"Apa?!"Bapak seketika kaget mendengar penjelasanku perihal maksud pak Erllanga tadi. Aku juga mengatakan tengang saran yang Damar berikan. "Kalau dia memang serius, suruh datang kesini menemui bapak dulu, setelah itu keputusan ada di kamu, Nduk. "Aku mengangguk dan tersenyum. "Iya, Pak. "Segera aku menghubungi Dina, meminta bantuan pada suaminya untuk memberikan kabar perihal tantangan yang diberikan bapakku. Dina pun mengiyakannya. Di sisi lain, belum ada jawaban untuk menerima atau menolaknya. Karena aku sendiri belum lama mengenalnya. Semoga akan ada jawaban setelah istiqoroh nanti. Derrrt ... Tiba-tiba ponselku bergetar, ku lihat dari layar depan. Si mantan mengirimiku pesan. Apa dia sudah lupa dengan surat perjanjian yang ia tanda tangani dulu? Dasar benalu! Karena penasaran aku pun membuka pesannya. [Apa kabar?] Mas Fadil juga mengirimiku sebuah foto. Samar-samar ku lihat seperti tulisan. Saat ku download fotonya dan ku buka ternyata ... Sebuah undangan pernikahanny
#HDMS Satu tahun berlalu ... "Nggak, nggak mungkin! " teriak seseorang dari arah ruang dokter spesialis kandungan. Brakk! Suara pintu dibantingnya dengan keras saat keluar. Aku yang berjalan di samping mas Erllangga pun sampai terkejut dibuatnya. Sekilas aku seperti mengenal laki-laki yang barusan keluar. Namun, ia berjalan dengan cepat sehingga aku pun tak melihatnya dengan jelas. "Dokter pasti salah! " teriak lelaki tersebut ketika berpapasan dengan kami. Seketika tanpa disengaja aku dan mas Erllangga saling melempar pandangan dan mengangkat kedua bahu secara cepat. Tanda tak mengerti akan hal yang dilakukan lelaki tersebut. "Aakh! " langkahku tiba-tiba terhenti ketika ada wanita berambut panjang bergelombang menabrak sisi pundakku. "Ma-maaf, " ucap seorang wanita tersebut. Ia terlihat terburu-buru untuk mengejar lelaki yang melawati kami barusan. "Sandra? " kataku ketika ku tahu bahwa wanita tersebut adalah istri mas Fadil. Orang ketiga dalam rumah tanggaku dulu. Wanita
#HDMS Setelah Lima TahunKu lambaikan tanganku pada Arsya, anak lelakiku dengan mas Erlangga, setelah ia berpamitan untuk masuk sekolah.Ya, inilah salah satu aktivitas keseharianku, mengantarkannya untuk sekolah setiap pagi."Dada sayang." Aku menoleh pada wanita berambut panjang di sebelahku yang begitu heboh melambaikan tangannya pada seorang anak perempuan yang juga telah memasuki area sekolah."Sandra?" Ku beranikan menyapa wanita yang ku yakini adalah Sandra, istri dari mas Fadil dulu.Wanita itu meyibakan rambut lurusnya. "Siapa ya?" Tampaknya wanita ini tak mengenaliku, atau jika benar ia Sandra, mungkinkah ia sudah lupa denganku?Wanita tersebut tampak berpikir dan mengingat-ingat sesuatu. "Kamu Ratna 'kan? Mantannya mas Fadil?" katanya menunjuk kearahku."Iya, aku Ratna," jawabku."Itu tadi anakmu? " Ku tunjuk kearah dalam sekolah. Heran, karena terakhir pertemuan kami yang tak disengaja saat di rumah sakit dulu, mas Fadil dinyatakan mandul oleh dokter yang juga menangani k
#HDMS"Bu Ratna." Aku menoleh pada bi Inah yang baru saja datang usai membeli sayuran. Ku hentikan sejenak aktivitasku yang sedang mempersiapkan peralatan masak."Kenapa Bi?" tanyaku yang melihat bi Inah seperti sedang gelisah.Bi Inah mengeluarkan beberapa sayuran dan bahan pangan lainnya dari tas keranjang bawaannya. Ia meletakkan bahan-bahan tersebut di atas meja dekatku.Sembari memilah bahan yang akan dimasak, bi Inah menceritakan mengapa ia sampai terlihat gelisah seperti ini.Rupanya, saat ia tengah berbelanja di tukang sayur tadi, banyak ibu-ibu yang membicarakan tentang diriku."Katanya, ibu dulu mantan istrinya pak Fadil tetangga baru kita itu ya Bu?" tanya bi Inah ragu.Bi Inah lalu menceritakan kejadian yang barusan ia alami. Menurut persaksiannya, tersebar berita bahwa aku dulu diceraikan karena aku tak becus mengurus suami. Juga menjadi menantu yang tak tahu diri, dan mencoba menggoda mas Erlangga saat ia masih menjadi atasan Fadil.Aku terperanjat mendengar ceritanya bi
