Bab 23 PRUKWaktu hampir memasuki tengah malam saat Kamila memasuki kamarnya, dan betapa terkejutnya ia saat mendapati teman-temannya belum ada yang tidur."Eh busyet! Masih pada hidup aja nih anak orang," gumam Kamila saat memasuki kamarnya. Sedangkan teman-temannya memandangnya dengan penuh tanya."Kalian ngapain liatin aku gitu sih?" tanya Kamila seraya meletakkan sekotak berisi ayam bakar utuh pemberian Gus Zainal."Nih, ayam bakar, makan kalau kalian pada mau!" ucap Kamila seraya menanggalkan hijabnya."Dari Gus Zainal ini?" tanya Nayla yang tak sabar ingin mendengar kisah Kamila."Yaps," balas Kamila sambil membaringkan tubuhnya sembarangan."Sumpah!?" pekik tiga teman Kamila bersamaan, membuat Kamila terkejut dan reflek mendudukkan kembali tubuhnya."Iya, astaga ... kenapa pada kaget gitu, sih?" gumam Kamila heran, sembari mengelus-elus dadanya yang berdebar akibat terkejut."Mil, sekarang juga kamu ceritain ke kita, ada hubungan apa kamu sama Gus Zainal?"tanya Nayla mewakili t
Bab 24 PRUK"Oh, ini ruangan Riyadhoh.""Riyadhoh itu apa?" tanya Kamila tak paham."Jadi di pesantren ini ada sebuah program, namanya Riyadhoh 40 hari, semacam program tirakat. Santri yang mengikuti program itu ditempatkan di ruangan ini, dan tidak diperbolehkan keluar kecuali darurat, sampai programnya terselesaikan.Selama 40 hari ada target yang harus dicapai. Dia harus mengkhatamkan Al Qur'an 40 kali, jadi setiap harinya mereka membaca 30 juz dalam keadaan puasa. Kemudian ada doa-doa yang harus diamalkan juga, selain itu banyak hal-hal yang harus dihindari, tentunya hal yang menyebabkan dosa, jadi mereka juga diharamkan bertemu non muhrim, dan mereka harus konsisten melakukannya selama 40 hari. Kalau ada sehari saja yang mereka gagal, maka mereka harus mengulang riyadhohnya dari hari pertama. Intinya gitu deh!" jelas santri yang belum diketahui namanya oleh Kamila tersebut."Gilak, ya, sehari baca 30 juz? Nggak ndower tuh bibir? Mana harus puasa pula, kalau aku dah pingsan kali!
Bab 25 PRUK"Di kamar mandi nggak ada jamnya, Gus, gimana saya bisa tahu kalau waktunya sudah habis?" tanya Kamila.Gus Zainal kembali menghela nafas sungguh sangat tak penting sekali apa yang Kamila tanyakan, "Kamu kan bisa mengira-ngira, Kamila! Lagipula mana ada sih orang yang sengaja meletakkan jam di kamar mandi?" sahut Gus Zainal sedikit kesal.Kamila terkekeh,"iya sih, Gus, tapi kalau meleset gimana?""Saya akan maklumi, asalkan jangan melesetnya sambil tiduran kayak kemarin," sindir gus Zainal, seketika membuat Kamila tertawa."Dah buruan mandi, sudah sore ini!" titah Gus Zainal."Siap, Bos!" balas Kamila kemudian segera menghilang di balik pintu kamar mandi. Sementara Gus Zainal, ia memilih untuk menunggu Kamila di luar bersama satpam, sengaja memberi ruang yang nyaman untuk Kamila.20 menit sudah berlalu, akan tetapi Kamila tak kunjung keluar dari ruangan Gus Zainal."Sudah lewat 5 menit dari waktu yang ditentukan, tapi kenapa Kamila tak kunjung keluar ya?" Batin gus Zainal.
