21.09
“Ibu! Aku pamit pergi, ya! Aku harus kembali ke asrama sekarang.” Ucap Dino yang mulai beranjak ke arah pintu rumah sambil memakai kedua sepatunya dengan terburu-buru.
“Lah kok!? Kamu bilang, kamu baru mau kembali ke asrama besok, bukan?? Hei! Astaga... Dasar anak itu. Dia datang dan pergi sesuka hatinya saja.” Ujar Ibu kepada Dino yang sudah berlari keluar rumah tanpa sempat menjawab satu pun pertanyaan dari Ibu.
“Ada apa dengannya, Bu? Mengapa dia terburu-buru seperti itu?” Tanyaku yang baru pulang kerja dan berpapasan dengan Dino yang keluar dari rumah dengan agak berlari.
“Entahlah! Ibu juga tidak tahu. Dia begitu terburu-buru hingga tidak mampu menjawab pertanyaan Ibunya ini terlebih dahulu. Ya, mungkin pelatihnya membutuhkannya sekarang atau ada sesuatu yang anak itu lupakan.”
“Ishh anak ini! Aku sudah bilang padamu untuk tidak berdiri sendiri, bukan??” Ujar Naomi nada agak marah kepada Alessa yang ketahuan sedang berusaha berdiri dari tempat tidurnya. “Kamu ini... Untuk apa aku berada di sini, kalau tidak membantu kamu apa-apa.” Lanjut Naomi. “Ya, aku sudah bilang sejak kemarin, bukan? Kakak pulang saja, aku bisa sendiri di sini.” Balas Alessa yang menolak untuk dibantu. “Sstt diam! Kamu mau ke kamar mandi, bukan?” Ujar Naomi yang berusaha untuk menuntun dan membantu Alessa berjalan. “Iya, aku hanya mau ke kamar mandi saja kok.” Jawab Alessa. “Hanya? Kamu itu tidak boleh terlalu banyak menggerakkan bahumu, Alessa. Kamu tahu itu, bukan?? Apa kamu tidak mau cepat-cepat sembuh dan berlatih kemba
19.30 “Eh? Kak Naomi sudah datang ternyata.” Ucap Dino yang terkejut melihat sosok Kak Naomi yang sedang membereskan barang-barang di lemari. “Iya, aku sebenarnya sudah datang sekitar... 20 menit yang lalu. Namun, kata Perawat di depan, kalian sedang pergi keluar untuk mencari udara segar. Hmm... Kamu pasti bosan ya, Alessa?? Maaf, ya... Kakakmu yang satu ini tidak peka.” Ucap Naomi yang tersadar bahwa sebenarnya anak itu bosan dan ingin keluar dari kamarnya. “Ahh tidak kok, Kak. Ini hanya... kebetulan saja, Dino menawarkanku untuk berjalan keluar sebentar.” Ucap Alessa yang berusaha membuat alasan agar Naomi tidak merasa bersalah. “Oh begitu...” Ujar Naomi yang tahu bahwa Alessa sedang berusaha membuatnya tenang. “Kak Naomi?” Panggil Dino.
Dino akhirnya sudah memutuskan untuk mengambil kesempatan berlatih di luar negeri, di Amerika Serikat. Menurutnya, ini kesempatan yang tidak bisa dia abaikan begitu saja. Dia merasa sangat perlu untuk mengambil kesempatan ini untuk meningkatkan kemampuan dan mendapatkan pengalaman berlatih dan berkompetisi di negeri orang. Dino berharap kesempatan ini bisa membantunya untuk meraih impiannya, meningkatkan prestasinya di dunia renang yang dia geluti ini. Aku, Ayah dan Ibu mengantarkan Dino ke Bandara pagi ini. Kami harus mulai bersiap untuk berpisah jauh dengan anak ini. Dino sudah selesai melakukan check-in dan bersiap masuk ke boarding gate untuk menunggu waktu keberangkatannya tiba. Di saat tinggal beberapa langkah lagi Dino menuju r
“Jadi, sebenarnya, begini..” Ujar Alessa yang akhirnya bersedia untuk menceritakan kejadian malam itu, yang begitu membuat Naomi begitu penasaran. Alessa bercerita bahwa malam itu, di saat Dino dan Alessa sedang bercengkrama sambil menikmati angin malam di rumah sakit, Alessa bertanya pada Dino. Alessa bertanya, mengapa dia berada di sini saat ini padahal Alessa tahu betul bahwa dia sebenarnya tidak sedang libur. Alessa tahu bahwa Dino sebenarnya harus berlatih hari ini. Alessa juga mengikuti olimpiade ini sebelumnya, jadi dia tahu betapa padatnya jadwal mereka untuk terus berlatih. Tidak mungkin ada libur di waktu-waktu yang sudah mendekati hari lomba, seperti ini. Alessa tahu bahwa Dino berbohong kepadanya dan Kak Naomi. Karena itu, dia menjadi penasaran mengapa Dino tetap mau berada di sini, mengorbankan waktu latihannya dan bahkan mengorbankan dirinya yang kemungkinan besar akan mendapatkan omel
