Astaga, pergulatan semakin panas antara Stela dan kakak ipar tersayangnya. Bahkan Inur pun tak tinggal diam membabi buta Stela dengan membalas tamparan. Ops! bukan tamparan, tepatnya kaki Stela yang berhasil menghantam pipi Inur hingga meninggalkan jejak memerah. Kulit pipi glowing Inur, kini memerah sebelah. Ck ck ck, pasti perih, Maaak."Jaka, pegangi Inur!" teriak ibu mertua sambil menahan Stela."Aduuh! Tenang, Nuuur!" Mas Jaka pun berusaha memegang istrinya. Tapi Inur tak bisa ditenangkan hingga ia terus berusaha mengejar Stela, dan ...."Aak! Aduuuh." Siku Inur berhasil mendarat di pipi mas Jaka, tanpa disengaja. "Sakit, Nur!" teriakan mas Jaka mengernyit kesakitan sambil memegang pipinya. Ow ow ow, aku menimati tontonan ini.Jika ada emak-emak kampung bersikap barbar. Inilah yang kusaksikan. Tapi s
Tentu saja aku tak mau membantu mereka. Lah hinaan mereka masih meninggalkan luka di hati. Jika malam ini aku di sini, lantaran semata-mata demi mas Bayu. Aku takut ia berbuat nekat lagi jika diabaikan."Loh, itu aja perhitungan. Lagian aku ini ibu suamimu, Stela adik suamimu." Ucapan ibu mertua ditekan seolah aku harus tetap membantunya, karena mereka keluarga mas Bayu. Seperti tak bersalah saja jika pernah mengatakan aku menantu gil*. Dan sampai detik ini, perbuatannya melempar wajahku dengan uang masih menyisakan luka seolah aku pembantu, bukan menatunya."Tuh dengar. Mertua itu sama seperti ibumu, sampai sini ngerti nggak?""Ya bedalah, perlu kujelaskan?""Tak berpendidikan tinggi berlagak sok pintar."Astaga, ini Jaka cara bicaranya sok dan seolah mengajarik
Pov InurTidak bisa dimaafkan. Stela telah melukai wajahku dengan goresan kukunya. Melawan pun aku kalah tenaga. Tentu saja aku kalah, aku belum lama selesai operasi caesar. Uh! Tiba-tiba bekas jahitan di perut terasa ngilu."Jaka, tolong adikmu, Ibu dapat uang dari mana?" Ibu mertua meratapi putri gil*nya.Dikiranya aku akan kasihan dengan air mata itu. Justru aku membencinya karena yang dikhawatirkan hanya Stela. Aku yang terluka fisik. Tapi seolah yang kualami hanya masalah biasa. Krim wajahku saja mahal. Cantik itu butuh biaya."Iiih, Ibu nih. Aku nggak punya uang. Gajiku dipegang Inur. Lagian listrik di rumah ini aku yang nanggung. Ibu coba lagi pinjam ke Bayu."Bagus, suamiku menolek membantu. Lagian gajinya aku yang pegang. Wajar dooong, aku kan istrinya. Aku bu
"Maaf ya, Rin, seharusnya aku mendengarkan ucapanmu agar tidak pergi ke rumah Ibu." Mas Bayu berbaring. Matanya menatap langit-langit kamar."Aku udah tau sifat Ibu dan saudaramu, Mas. Terutama sifat Inur. Makanya aku keberatan jika kita ke sana.""Iya, tapi aku sulit menolak. Toh Ibu wanita yang melahirkanku."Di sini tampak jelas karakter mas Bayu dengan kakaknya. Suamiku dari dulu paling tidak tegaan. Jika ibu dan saudaranya butuh pertolongan dan selagi bisa, pasti ia bantu. Beda dengan Jaka, ia perhitungan dan lebih mementingkan gengsi. Tapi kok orang seperti Jaka lama jatuhnya. Astagfirullah'alaziim, kok aku mikir begini ya?"Justru itu aku tidak tegas melarangmu, Mas. Lagian dosa jika aku memisahkanmu dengan Ibu." Mungkin ini namanya terpaksa menerima."Aku malu, merek
"Astagfirullah'alaziim." Lagi, aku berucap sambil mengurut dada. Berusaha sabar meskipun sulit. Informasi mpok Leha membuat hati panas dan amarah ini terasa ingin segera keluar."Aduuuh, jangan gitu, Rin. Tolong jangan libatkan aku. Ntar Ibu mertuamu nggak mau ngutangin aku lagi di warungnya.""Tenang, Mpok. Aku nggak bawa-bawa nama Mpok kok. Aku malah berterima kasih Mpok beri tau. Pantas ibu-ibu tetangga melihatku sinis. Tadinya aku udah merasakan nggak enak." Terbayang pandangan mereka saat aku memanggil mpok Leha tadi."Tau sendirilah, jika ibu-ibu di sini selalu percaya dengan ucapan sebelah pihak, seharusnya buktikan dulu dengan cari tau.""Tapi, Mpok nggak seperti mereka. Itu yang aku salut.""Ini efek hobi baca cerbung. Banyak pelajaran agar kita nggak bodoh."