#HDMS [Bagaimana bu Rika?] Ku kirimkan pesan singkat pada bu Rika untuk memastikan jika pekerjaannya sudah selesai. [Beres bu, siap semua] balas bu Rika. Aku tersenyum mendapati jawaban dari bu Rika tersebut. Hari ini, keluarga bu Susi harus membayar semua perbuatan mereka."Senyum-senyum sendiri, kenapa? Sudah dapat kabar dari bu Rika?" mas Erlangga tiba-tiba muncul. Ia duduk di sebelahku. Lelaki dewasa nan mapan yang menikahiku lima tahun yang lalu ini berhasil mengubah kehidupanku dari segala hal, termasuk ilmu agama. Bahkan, ada saja kebahagiaan yang ku rasakan setiap kali membersamainya. "InsyaaAllah, semoga ini adalah keberkahan yang Allah berikan untuk kita," kata mas Erlangga setiap kali aku menyatakan bahwa aku bahagia menjadi istrinya. "Sudah Mas, nanti tinggal naikin gaji suaminya, ya," kataku seraya merangkul lengannya. Mas Erlangga menoleh kewajahku. "Loh, apa hubungannya sama gaji? Gak, ah," tolak mas Erlangga. Aku menatap heran suamiku ini, lalu melepaskan ling
#HDMSBab 24 Permainan yang sebenarnya "Kehadiran kalian ke sini membuat namaku buruk di mata masyarakat, jangan salahkan jika nanti kalian mendapatkan balasannya!" kataku saat nafasku mulai teratur kembali. "Ingat!" ku tatap setiap pasang mata di depanku ini. "Aku bukan Ratna yang dulu!" tekanku lagi. Mereka terdiam seketika. Ini hanya awal dari rencanaku, karena rencana yang sesungguhnya aku takkan bermain sendiri. "Jaga mulutmu atau kamu ku usir dari sini!" gertak Fadil dengan menunjuk kearah luar. Mendengar gertakan mantan suamiku barusan bukannya membuatku takut malah semakin bersemangat untuk terus memancing kemarahan mereka. Aku tersenyum menyeringai kearah tiga makhluk yang pernah bersekongkol guna mengusik kehidupanku dulu. "Loh, kok marah? Bukankah kenyataannya memang demikian?" sindirku yang membuat kedua pasangan di depanku ini semakin naik pitam. Tanpa banyak berkata dan dengan wajah yang penuh amarah, Fadil melihat ke sekeliling diluar gerbang rumahnya. Aku yakin
#HDMSBab 25 Arsya dan Temannya"Astaghfirullah hal'adzim ...." Mas Erllanga mengusap kepalanya sembari membuang napas. Lalu mendudukkan tubuhnya di atas sofa. "Mas .... " Ku coba menenangkan lelaki berstatus imam rumah tanggaku ini. Benar. Aku berusaha mengerti keadaannya saat ini. Dimana satu-satunya cabang usahanya harus tutup lantaran masalah keuangan. Aku sendiri tak tahu pasti sebab aku memang tak mengerti tentang usaha seperti yang ia geluti. "Sabar ya, Mas." Ku elus pelan punggung suamiku yang kemudian hanya dibalas dengan senyuman tipis. "Mau bagaimana lagi? Nanti biar Damar aja yang urus. Kita akan fokus ke pusat setelah itu," ujar mas Erlangga. Lalu berlalu ke dalam ruang kerjanya. Aku benar-benar tak bisa berbuat lebih selain berusaha menenangkan dan memberinya waktu luang untuk sendiri. Karena selama ini aku juga tak tahu bagaimana kondisi keuangan usaha suamiku. Dan soal Damar, memang semenjak aku dan mas Erlangga menikah, ia mempercayakan Damar sebagai asistennya g
#HDMSBab 26 Pertemuan PKK"Aku gak ngarang, Mbak. Serius." Dina menunjukkan raut wajah menyakinkan. Astaghfirullah hal'adzim. Entah bagaimana aku harus bersikap jika Anggun sebaik itu. Sebab di awal saat aku mengetahui identitas kedua orang tuanya saja membuatku tak begitu bisa menerima ia berteman dengan Arsya. Tapi apa yang ia lakukan padaku barusan? Ah, benar-benar dibuat dilema. ***"Anggota baru? Siapa, Bu?" tanyaku pada bu Rt yang mengumumkan kalau pertemuan pkk kali ini kami akan kedatangan anggota baru. Bu Rt tersenyum. "Bu Sandra sama bu Susi, mbak Ratna," jawabnya. Mendengar jawaban bu rt barusan seketika membuat kedua mataku membulat seakan tak percaya dengan apa yang dikatakannya. Ku pikir setelah kejadian beberapa hari yang lalu, mantan mertua juga wanita ular itu akan pindah dari sini. Atau setidaknya tidak menampakkan wajahnya dengan ibu-ibu di sini. Sayangnya dugaanku salah. Malah yang ada mereka akan menjadi bagian dari acara rutin setiap bulannya di kampung ini.