Pov Bu Ida/Ibunya Bayu
Tadinya aku merasa sedih dan kecewa karena Stela hamildiluar nikah. Bahkan ia masih sedang kuliah. Susah payah aku banting tulangdemi agar ia bisa berpendidikan tinggi. Tapi, rasa sedih ini sudah hilangsetelah melihat banyaknya uang yang diberi Bagas. Rumah ini lunas dan bahkanStela akan mendapatkan sebuah rumah dan mobil. Jika begini, buat apa kerjasedangkan Bagas bisa memenuhi kebutuhan Stela. Ternyata Stela pintar juga. Takapalah Bagas mungkin seumuran denganku, yang penting ada uang. Uang, uang danuang. Kapan lagi aku bisa menikmati jadi orang kaya.
“Pernikahannya jangan sampai ketahuan Rt atau warga, Bu.Nggak usah berlebihan. Stela cukup pakai baju gamis saja,” ucap Bayu sambil meletakkansekardus minuman mineral di meja makan.
“Iya, aku nggak suka pakai keb
Pov BayuDulu, aku menuduh Rina selingkuh. Bukan saja satu kali, tapidua kali. Namun sekarang, justru adikku adalah pelakor. Yang lebih parahnya iahamil setelah menjual di*i. Jika sekarang Stela ditampar berulang kali oleh istri Bagas, itu wajar.Istri mana yang mau suaminya direbut oleh wanita lain, apalagi oleh teman anaksendiri. Tapi tetap saja Bagas harus bertindak tegas. Lah dia yang menghamili Stela.“Maafkan aku, Tante. Bayi yang aku kandung tetap anak OmBagas,” ucap Stela menantang mata wanita itu meskipun air matanya berlinang.“Dasar pelac*r! Kamu bangga dengan hamil anak har*m, apabegini cara didikan orang tuamu agar mendapatkan uang?”Ucapan wanita itu sangat tajam. Bahkan aku sebagai kakakStela juga ikut tertampar. Ibaratnya
Pov Bu Ida“Bagaimana, Bayu? Rina setuju?” Rasanya sudah tak tahaningin tahu keputusan Rina. Aku yakin ia pasti mau. Karena aku dan Stela sudahmengunjunginya kemarin, ditambah karena Rina pasti masih mencintai Bayu. Lagianada Raka di antara mereka.Bayu yang baru pulang, langsung duduk dengan menghela napasbesar. Tapi, kok wajahnya kelihatan sedih? Tidak tidak tidak! jangan sampaiRina menolak hingga semua rencanaku hancur. Kasihan Stela harus menanggung malukarena dicap pelakor. Apa kata orang-orang jika Stela yang aku banggakan punyapendidikan tinggi bisa tercoreng karena kehamilannya.“Rina menolak, Bu. Bahkan ia seperti tak menyesal dengankeputusannya,” jawab Bayu dengan mata berkaca.Huh, sial! Beraninya ia menolak. Tahu begini menyesal a
Pov Jaka“Kalian kira aku akan memohon belas kasihan karena tak punyakerjaan? Biar nggak ada kerjaan tapi hidupku masih bahagia dan sangat beruntungpunya Inur.”Inur langsung tersenyum lebar mendengar ucapanku. Tentu akumenyanjungnya karena ia istri yang dapat dibanggakan. wajah terawat dan selaluwangi. Bahkan aku tak punya kerjaan, orang tuanya menyewakan kedai di pasarhingga kami masih bisa punya uang. Tak banyak sih karena Inur yang memegangkeuangan. Lah aku, masih untung bisa makan dan minum kopi. Kadang uang hasiltoko aku sisihkan dua puluh ribu buat isi saku, tentu tanpa sepengetahuan Inur.“Iya, Mas. Dikiranya kita miskin hingga mengemis.”“Hey! Apa kalian nggak sadar uang membeli mobil dari mana?”Stela masih menyinggung ma