"Aku rasa semuanya sudah cukup. Jadi semua ibu-ibu di sini akan tau kebenarannya, apakah aku seorang pengedar dan pencuri atau tidak. Tentu polisi akan menyelidikinya, jika terbukti aku tidak bersalah, aku akan tuntut atas kasus pencemaran nama baik.""Loh, emangnya bisa gitu? Jangan sok ngancam, tamat SMP aja seolah berilmu tinggi. Sadar diri lah, untung kuterima jadi mantu, gitu-gitu Bayu tamat D3. Yaa, nasib sial bersamamu ia jadi cac*t. Jadi nggak usah menakut-nakuti aku!" Ibu mertua menyanggah sambil menghinaku lagi. Selalu begitu, pendidikan jadi prioritas ia menghina. Bahkan kali ini kata-kata 'sial' juga baru terdengar."Mm Bu Ida, tapi Rina benar loh. Mantuku pernah difitnah gelapkan uang perusahaan, tapi setelah diselidiki, mantuku tak bersalah. Trus kami lapor tentang pencemaran nama baik. Yang menfitnah dipenjara loh," timpal seorang ibu-ibu. Namun ibu ini baru kali ini t
"Sana ambil hp-mu, kok malah diam?" Kudesak agar Inur segera membawa Jaka ke hadapanku sekarang. Hari ini juga, nama baikku harus kembali."Iyaaa, kamu tau sendiri lah, Mas Jaka kerja kantoran, mana sama ma si Bayu. Tentu Mas Jaka sibuk dong." Lagi, ia memperbandingkan suaminya dengan suamiku."Bentar kuambil Hp aku." Lalu Inur berlalu dari warung.Berusaha setenang mungkin. Sebenarnya ini sulit. Aku dituduh mencuri dan pengedar. Dan kali ini perbuatan ibu mertua harus kuselesaikan. Aku ingin ia mengakui depan semua orang yang ada di sini, jika tuduhan itu tidak benar. Kesalahan yang hanya bisa dimaafkan jika nama baikku dikembalikan."Oke, kita lihat kebenarannya sebentar lagi. Satu hal yang perlu kutekankan, aku tidak akan memaafkan atas kasus pencemaran nama baik, tanpa terkecuali! Tuduhan penged
Pov InurSial sial sial! Aku kira Rina wanita bodoh yang bisa dikibulin. Masak aku kelihatan takut depan orang banyak. Bisa gengsi dong kalah dari Rina. Uuuh! Apa yang harus kulakukan? Mas Jaka belum pulang kerja dan aku harus bisa menghadapi sendiri.Salah aku juga sih punya ide buat berita bohong tentang Rina. Semua semata-mata agar jualan krim Rina tak laku. Hati ini tak rela jika aku kalah darinya. Aku Inur tamat sarjana, lah Rina? Ia hanya tamat SMP dan ..., astaga, ia kok bisa tambah cantik.Hati ini semakin panas tak menentu. Rina bisa berubah dan kulitnya tambah cerah dan glowing. Pastilah ibu-ibu itu percaya Rina karena terbukti ia bukan jual nark*ba. Aduuuh, ketahuan nih aku bohong."Ayo, Nur ..., pikir pikir pikir! Mereka pasti menunggumu," gumamku sendiri sambil mengetok kening sendiri.