Barra mengadakan pesta barbecue di rumahnya hari ini, untuk merayakan keberhasilan film yang diperankannya kali ini. Barra mengundang beberapa pemeran dalam film itu, para teman Artisnya, serta aku, Ryan, dan Naomi juga turut diundang untuk hadir. 16.20 “Eh? Erin?” Ujar Barra kepadaku yang sudah tiba di rumahnya. “Ahh aku terlalu cepat, ya?” Tanyaku yang melihat wajah Barra tampak heran dengan kedatanganku. “Em. Apa kamu tidak tahu, kalau acaranya jam 6 nanti?” Ujar Barra kepadaku. ”Ohh tahu... Aku tahu acaranya itu jam 6. Tapi, kebetulan aku baru selesai melakukan pekerjaanku di kantor tadi, jadi aku malas jika harus pulang dahulu ke rumah lalu datan
Teng nong~ Teng nong~ “Emm... Barra!” Panggilku yang akhirnya bisa melepaskan bibirku darinya, dengan berusaha mendorong tubuhnya. Barra yang akhirnya melepas pelukannya dariku, wajahnya langsung menatapku dengan ekspresi terkejut dan bingung. Dia tampak terkejut dengan suatu hal yang dia perbuat sendiri. Dia sepertinya belum sadar sepenuhnya. Pria itu hanya terus menatapku, dia sepertinya belum dapat mendengar suara bel yang terus berbunyi sejak tadi. “Hei! Apa kamu tidak dengar suara bel itu? Itu ada orang di luar. Ada tamu yang datang.” Ucapku, berusaha menyadarkan Barra yang jiwanya belum benar-benar terkumpul sepenuhnya. “Ahhh... Ah iya!” Ujarnya agak terbata-bata, lalu segera beranjak untuk membukakan pintu bagi tamu yang sudah menunggunya sejak tadi.
Aku menepati perkataanku ke Barra tadi. Aku mulai beranjak kembali ke rumah itu untuk menemui Barra. Namun, langkah kakiku tiba-tiba terhenti. Rasa resah dan gelisah itu mulai datang kembali. Hatiku merapa begitu berat untuk kembali ke sana. Aku mulai memikirkan berbagai hal yang mungkin terjadi bila aku kembali ke sana. “Apa yang kamu pikirkan saat itu, Erin? Mengapa kamu tidak berusaha menolak tadi? Mengapa pula kamu harus kembali ke sana? Apa lagi yang kamu perlu bicarakan dengannya?? Apa kamu tidak takut, jika hal itu terjadi lagi? Apa kamu sudah siap berbicara lagi dengannya? Ada apa denganmu, Erin? Apa kamu menyukai pria itu?”Batinku mulai bergumul. Aku ragu, aku benar-benar masih bingung untuk menghadapi situasi ini. Aku tiba-tiba menjadi khawatir dan takut untuk kembali ke rumah itu, bertemu dengan Barra. Namun, tak bisa kupungkiri, ada sisi lain dalam diriku yang begitu ingin menanyakan ala
“Eh? Barra!” Panggil Ibu yang tanpa sengaja, bertemu dengannya di depan sebuah toko. Saat Ibu berniat untuk masuk ke sebuah toko roti di sana. Ibu melihat kerumunan orang yang sepertinya sedang rekaman untuk iklan di toko yang tidak jauh dari tempat Ibu berdiri. Ibu yang rasa ingin tahunya tinggi pun akhirnya pergi mendekati kerumunan itu untuk melihat apa yang terjadi. Lalu, tanpa disangka, dia bertemu dengan anak kesayangannya di sana. Ya, Artis utama iklan itu, ternyata adalah Barra. Ibu pun langsung memanggil Barra, setelah dia melihat bahwa Barra belum memulai rekamannya. “Oh! Ibu? Ibu sedang apa di sini?” Tanya Barra yang juga terkejut dengan kedatangan Ibu. “Ahh ini... Ibu mau beli sesuatu di toko kue itu. Lalu, mataku yang tajam ini melihat kerumunan orang ini dan menjadi penasaran.” Jelas Ibu kepada Barr