Bab 26 PRUK"Kamu nanyanya kayak orang nanya testimoni program diet aja deh," balas Gus Zainal."Ya biar lebih meyakinkan aja sih, Gus," sahut Kamila seraya merapikan letak hijabnya."Seharusnya kita tidak meragukan hasilnya sih, karena itu merupakan janji Allah. Kalau kita ragu, itu artinya kita tidak meyakini Allah, dan besar kemungkinan hal itu yang menjadi faktor ketidakberhasilan program riyadhoh itu sendiri," jelas gus Zainal."Sik sik, Gus, kok muter-muter ya penjelasannya? Bisa diulang nggak?" "Intinya, yang menentukan hasil dari program riyadhoh adalah keyakinan pelakunya itu sendiri." Gus Zainal menjelaskan dengan kalimat yang lebih sederhana."Oh ... Ya ya, paham, Gus.""Saya ada cerita, mau dengar?""Boleh, Gus.""Dahulu Ning Haura, kakak pertama saya, juga melakukan Riyadhoh saat mengharapkan jodohnya segera datang.Ning Haura terlalu gengsi untuk menyampaikan keinginannya pada Abah dan Ummi, sehingga ia memilih untuk menyampaikan langsung pada Allah SWT. Ya dengan menja
Bab 27 PRUKSepulang dari makam, para santri mulai bersiap untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Setelah sholat, kegiatan selanjutnya adalah pembacaan maulid diba' yang rutin dilakukan setiap malam jumat.Seluruh santri akan berkumpul di aula berdasarkan komplek masing-masing. Satu pesantren terbagi menjadi lima komplek, dari A sampai E dengan urutan berdasarkan letak kamar di lantai berapa.Dan setiap malam jumat, setiap komplek bergiliran mendapatkan tugas untuk membawakan acara pembacaan maulid diba', dan kebetulan malam ini jadwal komplek A yang bertugas. Komplek A mencakup kamar An-Najwa yang ditempati Kamila.Seluruh santri telah berkumpul dengan pakaian terbaiknya. Tim hadrah berada di paling depan, di belakang tim hadrah adalah tempat anak-anak komplek yang sedang bertugas."Ini kenapa kita kumpul sambil baris berbaris begini?" tanya Kamila heran."Tiap malam jumat emang begini, kita berkumpul untuk membaca maulid diba'," jawab Zainab yang duduk di sisi kanan Kamila."
Bab 28 PRUK"Gus!" panggil Kamila pada Gus Zainal yang sedang asyik muthola'ah beberapa kitabnya.Lelaki dewasa itu cukup terperanjat mendapati Kamila tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu ruangannya. Ia memang sengaja membuka pintu supaya ada udara segar yang masuk, sehingga tidak membuatnya merasa ngantuk sebelum menyelesaikan muthola'ahnya. Selain itu, ia juga sengaja melakukannya agar jika Kamila tiba-tiba datang mencarinya tidak kebingungan. Benar saja, gadis itu akhirnya datang walau di waktu yang sangat telat.Ia segera mematikan lampu baca, kemudian memutar kursinya menghadap ke arah Kamila."Kamila, ngapain kamu berdiri di situ malam-malam begini?" tanya Gus Zainal."Kita jadi ketemu Dion, kan, Gus?" Tanya balas Kamila dengan nada memelasnya."Saya sudah menunggu kamu sejak sehabis Isya, tapi kamu tidak kunjung datang. Ini sudah hampir tengah malam, Kamila, waktunya tidak akan cukup untuk kita datang ke tempat Dion. Memangnya kenapa kamu tidak datang tadi?" tanya Gus Zaina
Bab 29 PRUKKamila berjalan cepat menuju ruangan Gus Zainal sesaat setelah Mbak Aqilah menginformasikan bahwa orang tuanya sudah datang dan menunggu di sana.Sesampainya di depan gerbang, Kamila sudah bisa melihat ayah dan bundanya berdiri menantinya datang. Ia tersenyum ke arah mereka, kemudian berlari dengan merentangkan kedua tangan, bersiap menghambur ke dalam pelukan ayah dan bundanya."Ayah, Bunda, Mila kangen banget loh sama ayah sama bunda," ucapnya manja seraya memeluk erat Ayah dan Bundanya bergantian."Assalamualaikum, anak cantik," ucap sang ayah memberi contoh sekaligus menegur Kamila untuk kesekian kalinya."Iya iya, Yah, waalaikumsalam,"balas Camila sedikit kesal namun ia tetap menampilkan senyum terbaiknya.Kebahagiaan Kamila turut dirasakan oleh Gus Zainal yang menyaksikan pemandangan penuh haru pertemuan anak dan kedua orang tuanya."Kamila terlihat tumbuh dengan kasih sayang, pantas saja, walaupun ia terkesan manja, akan tetapi kepribadiannya cukup baik dan tangguh,
Bab 30 PRUKMobil Grand Livina berwarna abu metalic itu berhenti tepat di depan Kamila. Tanpa membuang-buang waktu Kamila segera membuka pintu dan menduduki tempat di sisi Gus Zainal."Lama banget sih, Gus, ngapain aja?" tanyanya tanpa memandang Gus Zainal, ia sibuk mengecek isi tasnya."Ke kamar mandi sebentar, sama ganti baju," jawab Gus Zainal seraya mulai menjalankan mobilnya.Mendengar itu, Kamila segera menoleh ke arah gus Zainal, merasa penasaran dengan OOTD yang dikenakan Gus Zainal.Saat matanya memandang Gus Zainal, Kamila dibuat terkejut dengan penampilan barunya. Lelaki yang biasanya mengenakan baju koko dan sarung juga kopiah itu kini tampil berbeda dengan celana jeans yang dipadukan dengan kaos panjang berwarna putih. Rambutnya yang sedikit gondrong dibiarkan terurai, membuatnya terlihat lebih fresh."Ini beneran Gus Zainal? Dia kelihatan beda banget dengan penampilan barunya. Sumpah aku nggak nyangka deh Gus Zainal bisa tampil sekeren ini? Dia kelihatan ganteng banget,