Ini bukan karena aku tak kasihan ke Raka, tapi ini demikebaikan dan kelangsungan hidup membesarkannya. Tak ada niat memisahkan antaramas Bayu dengan Raka, namun ini masalah kenyamanan. Jika aku memaksakan tetapbersama mas Bayu, mau tak mau pasti berhubungan dengan ibu dansaudara-saudaranya. Untuk mencari uang akan terhalang karena memikirkan banyak masalahyang timbul. Aku capek dan jenuh dengan semua itu.Tentang sikap mas Bayu akan berubah, itupun membuatku takyakin. Jika mas Bayu kecewa dengan penolakan dari aku, itu tetap terjadi danaku harus memikirkan diri sendiri. Menenggang rasa sudah dilakukan dari dulu.Hasilnya, aku terbelenggu seputar masalah itu juga tanpa ada solusi darinya.“Jangan pernah istilah janda menjadikanmu minder. Hidupkalau memikirkan tentang pendapat orang tak akan habis. Pikirkan bagaimanamembesarkan Raka de
Pov Jaka“Tidak! Tidak! Ini pasti mimpi, ini pasti mimpi!”“Kakiku! Ibu ... kakiku, Ibu ....”“Aaaak! Aku mau mati saja, aku tak ingin hidup lagi, Ibu....”Teriakan ini berkali-kali saat melihat dan merasakan, akukehilangan kedua kaki. predikat lelaki cacat yang tidak berguna, itulahsebuatanku. Tidak, ini hanya mimpi. Tidak!“Sabar, Nak. Sabar ....” Ibu memelukku ketika aku tak mampulagi berdiri sendiri. Di ranjang ini, disaksikan semua keluarga betapa malangnyanasibku. Kecelakaan itu membuatku kehilangan kaki. Bahkan di setelah kecewamelihat Inur selingkuh. Istri yang dipuja, dibanggakan dengan pintarnya merawatdiri, tapi tega mengkhianati. Aku seperti seonggok sampah yang ta
Pov Inur“A-apa? Kamu minta cerai, Nur?” Suara mas Jaka tergagap.Tepatnya mungkin ia merasa syok dengan permintaanku. Lah iya laah, siapa jugamau punya suami cac*t dan tak berg*na. Aku masih cantik dan bisa mencari lelakilain yang bisa memanjakan diri dengan uang.“Sudah putraku begini ulahmu, kamu meninggalkannya tanparasa kasihan?” Ibu yang masih berstatus ibu mertua, bersuara lantang menatap. Dikiranyaaku akan diam saja, nggak dong. lagian apa lagi yang bisa diharapkan dari keluargaini. Capek iya.“Mungkin nih ya, ia lebih tertarik sama su*mi orang, Bu,”timpal Stela mencemooh. “Kamu juga sadar diri dong, statusmu apa?” Tentu aku tidaktinggal diam.“Aku lebih ba
Pov Bu Ida“Wah, banyak sekali belanjaanmu, Stel.”“Iya dong, Bu. Kapan lagi aku menikmati hidup kalau bukansekarang.” Stela duduk sambil meletakkan semua belanjaanya di meja. “Ini untukIbu.” Stela menyodorkan sebuah kantong belajaanya padaku.“Ini buat Ibu ya?” Senang sekali Stela membelikan akusesuatu. Segera aku buka kantong itu.“Iyaaa. Semoga cocok sama Ibu.”“Waaah, gamisnya bagus sekali, Stel. Trus ini sendalnya ...,astaga, harganya mahal sekali.” Baru kali ini aku punya sendal mahal. Palingamahal yang pernah aku punya hanya sekitar sembilan puluh ribu. Mendadak merasajadi orang kaya deh.“Kapan Bagas ke sini lagi? Trus kapan ia membelikan mobildan rumah?”Dari setelah menikah hanya janji yang ada. Bagas hanyasekali ke sini setelah menikah. Stelah itu tak muncul lagi. Aku tahu Stelatidak mempermasalahakan itu, yang penting uangnya
“Kita jalan-jalan ke mana, Rin?” tanya Ibu sambil memasukanmakanan ke rantang.“Ke danau aja, Bu. Di sana pemandangannya bagus.”“Nggak apa-apa rumah makan ditinggal?” tanya bapak sepertienggan pergi. Tentu saja bapak merasa senang dengan usaha rumah makan ini. Kamibisa makan enak dan menghasilkan uang. Dari penghasilan rumah makan, tak lupa disisihkanuang buat biaya kuliah Yana. Dan ini lebih baik dari dulu saat bapak menjadipemulung.“Sekali-sekali apa salahnya kita refreshing, Pak. Lagian adaDoni yang ngurusin rumah makan kita. Kita percayakan saja, toh ia orangnyajujur kok.”“Bukan itu masalahnya, hanya saja Bapak merasa nyamanmengurus usaha ini.”“Iih, Bapak.