantai apa ya?Diliriknya si kembar yang hanya bersantai, sambil menunggu makanan mereka datang. Ah, kalau dilihat-lihat sih Aksara dan Arya memang setipe. Cuek, banyak akal juga cerdas. Meskipun nanti posisi Arya adalah ayah sambung, tapi bagi Gebby pria itu jauh lebih berkualitas daripada si Bagas yang doyan selangkangãn doang.Setelah maka
Jodoh, maut, dan usia tak ada yang tahu. Arya bahkan pernah menganggap hidupnya dipenuhi kutukam karena terlalu sering menolak banyak wanita dengan alasan tak cocok.Tapi siapa sangka, kalau ternyata jodohnya malah dekat dan pernah dijaga temannya terlebih dahulu."Kamu percaya takdir gak? Aku kayak belum percaya aja ternyata wanita yang selama ini aku cari adalah kamu."Saat ini Arya dan Sinar tengah melihat si kembar yang asyik bermain anak kucing yang sering muncul di sekitar hotel."Kadang percaya kadang enggak. Aku gak meragukan keadilan Tuhan ya, tapi ya takdir gak bisa diterka-terka. Kenapa tiba-tiba bahas yang berat?""Gak tahu, pingin aja. Kamu nganggep aku orangnya gimana sih?""Banyak yang bilang kamu orangnya serius. Inget gak, waktu kemarin sebelum aku ke Sumba. Kamu gak sengaja nyium aku, kupikir kamu menganggapnya angin lalu."Wajah Sinar langsung memerah. Ingatan tentang Arya juga kecupan singkat di ruang baca membuatn
Hati Sinar dag-dig-dug tak karuan. Tepat setelah hara-huru pernikahan mantan suaminya selesai, ia dihadapkan oleh ajakan dari Arya."Kamu yakin mau memperkenalkanku dengan orang tuamu? Yeah, aku gak pede, Mas.""Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Apakah aku terlalu kecepetan? Hanya perkenalan singkat, Sayang. Gak akan ada apa-apa di sana. Oke? Ayahku gak ikut karena beliau memang jarang ada di Jawa."Sekali lagi Sinar memastikan penampilannya benar-benar layak dijadikan calon pendamping. Ia melirik ke arah si kembar, keduanya pun nampak tegang. Sepertinya mereka paham akan ke mana kali ini.Dari Bandung ke Bogor tak memakan waktu lama, hanya satu jam perjalanan. Riani memang sudah tak sabar bertemu dengan wanita yang disukai putranya.Begitu sampai di halaman rumah utama, Sinar sempat dikagetkan karena basement utama dipenuhi jejeran mobil mewah."Mas Ar," panggilnya sekali lagi. Bahkan Sinar lebih gugup daripada saat sidang perceraian
Setelah pulang dari rumah calon mertuanya, hati Sinar makin mantap untuk mempercepat proses lamaran. Bahkan Rinjani dan Senja sama kagetnya saat dikabari kalau Sinar akan melangsungkan pernikahan sebulan yang akan datang."Ibu kamu asik banget ya, jiwanya muda dan gak pernah memberatkan masalah. Kalau boleh tahu kenapa beliau cerai?"Sambil berbelok, Arya sedikit membuka jendela mobil. Baginya lebih enak udara langsung daripada AC mobil.Pria itu menoleh ke arah Sinar, menunjukkan deretan gigi putihnya. "Ayah pernah menikah dengan seorang wanita dan mereka gak akur. Ya gitu deh, saling salah-salahan. Ibuku orangnya gak mau ribet dan memilih ngalah.""Sesimpel itu?"Arya mengangguk. Baginya, Riani Asmara adalah sosok ibu yang paling keren di dunia. "Tapi orang tuaku akur kok, statusnya aja yang gak bisa dipersatukan. Mau tanya apalagi? Gak kepo aku punya mantan berapa kan?"Kalau soal itu, Sinar memilih sadar diri. Pria setampan Arya pasti pu